SUPLEMEN PA MAMRE: KELUAREN 39:32-43; 08-14 MEI 2022

 

Teks    : Keluaren 39:32-43

Tema  : SIDUNGILAH DAHINTA

Tujun : Gelah MAMRE

1.      Ngasup min ngangka ras ngidah maka mbangun MAMRE Center e pe pedah Dibata bali ras Pedah Dibata erbahan Peti Perpadanen man Bangsa Israel

2.      Nggit ras semangat mbangun MAMRE Center GBKP

 

Seorang penulis buku dan skenario film bernama Neil Gaiman pernah berkata “Whatever it takes to finish things, finish. You will learn more from a glorious failure than you ever will from something you never finished.” Artinya, lakukanlah apa pun juga untuk suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Kamu akan belajar lebih banyak dari sebuah kegagalan yang besar daripada dari sesuatu yang tidak pernah kamu selesaikan. Neil menekankan betapa ia selalu berkomitmen untuk menyelesaikan semua proyek atau pekerjaan apa pun yang sudah ia mulai. Dia mengekspresikan perasaan bangganya ketika dia sudah menyelesaikan sebuah draft buku, bagaimana dia merasa begitu lega seakan beban sudah diangkat dari pundaknya, dan bangga pada dirinya sendiri. Bukan karena buku itu akan diterbitkan, tetapi karena sebagai seorang penulis, dia sudah menyelesaikan sebuah karya yang sudah dimulainya.

 

Salah satu tanggung jawab besar kita adalah menyelesaikan apa yang kita sudah mulai. Apa pun itu, sesuatu yang sudah kita mulai, harus kita selesaikan. Penulis kitab Pengkhotbah menuliskan, “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga” (Pkh. 9:10). Hal apapun yang Tuhan percayakan kepada kita saat ini untuk dikerjakan, walaupun hal itu merupakan perkara yang remeh dalam pandangan orang lain, kerjakanlah itu dengan sukacita dan kesungguhan hati seperti kita mengerjakannya untuk Tuhan.

 

Bahan PA MAMRE dari kitab Keluaran 39:32-43 juga mengingatkan demikian, bahwa kita harus tetap bertanggung jawab atas segala pekerjaan yang dipercayakan kepada kita. Teks ini merupakan bagian penutup dari kisah umat Israel yang menyelesaikan pekerjaan pembangunan Kemah Suci, yakni Kemah Pertemuan. Umat Israel mampu menyelesaikan pekerjaan pembangunan Kemah Suci dengan amat sangat baik. Penulis menjelaskan sampai 3 kali, yaitu: pertama di ayat 32 bahwa ”… Orang Israel telah melakukannya tepat seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah mereka melakukannya.” Kedua, diulangi lagi di ayat 42, dan ketiga, bagian terakhir ayat 43, ketika Musa melihat segala pekerjaan itu, kembali ia menegaskan bahwa “Mereka telah melakukannya seperti yang diperintahkan TUHAN, lalu Musa memberkati mereka.”

 

Apa itu Kemah Suci? Kemah Suci yang juga dinamai dengan Kemah Pertemuan, Tabernacle (dalam bahasa Inggris) dan dalam bahasa Indonesia menjadi "Tabernakel" adalah merupakan suatu tempat khusus yang dibangun oleh umat Israel atas perintah Tuhan kepada Musa sebagai tempat kudus bagi Tuhan, tempat Tuhan berdiam ditengah-tengah mereka. Kemah Suci (Tabernakel) dapat dipindah-pindah sesuai dengan keadaan umat Israel yang tidak menetap di suatu tempat (Bilangan 10, II Sam. 7:6-7). Tabernakel merupakan satu objek yang sangat penting dalam perjalanan umat Israel di padang gurun (Keluaran 25-40). Setelah bangsa itu sampai di Kanaan – tanah yang dijanjikan kepada Abraham dan keturunannya, dan setelah Israel menjadi suatu kerajaan yang kokoh dalam pimpinan Daud dan Salomo, Tabernakel kemudian digantikan dengan bangunan yang permanen, yakni Bait Allah sesuai dengan kerinduan hati Daud (bdk. 1 Taw. 28) dan dibangun oleh anaknya Salomo (bdk. 1 Raj. 6; 2 Taw. 3:1-14).

