Kebaktian Pekan Doa Wari VII Tahun 2021 ; Yokobus 5 : 13-18

Invocatio   : Kata-Nya: "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki” (Markus 14:36).

Khotbah     : Yakobus 5 : 13 – 18

Tema           : Hasil Berdoa (Ulih Pertoton)

1.     Pendahuluan

Orang yang sudah merasakan hasil dari doa dengan sendirinya terpanggil untuk terus giat berdoa. Sebaliknya orang yang belum merasakan manfaat dan pentingya berdoa perlu dibimbing untuk berdoa. Perlu dinasehati dan diberi dorongan motivasi untuk berdoa. Sebab kalau dibiarkan saja maka orang tersebut akan terus menerus mengandalkan kekuatan dirinya saja. Tentu saja kekuatan manusia tidak akan memadai untuk mengatasi semua tantangan dan persoalan kehidupan.

Orang Kristen yang dewasa tekun berdoa di dalam kesulitan hidup. Daripada bersungut-sungut menghadapi keadaan, lebih baik menceritakan isi hatinya kepada Allah; dan Allah mendengar dan menjawab doa-doanya. “Menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan di dalam doa” tentunya merupakan suatu tanda dari kedewasaan rohani.

2.     Pendalaman Nats

Yakobus mengingatkan jemaat “Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!” (ay. 13). Keadaan kita di dunia ini beragam, adakalanya kita bersedih dan adakalanya bergembira. Allah telah menetapkan penderitaan dan kegembiraan silih berganti, supaya kita bisa merespons dengan benar dengan sikap yang diinginkan Tuhan. Penderitaan sudah seharusnya membuat kita berdoa, sedangkan kelimpahan membuat kita bersyukur. Berdoa dan Bersyukur merupakan ibadah yang harus terus menerus kita lakukan tanpa henti dalam hidup kita. Ini tidak berarti bahwa doa hanya terbatas pada masa sulit, atau menyanyi hanya kita lakukan ketika bergembira saja. Sebaliknya, ibadah ini dilaksanakan untuk menghasilkan manfaat khusus menurut masa kehidupan yang dihadapi.

Di dalam penderitaan, tidak ada yang lebih cocok dilakukan dibanding doa. Orang yang mengalami penderitaan harus berdoa sendiri, dan juga meminta dukungan doa orang lain. Bukan hanya meminta untuk didoakan tetapi orang yang bersangkutan harus lebih bertekun dalam doa. Masa penderitaan sudah seharusnya menjadi masa untuk berdoa. Untuk tujuan inilah Allah mengizinkan penderitaan datang, supaya kita segera mencari Dia, dan supaya mereka yang pernah mengabaikan-Nya dapat dibawa kembali untuk mencari Dia.

Doa paling dapat diterima Allah ketika timbul dari roh yang merendah dan penuh penyesalan. Penderitaan biasanya memunculkan keluhan. Dan kepada siapa lagi kita harus mengeluh selain kepada Allah dalam doa? Sungguh penting untuk melatih iman serta pengharapan di tengah penderitaan. Dan doa merupakan sarana yang ditetapkan, baik untuk memperoleh maupun untuk meningkatkan kasih karunia di dalam diri kita. Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!

Di sini terdapat petunjuk-petunjuk tertentu yang diberikan menyangkut orang-orang sakit. Kalau ada seorang yang sakit, mereka perlu memanggil para penatua jemaat yakni gembala atau hamba Tuhan dari jemaat (ay. 14-15). Menjadi kewajiban orang sakit untuk memanggil hamba-hamba Tuhan dan meminta bantuan serta doa mereka. Menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara atau di dalam tubuh Kristus bahwa ada rasa sepenanggungan dan bersama-sama mengangkat pergumulan pada Tuhan. Dan sudah menjadi kewajiban para hamba Tuhan untuk mendoakan orang sakit ketika mereka dipanggil dan diminta melakukan itu.

