Kamis Putih 09 Februari 2020 ; Matius 26 : 26 - 30

Invocatio    : Lalu  Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya : “ Pergilah, persiapkanlah perjamuan  Paskah bagi  kita  supaya  kita   makan (Lukas 22:8)

Bacaan         : Keluaran 12:24-28 

Kotbah         : Matius 26:26-30 

Tema           : “Persadan Si Badia”

1.    Matius menekankan kewajiban orang Kristen untuk makan dan minum perjamuan Tuhan dalam kepatuhan terhadap perintah Yesus. Bahkan perjamuan Tuhan menjadi bagian dari hukum Kristus.

2.    Nats ini menyatakan waktu kejadiannya begitu jelas yaitu “ketika sedang makan”. Ay. 21 Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan hidangan pendahuluan, kini mereka sedang makan hidangan utama perjamuan Paskah. Matius secara khusus menyisipkan nama Yesus di ay. 26 supaya membawa kembali Yesus sebagai pusat cerita setelah penyebutan nama Yudas di ay. 25. Yesus mengambil roti, mengucap berkat, dan memecah-mecahkannya. Kemungkinan roti yang dipakai adalah roti biasa bukan roti tidak beragi. Bahasa yang digunakan adalah artos bukan azumos (Ibr. matsah). Sejauh ini tidak ada sesuatu yang baru dari yang dilakukan Yesus beserta murid-Nya dari kebiasaan Yahudi. Hanya mereka tidak menggunakan roti tidak beragi seperti umumnya. Unsur baru terletak pada perkataan Yesus setelah roti itu dibagikan “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku” (terdapat juga di dalam Markus dan Lukas, hanya Lukas menambahkan lagi “perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku”).

Perjamuan kudus mengingatkan kita akan “kerelaan memberi diri” Yesus (memecah roti yang adalah gambaran tubuh-Nya sendiri).

3.    Ay. 27, dalam Injil Matius dan Markus (14:23) dinyatakan bahwa segera sesudah pembagian roti, Yesus mengedarkan cawan (poterion). Perjamuan Paskah Yahudi umumnya memiliki beberapa cawan berisi anggur. Tetapi Markus dan Matius menyebut hanya satu cawan. Kemungkinan yang dimaksud ialah cawan ketiga dari acara tersebut. Atas cawan itulah orang mengucapkan berkat, karena cawan itu disebut “cawan pengucapan syukur” (1 Kor. 10:16 “poterion tes eulogias”). Cawan ketiga itu juga yang Yesus berikan kepada para murid-Nya disertai kata-kata “minumlah, kamu semua, dari cawan ini”.

4.    Ay. 28, Matius menyebutkan alasan “sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa”. Markus 14:24 tidak mencantumkan kata-kata “untuk pengampunan dosa”. Jadi pada waktu merayakan perjamuan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Nya Yesus memberi yang baru kepada dua unsur yang khas dari Paskah Yahudi yaitu roti dan anggur tersebut. Ketika Yesus mengatakan “ambillah, makanlah, ini tubuh-Ku”, Dia tidak sedang mengatakan bahwa “roti ini sama dengan tubuh-Ku”. Tetapi perlu kita pahami sesuai dengan makna perjamuan Paskah dalam lingkungan Israel. Pada setia perayaan Paskah roti tidak beragi membuat umat Israel teringat akan malam keluaran dari Mesir, akan mukjizat Allah, yaitu penyelamatan bangsa dari perbudakan di Mesir. Seolah-olah orang yang memperingatinya, dia sendirilah yang berada dalam peristiwa itu. Begitu pula Yesus menghendaki agar para murid mengingat bahwa pada waktu perjamuan Paskah terakhir bersama mereka Dia menciptakan kaitan erat antara roti yang dipecah-pecahkan dan dibagikan dengan tubuh-Nya. Yesus telah mengaitkan roti Paskah yang dipecah-pecahkan dan dibagikan itu dengan tubuh-Nya, bahkan dengan diri-Nya sendiri. Jadi tindakan tersebut bertujuan sebagai ingatan akan perkataan dan perbuatan Tuhan Yesus sendiri. Yang pasti adalah bahwa Yesus meminta kita untuk memperingati, bukan kelahiran-Nya, atau hidup-Nya, atau mukjizat-Nya, tetapi kematian-Nya.

