Kebaktian Pekan Doa Wari V Tahun 2021 ; 1 Raja-raja 3 : 1-9

INVOCATIO : Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga , tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah  dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (Fil.4:6)

KHOTBAH   : 1 Raja-Raja 3:1-9

THEMA          : ERTOTO GUNA PENTAR

Syalom, saudara yang terkasih,

Ada sebuah buku dengan judul menarik yang ditulis oleh salah seorang public figur di negara kita. Buku tersebut diberi judul GANTI HATI. Buku ini dituliskan oleh Dahkan Iskan dan berisi mengenai pengalaman sakit yang dia alami. Pada tahun 2007, menurut diagosa dokter, dia mengalami penyakit yang disebut sirosis hati. Menurut dokter, yang bisa dilakukan utuk mengatasi penyakit ini adalah dengan melaksanakan operasi transplantasi hati. Dengan kata lain, karena organ hati mengalami pengerasan dan penurunan fungsi pada tubuh jadi hati tersebut harus dibuang dan digantikan dengan hati yang baru. Tentu tindakan operasi ini memiliki resiko tinggi dan juga biaya yang luar biasa. Tentu demi kesehatan, setiap orang pasti akan melakukan segala tindakan yang dapat ditempuh. Hikmah dari pengalaman ini menurut Dahlan Iskan adalah dia jadi memiliki cara pandang baru terhadap banyak hal dalam hidup ini. Jemaat yang terkasih, sesuai dengan tema kita, untuk beroleh hikmat dan kepintaran tidak sama seperti operasi hati yang menggantikan hati lama dengan hati yang baru. Saat ini kita dihadapkan dengan berbagai kepungan tantangan dan bencana yang membuat kita perlu memandang segala sesuatu dengan sudut pandang yang baru pula. Bila kita hanya mengandalkan pengetahuan kita, mungkin kita akan “patah” saat diperhadapkan dengan tantangan zaman ini. Menurut firman Tuhan, kita memerlukan hati yang baru, yang diisi dengan hikmat dan kebijaksanaan yang datang dari Tuhan. Entah dari sisi manapun kita memandang kehidupan ini, kita perlu hikmat dan kepintaran agar tidak salah dalam mengambil pilihan-pilihan hidup. Dalam berbagai tantangan kehidupan, kita perlu menjadi pribadi yang berhikmat agar kita tetap melihat kehidupan ini dalam bingkai iman dan pengharapan kepada Tuhan.

Bagaimana caranya agar kita menjadi orang-orang yang berhikmat dan bijaksana?  Yang pertama: Tuhan memberikan hikmat kepada kita ketika kita menyadari bekas dan jejak perbuatan Tuhan bagi kita. I Raj.3:6 jelas mengatakan kepintaran dan pengetahuan kita tidak cukup sebab tak ada sesuatu pun yang boleh terjadi tanpa tangan Tuhan berperan disana. Salomo pun jelas-jelas mengatakan: karena Tuhan telah menunjukkan kasih setia dan memberi jaminan kepada Daud sehingga ia dapat menggantikan ayahnya sebagai raja. Jadi Salomo mengakui ada Tuhan dibalik keberhasilannya. Salomo sangat sadar jabatan yang dia peroleh bukan semata-mata karena dia anak raja yang berhak mendapatkan takhta. Inilah saatnya kita pun mengaku pengetahuan dan keberhasilan kita bukan terjadi karena kita sendiri tetapi karena Tuhan campur tangan didalamnya. Kita boleh punya segudang pengalaman dan prestasi yg dibutuhkan manusia, tetapi jika Tuhan tidak berkenan tidak ada satu perbuatan tangan kita yang jadi.

