Suplemen PA Mamre : Filipi 4 : 10-13 ; Tgl 28 Juni - 04 Juli 2020

Bacaan         :Filipi 4:10-13

Tema            :Keriahen erkiteken persadaan ras Tuhan (Sukacita di dalam Tuhan)

I.Pendahuluan

          Sukacita sejati sangatlah penting bagi hidup manusia. Hidup yang penuh sukacita adalah hidup yang akan sangat positif, yang sangat membangun, yang sangat menguatkan. Untuk mencapai hidup yang bisa memiliki sukacita yang tidak tergantung dari luar tidaklah mudah, apalagi kita seringkali salah mengkaitkan antara sukacita dengan isu kaya-miskin. Apakah benar kalau kaya seseorang akan sukacita ?dan kalau miskin tidak bisa bersukacita?

Jemaat Filipi mengalami isu ketegangan social, kesenjangan ekonomi yang cukup besar. Kota Filipi dibangun oleh Filipus (ayah dari Aleksander Agung) karena kota tersebut begitu indah. Pada waktu Romawi menguasai Filipi, para veteran senator Romawi tinggal di Filipi, sehingga anarkisme juga masuk ke kota Filipi. Para veteran ini hidup dalam kegelimangan harta, inilah yang menjadikankesenjangan dengan jemaat di Filipi. Kota Filipi adalah kota yang begitu kaya, begitu gemerlap,  maka sukacita sangatlahlah dikaitkan dengan kaya-miskin. Orang di Filipi sudah memiliki pemikiran bahwa kalau mau enak haruslah kaya, kalau miskin akan tertekan.

II.Isi

Ayat 10:”Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa pada akhirnya pikiran dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu”.Paulus sangat bersukacita , karena pikiran dan perasaan jemaat di Filipi akhirnya berubah. Hal ini terlihat dari keberanian mereka memberikan persembahan dalam jumlah yang cukup besar untuk Paulus.Uang yang besar yang diterima olehPaulus bukan untuk memperkaya dirinya tetapi oleh Paulus dipkai untuk pekerjaan pembangunan menopang jemaat di Yerusalem yang dianiaya habis-habisan.

Ayat 11:”Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan”. Kata mencukupkan diri” berarti mampu mengelola apa saja, berapa saja, di dalam tangan kita dengan cukup. Paulus bisa sampai pada “mencukupkan diri” karena belajar bertanggung jawab atas berapapun yang Tuhan percayakan, sehingga ia juga mampu mengajarkan jemaat Filipi untuk bias mencukupkan diri. Mencukupkan diri tidak terjadi secara otomatis melainkan melalui perjuangan untuk dapat tahu berapa yang Tuhan percayakan dan bagaimana kita mengerti mengerjakannya.

Ayat 12:”Aku tahu apa itu kekurangan dan apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada merupakan sesuatu rahasia bagiku; baik dalam hal kenyangmaupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahanmaupun dalam hal kekurangan”.Kata kekurangan berarti betul-betul tidak memiliki apa-apa, miskin dan dalam kondisi kekurangan itu membuat seseorang mengalami kesusahan hidup.Kata kekurangan yang digunakan Paulus berarti kondisi bawah, kekurangan yang begitu dahsyat. Orang yang hidup dalam kekurangan akan dihina, dipandang rendah, dunia akan menyembah orang yang hidupnya berlimpah. Paulus pernah mengalami kondisi dihina karena melarat, juga pernah disanjung karena kaya dan penuh kuasa, tetapi ia tidak terganggu sedikitpun dengan situasi itu. Inilah kunci untuk terlepas dari jerat palsu manusia. Ini adalah sangat penting, karena kalau tidak hidup kita akan sangat tergantung pada opini manusia terhadap diri kita, sehingga arah hidup kita akan terasa berat dan tidak bisa menikmati hidup.

Ayat 13; Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”.Paulus mengalami banyak tekanan penganiayaan, lingkungan dan semua situasi yang sangat besar. Begitu juga jemaat Filipi memiliki posisi sangat rendah di banding dengan para orang kaya yang tinggal di kota Filipi. Tetapi mereka yang taat kepada pinpinan Tuhan akan merasakan penyertaan Tuhan dalam setiap langkah yang dijalaninya, di tengah tantangan dunia yang sulit. Kekuatan dan kehebatan bukan berasal dari diri kita tapi bersumber pada Allah yang selalu membuka jalan, sehingga setiap langkah maju kita akan membuat kita bersukacita.

III. Aplikasi

          Bersukacita sangatlah penting bagi kehidupan kita, karena kalau kita hidup gagal bersukacita, maka seluruh kita akan menuju kehancuran. OLeh karena itu Paulus menegaskan dalam Filipi 4:4 “Bersukacita lah senantiasa dalam Tuhan, sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!.Secara keseluruhan dalam Alkitab, sukacita lebih dari sekedar emosi.Sukacita adalah perasaan bahagia bercampur diberkati. Tapi masalahnya adalah sering kita melihat sukacita sebagai sebuah keberhasilan, apa yang di  inginkan tercapai (seh sura-sura), apa yang di minta diberi, intinya kita akan merasa bahagia jikalau semua keinginan kita terpenuhi. Menjadi pertanyaan bagi kita, apakah yang menjadi sukacita kita sekarang ini?apa yang menjadi kebangaan kita saat ini? Apa kah semua yang ada dalam kehidupan kita saat ini mendatangkan sukacita?, pekerjaan/usaha, anak,istri,keluarga, gereja semuanya sudah seperti yang diharapkan? Tentu pasti jawabanya tidak.Dengan demikian apakah kita tidak bisa bersukacita saat ini?Dari manakah sumber sukacita kita?Bagaimana caranya supaya kita tetap bersukacita?

          Banyak orang berpendapat bahwa sumber sukacita dalam diri seseorang berasal dari materi , tidak ada masalah dan semua dibawah kendali kita. Tetapi jika kita mendasari sukacita pada situasi dan kondisi maka sukacita yang kita rasakan tidak akan bertahan lama alias hanya sementara. Berbeda sekali jika kita bersukacita di dalam Tuhan (tema), dimana sukacita yang kita rasakan akan bersifat permanen. Karena sukacita dari Tuhan adalah sukacita disegala situasi, tidak dipengaruhi keadaan, tapi dikerjakan oleh Roh Kudus yang bekerja dalam kita.Rasul Paulus tetap bersukacita walaupun luar biasa perubahan perlakukan yang diberikan kepadanya, dari yang berkuasa, dihormati menjadi dihina, dari hidup yang berkelimpahan menjadi tidak memiliki apa-apa. Demikian juga jemaat Filipi yang dianggap kecil, tidak memiliki apa-apa, tidak berkecil hati tapi memberi diri untuk membantu yang lain. Ada banyak alasan untuk kita tidak bersukacita, tapi ada banyak juga alasan untuk bersukacita. Sukacita itu pilihan, kita bebas memilih apakah kita mau bersuka cita atau tidak…”Sekalipun pohon ara tidak berbunga,pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon Zaitun mengecewakan, sekalipun lading tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, namun aku tetap akan bersorak-sorai di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku (Hab.3:17-18).

Pdt Rena Tetty Ginting

                                                                                            GBKP Bandung Barat