Roti berarti Yesus sendiri, air anggur dikaitkan dengan “darah perjanjian-Ku” (bdk. Zak. 9:11). Darah itu “ditumpahkan untuk pengampunan dosa”, maka kata-kata itu menegaskan bahwa tindakan Yesus, yaitu kematian-Nya yang dialami-Nya dengan sukarela, meneguhkan perjanjian baru antara Allah dan umat Israel baru.

Perkataan Yesus mengenai cawan anggur berlatar belakang Yesaya 53:12 dan Yeremia 31:34 yang berisi nubuat mengenai Perjanjian Baru. Sehingga cawan anggur itu menjadi pengemban perjanjian baru itu. Darah Yesus ditumpahkan untuk pengampunan dosa, baik dosa bangsa-Nya sendiri maupun “banyak orang” (pollon). Itu berarti pengampunan terbuka bagi setiap orang karena Yesus sendiri memandang kematian-Nya sebagai korban persembahan bagi semua orang, bahkan sebagai tebusan bagi seluruh dunia.

5.    Menerima Yesus sebagai jalan manusia mendapat bagian dalam anugerah keselamatan. Tidak mungkin manusia dengan sendirinya menjadi umat Allah yang baru, dengan hanya mendaftarkan diri secara administratif. Dalam hal ini menerima roti dan anggur sebagai tanda kehadiran Yesus Kristus.

6.    Ay. 29 “mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai hari Aku meminumnya, yaitu yang baru”. Hal ini kita tidak bisa lepaskan dalam kerangka zaman akhir. Ayat ini menghubungkannya dengan kedatangan Kerajaan Allah kembali dengan sempurna. Pada waktu itu, segala sesuatu menjadi baru, dan pada waktu itu juga Yesus akan minum dari hasil pokok anggur “yang baru” (kainon) bersama-sama dengan para murid-Nya dan semua orang milik-Nya di Kerajaan Bapa-Ku (basilea tou patros mou). Melalui perjamuan tersebut nyata sebuah kesatuan antara “Aku – kamu – Bapa-Ku”. Sehingga melalui Perjamuan Kudus kita akan teringat akan kedatangan Yesus Kristus yang membawa pembebasan, yang mendirikan perjanjian baru antara Allah dengan umat-Nya oleh pengorbanan nyawa-Nya secara sukarela serta kesatuan antara Yesus Kristus, kita sebagai umat yang baru, dan dengan Bapa.

7.    Sebagaimana tindakan perjamuan ini mengingatkan kita akan peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir menuju tanah perjanjian. Maka Perjamuan kudus hari  ini mengingatkan kita supaya kita keluar dari “Mesir-Mesir” yang baru menuju tanah perjanjian mengingat umat Allah yang baru dibawa keluar dari perbudakan “Mesir” yang baru supaya dapat hidup di tanah “perjanjian” bersama dengan Allah.

8.    Pada saat orang Yahudi sibuk mempersiapkan anak-anak domba untuk Paskah, Yesus sendiri sebagai anak domba Paskah sejati siap untuk mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sejati untuk penebusan dosa. Maka jika hari ini kita melakukan perjamuan maka hal tersebut menjadi peringatan (anamnesis) bagi kita akan penderitaan dan kematian-Nya yang membawa pendamaian dalam kerelaan.

9.    Ay. 30, naik ke bukit Zaitun “sesudah menyanyikan nyanyian pujian”. Kemungkian yang dinyanyikan adalah mazmur-mazmur pujian (Mzm. 113-118). Lagu-lagu yang dinyanyikan itu mempunyai tempat tersendri dalam acara Paskah Yahudi. Ketika Yesus merayakan perjamuan Paskah terakhir, Dia tetap berpegang pada acara yang wajib dipakai umat Yahudi, termasuk dalam hal nyanyian.

