SUPLEMEN PA MAMRE: MAZMUR 127:3-2;KUAN-KUANEN 17:6; 15-21 MEI 2022

Teks     : Masmur 127:3-2; Kuan-Kuanen 17:6

Tema   : ANAK PANAH I BAS TAN SI MBISA

Tujun   : Gelah MAMRE

1.      Meteh dingen nggejapken maka anak-anak emekap anak panah i bas Dibata nari, janah kemegahen anak-anak emekap orangtuanta

2.      Nikapken keperlun anak guna kemajun ras masa depanna

3.      Mendukung pembuatan Studio PERMATA GBKP

 

Anak-anak adalah pemberian dan warisan yang Allah berikan kepada sebuah keluarga dalam kehidupan ini (penjelasan yang tertuang dalam ayat 3-5). Keluarga adalah tempat utama dan pertama bagi pembentukan kehidupan anak-anak, baik dalam hal iman maupun karakternya, dan yang menjadi pengajarnya adalah orang tua. Tugas sebagai orang tua, bukan sekedar memenuhi segala kebutuhan fisik dan jasmani saja, akan tetapi orang tua berperan penting dalam mendidik dan membimbing, bertanggung jawab sepenuhnya baik jasmani, rohani dalam proses tumbuh kembang anak. Dalam mendidik dan mengajar anak, kita sebagai orang tua harus melibatkan Tuhan, dan mengikuti FirmanNya. Tanpa Tuhan, ilmu pendidikan dan pengetahuan, didikan menjadi tidak terarah. Tanpa ilmu pendidikan agama, keimanan atau rohani, karakter anak tidak akan bisa dibentuk sesuai dengan yang diharapkan. Inilah yang disampaikan dalam Mazmur 127 secara keseluruhan, bahwa segala sesuatu tidak ada artinya (sia-sia) tanpa melibatkan Tuhan, baik itu membangun rumah, kota, begitu juga dengan keluarga. Itulah yang dirasakan, dialami dan disaksikan oleh Salomo (sebagai penulis perikop ini).

 

Nilai-nilai Kristiani wajib disampaikan kepada anak sejak usia dini, agar pada masa tuanya, anak melekat pada Tuhan. Ketika orang tua memberikan teladan dan ajaran yang benar, anak akan mempunyai sikap karakter yang baik. Sungguh, pengaruh kedua orang tua sangat besar dalam membentuk pondasi anak. Anak-anak mendapat pendidikan pertama baik sifat maupun tabiatnya, mengikuti kedua orang tuanya. Karena itu marilah kita sebagai orang tua menyadari pentingnya kita hidup melekat pada Tuhan, dan senantiasa belajar, agar anak-anak kita dapat meneladaninya, dan hidup di dalam Tuhan sampai pada masa tuanya.

 

Mazmur 127:4 mengatakan bahwa anak-anak ibarat anak panah di tangan Pahlawan (Tema). Berarti sebagai orang tua kita harus menjadi pahlawan bagi anak-anak kita dan menjadi alat di tangan Tuhan. Lalu yang menjadi pertanyaan: siapa selama ini yang menjadi pembentuk utama anak-anak kita? Teman-teman sekolah/pergaulannya? Televisi? Internet? Games? Tentunya orang tua sebagai pembentuk pertama dan utama bagi anak-anak melalui pertolongan Tuhan. Orang tua harus bekerja bersama dengan Tuhan (melalui Guru Sekolah Minggu, Pendeta, Pertua/Diaken) untuk membawa anak-anak ke dunia nyata dan untuk membesarkan mereka dan menjadi anggota setia umat Allah.

 

Anak-anak seperti anak panah, adalah senjata perang yang tidak hanya tinggal di dalam tabung. Apa yang dilakukan prajurit dengan anak panahnya? Dia tidak menyimpannya di dalam tabung tetapi menggunakannya untuk “pertempuran.” Anak-anak panah itu akan mencapai sasaran yang Tuhan inginkan. Untuk itu, orang tua yang adalah para pahlawan yang Tuhan jadikan untuk anak-anak harus hidup bagi kemuliaan Tuhan, harus melatih anak-anak untuk hidup melayani Yesus sebagai anak panah Injil yang ditembakkan ke dunia ini.

 

Anak-anak, seperti anak panah, harus patuh pergi ke arah mana mereka ditembakkan. Kita melahirkan dan membesarkan anak-anak kita, tetapi kemudian kita harus menembakkan mereka sebagai anak panah (ayat 4) untuk mendarat di tempat yang Allah rancang. Sangat penting sebagai orang tua bahwa kita mulai menembakkan panah kita pada target yang tepat di awal kehidupan. Banyak dari kita secara keliru menembakkan panah kita ke dunia yang menyasar kesuksesan, uang, kejayaan, status, dan keduniawian. Sudah seharusnya, orang tua harus membesarkan anak-anak seturut dengan Firman Tuhan, sehingga mereka menjadi anak panah yang dikirim untuk bekerja baik bagi Tuhan. Amsal 22:6 menyatakan, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Ketika kita mengajar, melatih, dan menembakkan “anak panah” kita ke arah yang Yesus inginkan, harapan dan doa kita adalah bahwa oleh kasih karunia Allah mereka diselamatkan dan ditembakkan sebagai senjata perang, dengan taat hidup untuk kemuliaanNya.

 

Kehidupan anak-anak yang berhasil, seturut dengan kehendak Tuhan sungguh mendatangkan kemuliaan bagi orangtua, termasuk sampai kepada kakek-nenek, karena dengan adanya cucu membuktikan umur mereka panjang, ditambah cucu yang baik dan berhasil merupakan salah satu kemuliaan bagi mereka, seperti yang dijelaskan di Amsal 17:6 ”Mahkota orang tua adalah anak cucu . . .” Demikian sebaliknya, di ayat tersebut juga dijelaskan adalah ”. . . dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka” dengan kata lain bahwa orang tua yang pro aktif terus mendidik, membangun dan mendukung kehidupan anak-anak adalah kehormatan bagi anak-anak. Dan melalui bahan PA sekali ini, cara kita bisa menjadi ”kehormatan” bagi anak-anak adalah dengan mendukung program pelayanan yang sedang dilakukan PERMATA yaitu pembuatan Studio PEMATA GBKP dalam rangka pengembangan pelayanan mereka dalam dunia digital untuk menjangkau banyak jiwa dan melayani Tuhan, sekaligus sebagai wadah untuk meningkatkan kreatifitas. Mari kita dukung dengan Gerakan Sepuluh Ribu Rupiah. Soli Deo Gloria

 

 

 

 

 

                                                                                                                        Pdt Luther E Tarigan

 

 

 

Rgn Depok