Yang kedua; Tuhan mengalirkan hikmatNya kepada orang yang sadar diri di hadapan Tuhan. Dalam I raj.3: 7 Salomo sendiri mengakui bahwa dia masih muda dan belum berpengalaman. Ada kerendahan hati saat dia mengakui kekurangannya serta meminta Tuhan untuk menolongnya. Orang yang sadar diri di hadapan Tuhan akan mengakui kelemahannya lalu mengulurkan tangannya kepada Tuhan dengan tangan yang terbuka supaya Tuhan yang mengisi dan memenuhinya. Tidak ada orang yang meminta dengan gestur tangan yang mengancam/menggenggam kecuali  dia seorang preman. Biasanya ketika seseorang meminta sesuatu, tentu dia melakukannya dengan gestur  tangan terbuka yang artinya kosong dan ada sesuatu yang dapat diletakkan disana. Saat kita meminta hikmat Tuhan dengan tangan terbuka serta mengakui keterbatasan kita, niscaya hikmat dan kepintaran itu akan dialirkan dalam kehidupan kita.

 Yang ketiga; hikmat diberikan kepada mereka yang mengakui betapa rumitnya hidup ini dengan semua kompleksitas yang ada di dalamnya. I raj 3:8-9 Salomo menyadari tantangan yang akan dia hadapi dalam masa mendatang. Salomo ada ditengah bangsa yang besar,  dan kelak  pasti akan sangat sulit mengaturnya. Dia tahu persis karakter bangsanya yang memiliki predikat tegar tengkuk-keras kepala. Oleh karena itu hikmat dan kebijaksanaan diberikan kepada mereka yang menyadari apa yang mereka punyai selama ini tidaklah cukup untuk mengatasi semua tantangan yang harus dihadapi.  Bukankah demikian juga yang terjadi dalam hidup kita. Kadang kita berpikir kita untung, malah yang terjadi kita buntung. Kita yakin ini keputusan yang baik, ternyata dalam sekejap mata berbalik menjadi keputusan yang buruk. Bukankah situasi ini lalu menjadi ajakan Tuhan untuk kita mendekatkan diri kepada Dia?

Jemaat Tuhan yang terkasih, Salomo dalam hal ini mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan meminta di dalam doanya agar Tuhan memberikan hati yang bijaksana, pengetahuan untuk mengolah dan menimbang segala perkara yang terjadi agar pada akhirnya keadilan dan kebaikan terwujud saat dia memimpin bangsanya. Dan ketika dia berdoa dan meminta, Tuhan menjawab doanya dan memberikan hikmat itu kepada Salomo. Kita diingatkan bahwa penting bagi kita untuk dekat dengan Tuhan agar kita berhikmat. Hikmat itu ada dalam hubungan yang relasional. Semakin dekat dengan Tuhan, berarti kita akan semakin bijak dan berhikmat. Semakin jauh dari Tuhan, saat kita berpuas diri  lalu mengatakan: berdoa nggak berdoa sama saja kok… disitu kita patut berhati-hati sebab; dimana ada kesombongan kehancuran akan segera datang.

Biarlah kesaksian hidup Salomo yang menjadi teguran keras bagi kita semua. Di awal pemerintahannya, dia adalah sosok yang sangat bergantung pada Tuhan dan ia begitu terkenal dengan hikmatnya sebagai pemimpin dan raja. Tetapi semakin hari,  dia semakin menjauh dari Tuhan. Akibatnya dia tidak dapat mengontrol diri sendiri (istri banyak, gundik banyak), tidak dapat mengatur istrinya, tidak dapat mengajar anak-anaknya, sehingga diakhir kekuasaannya kerajaannya terpecah, perang terus menerus dan banyak darah yang tertumpah. Jemaat Tuhan, dekatkanlah diri kita kepada Tuhan, mintalah dalam doa kita hati yang berhikmat untuk menimbang segala perkara yang terjadi dalam hidup kita yang lalu atau yang akan datang. Alami pertolongan dan kasihNya niscaya kita beroleh kehidupan serta sejahtera yang melampaui akal pikiran kita. Tuhan memberkati kita sekalian.

Pdt. Eden P. Funu-Tarigan, S.Si (Teol)

GBKP Perpulungen Kupang