Khotbah Kamis Putih Tgl 01 April 2021 : Yohanes 13 : 31-35

 

Invocatio    : “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.” (Mazmur 103:13)

Bacaan       : Mazmur 116:1-9 (Responsoria)

Khotbah      : Yohanes 13:31-35 (Tunggal)

Tema          : Aku Telah Mengasihi Kamu (Aku Enggo Engkelingi Kam)

I.             PENDAHULUAN

Kamis putih atau Kamis suci adalah hari kamis terakhir sebelum Paskah. Pada perayaan Kamis putih, orang percaya mengikuti ibadah memperingati saat terakhir Yesus memimpin perjamuan kepada murid muridNya, juga memperingati kedalaman kasih Kristus yang membasuh kaki murid-muridNya. Kasih seperti yang dilakukan Yesus tersebut tidak pernah terjadi dalam tradisi Yahudi, sebab di dalam kelompok Yahudi mustahil seorang guru membasuh kaki murid-muridNya. Kita belajar tentang pelayanan yang penuh kasih, kerendahan hati, kebersamaan dan kesederhanaan. Melayani bukan untuk dilayani. Kesedihan hati Yesus sebab penghinatan Yudas Iskariot dan saat saat penderitaan yang sudah semakin dekat.

 II.           PEMBAHASAN TEKS DAN PEMBERITAAN

Perasaan apa yang kita miliki jika kita tahu kita di hianati? Marah, merancang pembalasan, benci, dendam, dan kalau ada orang yang duduk dan mendukung kita mungkin kita akan mengajaknya untuk membenci orang yang berhianat tersebut. Sering akhirnya orang orang yang merasa di hianati tidak dapat menentramkan dirinya sehingga ia merancangkan pembalasan yang jahat terlepas apakah ia akan melakukan rancangan pembalasan itu atau hanya memikirkannya saja tetapi kemarahannya membuat hatinya tidak tentram.

Berbeda dengan sikap Yesus yang penuh kasih itu, mengetahui bahwa Yudas telah menghinatiNya dan tetap pergi untuk menyerahkanNya walaupun sebelumnya Yesus telah memperingatinya. Pastilah Yesus sedih dengan sikap penghianatan Yudas, tapi demi misi Kerajaan Allah Yesus menerima dan memandang yang dilakukan Yudas tersebut adalah saat dimana Yesus akan dipermuliakan, dan Ia mempermuliakan Allah. Kesetiaan kepada Allah membuat Yesus bersikap rela menghadapi penderitaan untuk memuliakan Allah. Penghianatan yang dilakukan Yudas dilihat Yesus dengan kaca mata misi Allah, bahwa saat kematian yang semakin dekat adalah saat kemuliaan Yesus yang semakin dekat.

Kemanusiaan Yesus yang di dalamNya ada Allah membuat Yesus tetap berjalan di dalam misi Kerajaan Allah bahwa dengan jalan kematian itu Allah akan memuliakan Yesus dan kesetiaan Yesus sebagai manusia menghadapi kematian itu adalah untuk memuliakan Allah. Ini sangat berbeda dengan “manusia duniawi” yang kami maksudkan manusia yang segala aspek hidupnya dipenuhi harapan duniawi, jika menghadapi penghianatan sahabat dan dengan tujuan yang jelas yaitu membunuh maka akan diresponnya dengan cara duniawi, diawali bertahan dan selanjutnya menghancurkan lawan, si penghianat.

Dengan misi apa kita memandang pergumulan dunia ini?

Penderitaan yang akan dialami Kristus bukanlah karena kejahatan yang dilakukanNya tetapi karena kuasa iblis yang telah menguasai hati Yudas yang menjual Yesus. Diperlakukannya Yesus seperti ternak peliharaan yang diperjual belikan. Penderitaan Yesus karena kesalahan dan dosa dunia dan untuk menyatakan kemuliaan Allah yang telah kabur bagi manusia oleh karena dosa.

Dengan jalan salib Yesus telah mempermuliakan Allah dan menyatakan kasih Allah kepada dunia dan kesudahan di dalam kebangkitan Ia akan dipermuliakan Allah di dalam di dalam KerajaanNya. Iblis telah menguasai Yudas untuk menghinakan Yesus mati di atas kayu salib, namun Yesus menerima jalan itu sebab di dalam peristiwa salib dan kebangkitanNya iblis dan kuasa dosalah yang ditaklukkan.

Yesus telah melihat keakanan dari penderitaan yang akan di jalaniNya adalah kesukacitaan, dan semakin dekat saat kematian itu saat sukacita itu juga semakin dekat. Penderitaan dalam penuh kekejaman oleh karena kebencian dan kuasa iblis dan dosa memang menyakitkan, karena itu Yesus memohonkan kepada Allah supaya cawan itu dicabut dari padaNya. Tetapi Yesus mengerti penderitaan itu tidak akan terlalu lama, hanya sampai kematian dan penguburanNya dan Ia akan bangkit mengalami sukacita yang besar dipermuliakan.

Yesus berbicara kepada ke sebelas muridNya bahwa hanya sedikit waktu lagi mereka bersam. Saat itu tentunya harus dipergunakan dengan baik untuk mempersiapkan segala sesuatunya bagi tujuan yang semula yaitu pemberitaan injil bagi Kerajaan Allah. Yesus ingin memperlengkapi murid muridNya siap menghadapi segala pergumulan pelayanannya tanpa kehadiran Yesus bersama mereka. Murid murid harus dapat meneruskan pelayanan tanpa kehadiran Yesus secara fisik.