Ada pertanyaan yang perlu dijawab pada bagian Firman Tuhan yang mengatakan, “… mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan”. Sebab ada orang tertentu yang memutlakkan penggunaan “minyak urapan” hingga menciptakan peluang bisnis baru yaitu bisnis minyak urapan. Padahal yang mutlak itu mendoakan, tentang penggunaan minyak dalam pengertian pengobatan. Bahwa Firman Tuhan tidak melarang pengobatan medis atau mengupayakan pengobatan medis bagi jemaat yang sakit, semuanya dapat dilakukan dalam nama Tuhan atau di dalam pengharapan pada Tuhan. Orang Katolik Roma memakai upacara ini sebagai sebuah sakramen, yang disebut sakramen orang sakit atau minyak suci. Mereka menjalankan sakramen ini tidak untuk menyembuhkan orang sakit, seperti yang dahulu digunakan para rasul, tetapi untuk mengurapi orang yang sudah hampir mengembuskan nafas terakhir. Pengolesan yang dilakukan rasul dimaksudkan untuk menyembuhkan penyakit, sedangkan sakramen perminyakan di gereja Katolik dengan tujuan menghapus dosa yang masih tersisa, dan memampukan jiwa (seperti yang mereka percayai) melawan kuasa-kuasa di udara dengan lebih baik. Bagaimanapun, lebih baik meninggalkan kebiasaan pengolesan dengan minyak ini daripada mengubah tujuannya sehingga cukup bertolak belakang dengan yang dibicarakan di Kitab Suci. Bagaimanapun, ada satu hal yang harus dicermati di sini, bahwa keselamatan si sakit tidak dikatakan terjadi berkat mengolesnya dengan minyak, tetapi dengan doa: doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu, dan seterusnya (ay. 15). Intinya mendoakan orang sakit untuk meneguhkan imannya, baik untuk memperoleh kesembuhan maupun mempersiapkan dirinya menghadap Tuhan.

Doa bagi orang sakit harus dimulai dari dan disertai iman yang hidup. Harus terdapat iman, baik di dalam diri orang yang mendoakan maupun yang didoakan. Ketika seseorang sakit, bukanlah doa yang dingin dan kaku yang memberikan hasil, melainkan doa dengan iman.

Orang Kristen diajarkan untuk saling mengaku dosa dan saling mendoakan (ay. 16). Beberapa ahli tafsir Kitab Suci menghubungkan hal ini dengan ayat 14. Seperti ketika orang sakit memanggil hamba Tuhan untuk mendoakannya, mereka juga harus mengakui dosa mereka kepada para hamba Tuhan itu. Namun, pengakuan yang dianjurkan di sini adalah supaya orang Kristen saling mengakui dosanya kepada sesamanya, dan bukan kepada hamba Tuhan saja. Ketika orang telah saling menyakiti, perbuatan ketidakadilan itu harus diakui kepada mereka yang telah disakiti itu. Terkadang, ada baiknya kita mengakui kesalahan kepada hamba Tuhan yang bijaksana atau sahabat yang mau berdoa bagi kita, supaya ia dapat membantu kita memohon belas kasihan dan pengampunan dari Allah. Namun, janganlah kita berpikir bahwa Yakobus menyuruh kita menceritakan semua kesalahan yang ada pada diri kita atau sesama kita. Sudah cukup apabila kita menyampaikan pengakuan supaya bisa berdamai dengan mereka yang bermasalah dengan kita, atau untuk memperoleh penjelasan bagi hati nurani dan membuat perasaan kita tenang serta tenteram. Sejauh itulah kita harus siap mengakui kesalahan kita. Kadang-kadang ada baiknya juga bagi orang Kristen untuk saling mengungkapkan kelemahan dan pelanggaran mereka, sepanjang sudah terjalin keakraban serta persahabatan di antara mereka, sehingga mereka dapat saling membantu melalui doa-doa mereka untuk memperoleh pengampunan bagi dosa-dosa mereka dan kekuatan untuk melawan dosa-dosa itu. Orang-orang yang saling mengakui kesalahan, sudah seharusnya berdoa bersama dan saling mendoakan. Ayat 13 menyuruh orang untuk berdoa bagi diri sendiri, Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Ayat 14 menyuruh orang untuk memohon doa para hamba Tuhan, sedangkan ayat 16 menyuruh anggota jemaat Kristen untuk saling mendoakan. Dengan demikian kita lihat di sini berbagai jenis doa (yaitu doa dari hamba Tuhan, doa bersama-sama, dan doa pribadi) yang disarankan.

