Suplemen PA Mamre : Kuan-kuanen 4 : 1-9 ; Tgl 11-17 April 2021

(HUT KAKR: Sehna BSM 131 Tahun)

Ogen : Kuan-kuanen 4:1-9

Tema  : Kegeluhenku Pengajarenku

Tujun  : Gelah Mamre:

1.    Megermet nehken pengajaren gelah sentudu pengajaren ras perbahanen

2.     Jadi teman man anak-anakna ibas pergaulan ras jabuna.

KATA PENGANTAR

Mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua. Dalam istilah “Parenting” banyak dikenalkan kepada orang tua cara atau tehnik mendidik anak. Banyak sekali buku yang diterbitkan, seminar yang dilakukan untuk mengenalkan cara mendidik anak di zaman modern sekarang ini. Tapi dibalik dunia parenting, ada Pengajaran firman Tuhan kepada anak perlu dilakukan secara berulang-ulang dan dengan tidak bosan-bosannya karena ini akan memudahkan anak untuk mengerti apa yang kita ajarkan. Dalam kitab Ulangan 11:19 jelas dikatakan, “Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” sejarah bangsa Ibrani memperlihatkan bahwa ayah harus rajin mengajar anak-anaknya menuruti jalan dan firman Tuhan demi untuk pertumbuhan rohani dan kesejahteraan mereka. Ayah yang taat kepada perintah-perintah dalam Firman Tuhan akan melakukan hal ini. Kepentingan utama dari ayat ini adalah anak-anak didewasakan dalam “ajaran dan nasehat Tuhan” yang adalah merupakan tanggung jawab seorang ayah dalam rumah tangga.

TAFSIRAN

Dalam kitab Amsal 4:1-9 dijelaskan bahwa kata dengarkanlah memiliki arti yang lebih spesifik. Ada dua pengertian mendengar dalam bahasa lnggris. Yang pertama to hear yang artinya mendengar tanpa perlu memberi perhatian, dan yang kedua adalah to listen atau mendengar dengan penuh perhatian. Arti lain dari to listen adalah menyimak. Mendengar dalam arti menyimak (to listen), berarti memberi perhatian dan mengapresiasi, juga mendengar untuk melakukan. Jadi, aktif untuk menyimak, tetapi juga aktif melakukan apa yang disimak. “Mendengar” sangatlah penting dalam pendidikan di Israel, baik dirumah atau keluarga maupun di sekolah. Ayah dan lbu di rumah keluarga, juga guru di sekolah, di sebut sebagai sang guru hikmat yang mendidik anak-anak atau murid-murid. Dalam kitab Amsal, “telinga” digunakan bukan saja untuk pendengaran, tetapi juga untuk kepatuhan. Karena itulah “mendengar” tidak hanya berarti mendengar, tetapi juga kepatuhan melakukan didikan. Anak atau murid memusatkan perhatian dan pendengaran pada hikmat termasuk menaati dan melakukan yang di dengar telinga. “Dengarkanlah dan perhatikanlah” menekankan agar anak-anak dalam keluarga atau murid-murid di sekolah menggunakan telinga mereka untuk memperhatikan dan menaati dengan sungguh-sungguh didikan sang guru hikmat. Melalui ayat-ayat Firman Tuhan tersebut, kita mendapati bahwa pengamsal mengingatkan anak-anak kita supaya mendengarkan didikan ayah. Pengamsal mengingatkan anak-anak kita untuk memperhatikan didikan ayah, supaya mereka memperoleh pengertian. Karena seorang ayah memberikan ilmu yang baik kepada mereka. Karena bapa memberikan ilmu pengetahuan yang baik dan bermanfaat dalam hidupnya. Karenanya, janganlah meninggalkan petunjuknya. Jika kita melihat ayat refrensi dari Amsal 22:6-11, khususnya ayat 6 yang berbunyi “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Mendidik mengindikasikan pendidikan mula-mula yang diberikan ayah dan ibu pada seorang anak, yaitu pendidikan awal. Pendidikan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan anak pada pola hidup yang direncanakan baginya. Memulai pendidikan anak dengan cara sedemikian adalah hal yang amat penting, sama seperti pohon bertumbuh mengikuti arah batangnya waktu baru ditanam. Dalam mendidik anak, seharusnya orang tua tidak hanya banyak bicara, tetapi lebih banyak memberikan teladan kepada anak. Jadi, seandainya orang tua hendak mengajarkan firman Tuhan mereka harus terlebih dahulu menunjukkannya, memberikan contoh kepada anak. Hal ini tentunya akan lebih memudahkan orang tua dalam mengajarkan segala sesuatu kepada anak.