Bukit Zaitun tersebut masih dalam wilayah kota Yerusalem. Pada malam Paskah tersebut orang dilarang keluar dari wilayah kota. Jadi, dalam hal ini pun Yesus tidak melanggar kebiasaan Yahudi.

10. “Maundy Thursday” adalah hari Kamis terakhir sebelum hari Jumat Agung dan menjadi penutup masa Pra-Paskah, sebelum Triduum, yaitu Trihari Paskah yang meliputi: Kamis Putih - Jumat Agung - Sabtu Sunyi - Paskah. Istilah Maundy berasal dari bahasa Latin yang berarti “mandat” atau “perintah” dan menunjuk kepada perintah baru yang Yesus berikan kepada murid-murid-Nya untuk saling mengasihi dan saling melayani satu sama lain (“Mandatum Novum” atau perintah baru: “Aku memberi perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh 13:34). Dalam liturgi Kamis Putih gereja secara utuh menghayati dan mengenang peristiwa Perjamuan Malam Terakhir, penetapan sakramen Perjamuan Tuhan, dan sikap Yesus yang menekankan kasih-Nya sebagai seorang hamba dengan membasuh kaki para murid-Nya.

11. Salah satu hal yang dilakukan Yesus pada perjamuan terakhir adalah membasuh kaki para murid. Dan dalam beberapa tahun ini belakangan ini gereja kita juga melakukan hal yang sama meski masih banyak yang belum menghayati makna dari pembasuhan kaki tersebut. Tradisi Yahudi, membasuh kaki adalah salah satu bentuk penghormatan pada seseorang yang mempunyai status atau jabatan lebih tinggi. Kaki adalah anggota tubuh yang terletak paling bawah dan biasanya paling kotor. Membasuh kaki adalah kewajiban para pelayan. Yesus mau memberi teladan melayani. Dengan teladan pembasuhan kaki ini, Yesus juga ingin mengajarkan bahwa pada dasarnya semua manusia itu sama di mata Tuhan, memiliki hak dan martabat yang sama, sehingga karena persamaan itulah semua manusia diharap dapat saling melayani dengan penuh kasih. 

12. Mengingat adalah salah satu hal yang terpenting dalam teologi Kristen. Semboyan proklamator “jas merah” (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Dalam Perjamuan Kudus? Apa yang perlu kita ingat? Tentu kebaikan Tuhan yang dengan sukarela menjadi persembahan Paskah yang sejati sekali untuk selamanya menebus dosa kita. Apa yang tidak perlu kita ingat-ingat? Kesalahan orang lain (elem-elem/ dendam)! sebagaimana Perjamuan Kudus memiliki mandat baru demikianlah kita kiranya saling mengasihi.

13. Perjamuan Kudus mengingatkan kita bahwa makan dan minum bukan hanya masalah perut saja. Tetapi kesatuan ataupun kebersamaan yang setara. Tidak seperti yang terjadi di jemaat Korintus, antara golongan kaya dan miskin (kaum budak) ada hieararki. Sudah jelas ketika melakukan perjamuan budak tidak tentu jam kedatangannya karena pasti menunggu izin dari tuannya untuk bisa hadir di perjamuan yang telah ditentukan. Tetapi golongan kaya tidak sabar akhirnya menghabiskan makanan dan minuman. Perjamuan kudus kembali mengingatkan kita untuk saling menerima satu dengan yang lain dan tidak ada tembok pemisah.

14. Perjamuan Kudus mengingatkan kita akan kebaikan Tuhan. Ditengah gampangnya kita melupakan kebaikan Tuhan, yang kita ingat adalah kebaikan diri kita. Memang seribu perbuatan Tuhan yang baik bagi kita tidak cukup menjadi alasan kita bersyukur kepada-Nya, tetapi satu hal yang Tuhan berikan tidak sesuai dengan hati kita sudah sangat cukup bagi kita untuk menyatakan Tuhan tidak adil. Mengingat kebaikan Tuhan mendorong kita mengucap syukur sebagaimana Yesus lakukan sebelum memecah roti tersebut. Dalam ungkapan syukur terkandung ingatan akan kebaikan Tuhan.

Pdt. Dasma Sejahtera Turnip, -

GBKP Rg. Palangka Raya