 

Tuhan memerintahkan pembangunan Kemah Suci dan sekaligus menetapkan cara bagaimana mereka harus membangunnya dan darimana mereka mendapatkan bahan untuk pembangunan itu. Tuhan menetapkan bahwa pembangunan itu dilaksanakan melalui persembahan khusus yang diambil dari barang kepunyaan umat Israel, yaitu dari setiap orang yang terdorong hatinya. Artinya, Tuhan menginginkan pembangunan Kemah Suci (tempat kediaman Tuhan) diambil dari barang kepunyaan umat Israel bukan dari orang lain atau hasil jarahan perang, dan secara khusus barang milik setiap orang yang terdorong hatinya. Barang-barang diperlukan untuk membangun seperti: emas, perak dan tembaga, bermacam-macam kain, kulit binatang, jenis-jenis minyak, permata dan orang-orang yang ahli membangun (bdk. ps. 35). Selain membangun Kemah Suci, mereka juga harus menyediakan segala perkakas Kemah Suci dan pakaian jabatan untuk imam. Walaupun kesannya sulit dan rumit, banyak bahan yang diperlukan dan banyak yang harus dikerjakan, tapi Alkitab mencatat bahwa umat Israel menyelesaikannya seperti yang diinginkan Tuhan.

 

Pembangunan Kemah Suci termasuk karya terindah yang pernah dikerjakan umat Israel masa itu. Mereka mampu menuntaskan pekerjaan ini dengan baik, karena mereka melakukan persis seperti yang diperintahkan oleh Tuhan, dan mereka mendengarkan arahan yang disampaikan oleh Musa sebagai pemimpin mereka pada saat itu. Sejatinya, Tuhan pasti lebih dari sanggup untuk membangun Kemah Suci itu tanpa melibatkan umat Israel, tetapi Tuhan memberikan kesempatan dan kehormatan bagi umat Israel untuk terlibat didalamnya. Tuhan memberikan kehormatan kepada setiap orang yang tergerak hatinya dan yang terdorong jiwanya. Sebab, tidak semua orang mendapatkan kesempatan dan kehormatan dari Tuhan untuk membangun rumah Tuhan. I Tawarikh 28:2-3 Raja Daud begitu ingin untuk dapat membangun rumah perhentian bagi Tabut Tuhan (Bait Allah), tetapi Tuhan tidak memberikan kesempatan itu kepadanya. Ayat 6 Tuhan berfirman: ”Salomo, anakmu, dialah yang akan mendirikan rumahKu dan pelataranKu . . .”

 

Demikianlah kita juga seharusnya dalam menyelesaikan setiap tugas panggilan Tuhan dalam hidup kita. Meski terasa berat, ketika kita taat pada FirmanNya, maka Tuhan akan menolong kita untuk menuntaskannya. Hari ini kembali MAMRE GBKP diberikan kesempatan dan kehormatan dari Tuhan untuk terlibat di dalam penyelesaian pembangunan MAMRE CENTER GBKP. Tuhan pastilah mengharapkan sebanyak mungkin MAMRE yang tergerak hatinya dan terdorong jiwanya untuk ikut terus mendoakan proses pembangunan MAMRE CENTER GBKP dan terlibat dalam dana yang dibutuhkan.

 

Sebagai murid Kristus, sudah seharusnya MAMRE setia kepada setiap tugas, pekerjaan atau pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Dalam Mazmur 33:4 pun disebutkan bahwa Tuhan sendiri mengerjakan pekerjaanNya dengan kesetiaan. Setia terhadap pelayanan yang dipercayakan merupakan salah satu dari banyaknya bentuk kesetiaan dalam kehidupan kita, dan ini termasuk cara kita mempermuliakan Tuhan.

 

Pdt. Melda Tarigan

 

GBKP Rg. Pontianak