Keuntungan dan manfaat besar dari doa dinyatakan dan dibuktikan, Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya, entah didoakan bagi diri sendiri atau bagi orang lain. Lihatlah contoh dari Elia (ay. 17-18). Orang yang berdoa haruslah orang yang benar. Bukan benar dalam arti sempurna (sebab Elia yang di sini dijadikan teladan bagi kita, bukanlah orang yang sempurna). Ia tidak mencintai ataupun menyetujui kejahatan jenis apa pun. Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar (Mzm. 66:18). Selanjutnya, doa itu sendiri haruslah merupakan doa yang sungguh-sungguh dan dinaikkan secara khusus. Doa itu harus merupakan luapan hati kepada Allah, dan dialirkan dari iman yang tulus. Doa semacam itu sangatlah bermanfaat. Bermanfaat bagi diri kita sendiri, mungkin juga berguna bagi teman-teman kita, dan yang pasti, diterima oleh Allah. Sungguh baik apabila memiliki sahabat yang doa-doanya diterima oleh Allah. Di sini, kuasa doa dibuktikan melalui keberhasilan Elia. Peristiwa ini dapat menguatkan hati kita, bahkan dalam perkara-perkara yang biasa, apabila kita mengingat bahwa Elia adalah manusia biasa sama seperti kita. Dia orang baik yang bersemangat dan sangat hebat, tetapi dia juga memiliki kelemahannya sendiri, dan harus berhadapan dengan masalah-masalah rasa takut dan kekhawatiran sama seperti orang lain. Saat berdoa, janganlah kita memandang jasa manusia, tetapi kasih karunia Allah. Hanya dalam hal inilah kita harus meneladani Elia, yaitu bahwa ia berdoa dengan sungguh-sungguh. Atau, sesuai naskah aslinya, di dalam doa ia berdoa. Belumlah cukup untuk sekadar mengucapkan doa, tetapi kita juga harus berdoa dalam doa. Pikiran kita harus terpusat, kerinduan kita harus teguh dan tekun, dan semua anugerah yang telah kita terima kita manfaatkan. Apabila kita berdoa seperti itu, maka kita akan berhasil di dalam doa. Elia berdoa, supaya hujan jangan turun, dan Allah mendengar permohonannya dalam menghadapi bangsa penyembah berhala yang menganiaya umat-Nya, sehingga hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan, dan seterusnya. Dengan demikian bisa dilihat bahwa doa merupakan kunci yang mampu membuka dan menutup langit. Orang Kristen harus giat dan bersungguh-sungguh dalam doa. Jika melalui doa Elia dapat melakukan hal-hal yang begitu hebat dan luar biasa, maka doa-doa orang benar pasti tidak akan kembali dengan sia-sia. Kalaupun tidak terjadi mujizat dalam jawaban Allah atas doa-doa kita, masih terdapat kasih karunia yang besar.

3.  Pointer Aplikasi

Banyak hal yang bisa kita hasilkan melalui doa sebab kita menghubungkan diri dengan Tuhan sumber pertolongan hidup kita. Dengan berdoa bisa saja Tuhan mengangkat beban kita seketika. Namun bisa saja Tuhan tetap membiarkan kita dengan beban kita tetapi Tuhan memberi kekuatan untuk menanggungnya. Tuhan juga bisa menunjukkan kasih karunia-Nya dalam pergumulan yang kita hadapi. Tuhan menyadarkan kita bahwa betapa besar kasih karunia dengan memberi pengalaman melalui berbagai pergumulan kehidupan.

Berdoa bukan asal berdoa tetapi perlu sikap yang benar di hadapan Tuhan. Kita berdoa dan memohon dengan rendah hati dan tidak memaksa, kita berkata “kalau bisa…”, tapi walaupun tidak bisa “aku tetap percaya dan menerima apapun keputusan Tuhan” sebab Tuhan yang tahu yang terbaik bagi hidup kita. Sebab kita memahami kehendak Tuhan pasti terjadi dalam hidup kita. Dan apa jadinya hidup kita bila kehendak kita yang terjadi bukan kehendak Allah? Kita harus menyesuaikan diri dengan kehendak Allah.

Kita perlu berada dalam hubungan yang benar dengan Tuhan. Dengan kita bertekun dalam doa maka kita menyatakan kebergantungan kita pada Tuhan, kita menyatakan “kami butuh Engkau Tuhan”. Juga sikap hidup yang benar adalah mengutamakan Tuhan, tidak ada hal lain yang lebih penting daripada Tuhan.

Kuasa doa adalah kuasa yang terbesar di dunia. “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (5:16). Tetapi dalam situasi yang berat kadang kala sulit bagi kita mengungkapkan doa yang benar atau memahami kehendak Tuhan dalam penderitaan kita. Untung saja Roh Kudus menolong kita untuk berdoa. Roma 8:26 “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan”.

Setelah doa kita dikabulkan atau setelah penderitaan berlalu ingat untuk mengucap syukur pada Tuhan. Sebab kita mengetahui bahwa bukan dengan kekuatan kita sendiri maka kita terlepas dari pergumulan hidup. Pertolongan Tuhan yang terbesar dan terutama dalam hidup kita. Maka ada gunanya Tuhan mengizinkan penderitaan terjadi dalam hidup kita, supaya mata kita melihat pertolongan Tuhan yang luar biasa. Setelah itu kita memuji kebesaran kasih Tuhan yang boleh kita rasakan. Amin.

Pdt. Sura Purba Saputra, M.Th

GBKP Runggun Harapan Indah