Yesus menjelaskan bahwa ketempat dimana Yesus akan pergi mereka tidak akan bisa datang, seperti yang telah di jelaskanNya juga kepada orang orang Yahudi (7:34). Yesus menghibur murid-muridNya bahwa sepeninggal Yesus mereka akan sangat kehilangan Yesus. Mereka tidak akan dapat mengandalkan Yesus lagi, tapi Yesus mengingatkan akan teladan kasih yang telah disampaikanNya.

Yesus memberi pesan yg termahal, seperti halnya orang yang akan meninggal memberikan warisan yg termahal kepada orang yang dikasihinya yang ditinggalkannya. Yesus menyampaikan warisan perintah yang baru supaya mereka saling mengasihi. Kehadiran Yesus secara fisik sebentar waktu lagi tidak akan kelihatan lagi, tetapi kasihNya akan tetap ada bersama-sama dengan mereka jikalau mereka saling mengasihi. Mereka harus bersatu terikat erat di dalam kasih untuk Injil, sebab Yudas telah menghianati kasihNya, supaya tidak ada lagi penghianatan dan perpecahan diantara mereka.

Kasih Allah yang besar akan menyelamatkan mereka di dalam pelayanannya. Seperti di dalam pembacaan Pemazmur menyampaikan pengalamannya berulang kali ia menghadapi pergumulan yang membahayakan nyawanya, kesesakan dan kedukaan tetapi ketika ia berseru kepada Tuhan mengharapkan belas kasihan dan keadilan Tuhan maka Tuhan meluputkannya. Tuhan peduli bagi teriakan orang orang yang sederhana dan lemah dan Tuhan selalu memberi harapan baru, dipeliharaNya orang-orang yang berlindung pada kasihNya. Tuhan penuh kasih yang tidak mempertimbangkan keadaan orang orang yang berseru memohon kasihNya dan keadilanNya, Dia pertolongan bagi yang berseru kepadaNya.

Warisan kasih itu disebut perintah baru. Perintah mengasihi bukan baru kali itu disampaikan Yesus, sebelumnya sudah di ajarkan dan dilakukan Yesus (bd 1 Yohanes 2:7-17). Perintah baru bermakna apa yang harus diperhatikan, menjadi penekanan yang harus mereka tumbuh kembangkan dan pelihara. Kasih itu adalah menjadi perintah, menjadi keharusan, hukum dasar bagi para murid dan orang percaya. Kasih itu menjadi warna pengutusan para murid dan alat mereka untuk menyatakan tujuan Kerajaan Allah. Orang- orang percaya harus saling mengasihi sebagaimana Yesus mengasihi kita (Yohanes 15:12,17, 1 Yohanes 2:7-8, 3:11, 16, 23, 4:7-8, 10-12, 19-20; 2 Yohanes 1:5).

Penghianatan Yudas adalah keegoisannya mencari untung bagi dirinya sendiri, sehingga tidak sedikitpun nilai kasih menjadi pertimbangannya. Yudas “menjual Yesus” kepada orang orang farisi untuk mendapatkan keuntungan. Ia melupakan persahabatan yang sejati dengan Yesus dan para murid dan kehilangan rasa hormat kepada Yesus sebagai gurunya. Ke egoisan telah meniadakan kasih kasih Yudas, meniadakan pertimbangan moralnya.

Karena itu Yesus meneguhkan kesebelas murid itu dengan mengatakan “Aku memberi perintah baru kepadamu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” Mengasihi sebagai perintah baru adalah penegasan bahwa mereka harus terus melakukannya dan hidup di dalamnya, jika tidak diantara mereka akan ada yang diperalat iblis lagi menjadi egois seperti yang dilakukan iblis kepada Yudas.

Mereka harus bersatu, saling memperhatikan, saling mendukung dan bersama sama menanggung beban penginjilan yang akan mereka lakukan. Yesus tidak meninggalkan warisan emas, perak atau harta benda lainnya selain hanya perintah baru untuk saling mengasihi. Dengan melakukan kasih itu mereka melakukan tanggung jawabnya menyatakan kehadiran Yesus bagi dunia, memperkenalkan Yesus sebagai juruselamat bagi dunia, dan melalui kesaksian kasih mereka membuat dunia percaya.

III.         PENUTUP

SepeninggalNya Yesus tidak menyuruh para murid hebat melakukan mujizat mujizat, berbahasa roh, hebat di dalam pemberitaan bahkan rela mati sebab semuanya itu tidak akan berarti jika tidak di dasarkan kepada kasih, tanpa kasih tidak akan berarti apa apa. Yang diperintahkanNya adalah supaya mereka bertekun melakukan kasih, sebab segala kehebatan rohani tanpa di dasari kasih tidak akan berarti apa apa (1 Korintus 13:1-3). Prestasi iman bagi para murid dan orang percaya yang di kehendaki Yesus adalah “prestasi kasih.” Orang percaya harus saling mengasihi, seperti Yesus telah mengasihi dunia ini.

Pdt. Ekwin Wesly Ginting Manik, S.Th, M.Div.
Ketua Klasis Bekasi-Denpasar