Pada dasarnya, sejak kecil (KAKR) anak sudah bisa mengerti atau tanggap terhadap teladan yang diberikan orang tua, misalnya ketika diajarkan berdoa. Namun, ketika anak sudah mulai lebih besar, ayah sebaiknya mengajarkan kesaksian hidup, hidup yang dipimpin Tuhan, hidup di dalam Tuhan, dan juga mengajarkan bagaimana melakukan Firman Tuhan di dalam kehidupan yang sebenarnya. Ayat dari Perjanjian Baru memberi kita gambaran yang jelas akan perintah Tuhan kepada ayah dalam hubungannya dengan membesarkan anak-anaknya. Efesus 6:4 adalah ringkasan dari kata-kata nasehat kepada para orangtua, yang di sini diwakili oleh ayah, dan dinyatakan secara negatif dan positif. “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” Di sini ditemukan apa yang dikatakan oleh Alkitab mengenai tanggung jawab ayah dalam membesarkan anak-anak mereka.

APLIKASI

Senina-senina Mamre, anak adalah titipan Tuhan, tetapi tugas mendidik anak adalah tanggung jawab orangtua. Dewasa ini seringkali tanggung jawab mendidik anak dibebankan hanya pada ibu (Moria), sementara si ayah (Mamre) jarang sekali mempunyai waktu secara intensif untuk anak-anak karena alasan sibuk dengan pekerjaan. Alkitab mengingatkan bahwa sesibuk apa pun, seorang ayah tidak boleh meninggalkan tanggung jawabnya dalam hal mendidik anak karena ayah adalah wakil Tuhan dalam keluarga. Umumnya seorang anak (terutama anak laki-laki) akan menjadikan figur ayah sebagai role model dalam kehidupannya. Tingkah polah ayah akan menjadi perhatian tersendiri dalam hati si anak. Kalau anak sudah memiliki konsep yang salah tentang ayahnya, yang dalam kesehariannya suka bersikap kasar, suka memukul, membentak-bentak, egois dan kurang menghargai orang lain, maka secara tidak langsung itu akan mempengaruhi dan membentuk pribadi dan pola pikir si anak, bahkan ia akan meniru perbuatan ayahnya di kemudian hari.

Di zaman Digital sekarang ini, kita melihat berita di televisi dan membaca di surat kabar kasus kenakalan anak muda begitu maraknya: ada yang terlibat tawuran antar sekolah, mengonsumsi narkoba, terlibat pergaulan bebas, bahkan ada yang sampai terjerumus ke dalam dunia prostitusi. Lingkungan, dengan siapa mereka bergaul dan juga pengaruh buruk dari media sosial menjadi faktor pemicunya. Itulah sebabnya banyak orangtua semakin was-was dan over protective terhadap anak-anak mereka. Meski demikian anak-anak tetap saja berani memberontak dan mengabaikan nasihat. Ada anak-anak yang kelihatannya pendiam dan tampak alim saat berada di rumah, tetapi begitu berada di luar rumah mereka seperti banteng yang baru keluar dari kandangnya, liar dan tak terkendali. Perlu adanya keseimbangan supaya tidak saling menyalahkan di antara kedua pihak. Di satu sisi, orangtua harus mempunyai batasan-batasan dalam hal mendidik anaknya, di mana mereka tidak boleh mendidik atau menghajar sampai membuat anaknya sakit hati, terluka dan tawar hati, tetapi harus tetap selaras dengan ajaran firman Tuhan. Sementara di sisi yang lain anak juga dituntut untuk taat dan hormat kepada orangtua di dalam Tuhan karena ada berkat yang luar biasa bagi anak-anak yang mau taat dan patuh kepada orangtuanya, "...supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi." Jika orangtua dan anak mampu menjalankan perannya masing-masing dengan baik, maka hal-hal buruk akan dapat terhindarkan!

Dalam hal mendidik anak, orangtua harus bersikap tegas dan bekerja sama dengan anak. Menempatkan mereka menjadi “SAHABAT, PATNER hingga menjadi MITRA” sehingga keterbukaan dan komunikasi dalam keluarga menjadi baik. Jangan biarkan gadget menjadi teman mereka. Media social (FB, Instagram, Line, dan sejenisnya) tempat mereka mengungkapkan perasaan mereka. Tapi jadikan orang tua (Mamre-Moria) menjadi tempat curhatannya.

Mamre peduli dengan pengajaran, Mamre peduli dengan didikan. Sehubungan dengan HUT KAKR, Mamre layak untuk berinteraksi dengan kategorial KAKR. Bersinergi dalam program, agar meruntuhkan “tembok penyekat” yang selama ini selalu dibebankan kepada kategorial Moria.

Mamre yang takut akan Tuhan tidak akan mengabaikan tugas dan tanggung-jawabnya mendidik anak-anaknya sesuai firman Tuhan!

Pdt. Anton Keliat, S. Th

 Runggun Semarang.