Pekan Doa Wari III : Efesus 1 : 15-23

Invocatio      : Datanglah nahkoda mendapatkannya sambil berkata: 

“Bagaimana mungkin engkau tidur begitu   nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita,  sehingga kita

tidak binasa.” (Yunus 1:6)

Renungan     : Efesus 1:15-23

Tema            : Berdoa Untuk Jemaat

PENDAHULUAN

Kita sering mendengar ungkapan, bahwa “Doa adalah nafas hidup orang percaya, jika tidak bernafas, maka kita akan mati, jika tidak berdoa, maka kerohanian kita akan mati.”  Ketika kita mendisiplinkan diri dalam hal berdoa, kita akan semakin dewasa rohani, sehingga kita pun semakin mengenal Tuhan dan semakin mengerti kehendakNya atas kita.  Kehebatan pelayanan Yesus Kristus bukan sebatas karena IA mengandalkan keberadaanNya sebagai Anak Allah, tetapi sebagai Anak Manusia yang senantiasa mengandalkan BapaNya melalui doa-doaNya.  IA tidak pernah melewatkan waktuNya tanpa doa. KehidupanNya selama di bumi penuh dengan doa. Untuk itu kita harus mengikuti teladan Yesus mendisplinkan diri dalam hal berdoa.

Demikian halnya dengan Rasul Paulus, dia dikenal sebagai sosok pengikut Kristus yang sangat radikal dan pelayanannya menjadi sangat berdampak luas karena surat-suratnya yang ditulis ke berbagai daerah tempat pelayanannya di masa itu. Sebagai pribadi yang sangat mengasihi Kristus, dia belajar untuk menanggalkan keakuannya dan fokus melayani banyak orang. Dia adalah sosok yang sangat pengasih, seorang mentor dan guru yang memuridkan banyak orang-orang percaya. Sepanjang pelayanannya, dia juga dikenal sebagai sosok yang berpegang teguh dalam doa-doanya. Paulus mengajarkan kita tentang pentingnya tekun di dalam doa serta pentingnya berdoa untuk hal-hal yang tepat. Paulus menyebutkan bahwa siang dan malam dia berdoa sungguh-sungguh supaya suatu saat mereka punya kesempatan untuk bertemu satu sama lain dan dia punya kesempatan untuk memperlengkapi mereka di dalam iman. Dari setiap surat yang dituliskan Paulus kepada jemaat orang percaya di berbagai daerah saat itu, kita bisa menilai bahwa Paulus adalah sosok imam atau pemimpin yang selalu berjaga-jaga dalam doa untuk jemaat dan rekan-rekan sekerjanya. Hal ini mengingatkan kita bahwa sekalipun dia pemimpin, tapi dia tahu bahwa mendoakan orang-orang percaya yang dia layani adalah kewajiban yang harus dia lakukan. Bahkan doa-doanya berisi hal-hal spesifik dan yang terpenting yang diperlukan oleh mereka pada saat itu. Jadi, melalui bahan renungan kita hari ini, mari belajar berdoa sama seperti Paulus.

ISI TEKS

Teks renungan kita pada Pekan Doa hari ke-3 ini berisi tentang doa ucapan syukur Rasul Paulus atas kehidupan jemaat Kristen di Efesus, yang telah menunjukkan kehidupan kekristenan yang sesungguhnya, dan pada saat yang sama Paulus menghaturkan doa dan kerinduannya atas jemaat untuk tetap menghidupi kekristenan mereka itu secara konsisten, terus menerus, dan dengan cara yang benar. Rasul Paulus melayani jemaat Efesus selama tiga tahun dengan semangat yang luar biasa (Kis 9:10). Rasul Paulus tidak dapat menyembunyikan betapa sukacitanya dia ketika mendapat berita bahwa kehidupan beriman jemaat di Efesus begitu mendalam bagi Yesus dan tindakan kasih mereka nyata dirasakan dalam hidup persekutuan. Apa yang ditabur mendatangkan hasil yang menggembirakan. Rasul Paulus bersyukur sebab hidup beriman jemaat mengalami pertumbuhan yang dapat disaksikan oleh banyak orang. Paulus mengasihi jemaat ini sehingga mendoakan mereka dalam karya pelayanan hari demi hari.

Surat kepada jemaat di Efesus ini ditulis oleh Rasul Paulus ketika ia sedang berada dalam penjara di Roma sekitar tahun 60-61 M. Walaupun di dalam penjara yang sudah pasti dia menderita, tertekan, apalagi dia dipenjara bukan karena suatu kesalahan melainkan karena memberitakan Injil Yesus Kristus. Tetapi, perhatikan kondisi dan suasana hati Paulus ketika menulis surat ini: “aku... tidak berhenti mengucap syukur karena kamu....” ( ay.16). Ternyata Paulus bukan menggerutu, bukan tertekan dan kecewa, tetapi justru ia bersukacita dan bersyukur. Mengapa demikian? Ayat 15 menjelaskan alasannya; Paulus tetap bersukacita dan bersyukur walaupun ia dalam penjara disebabkan karena suatu alasan yang menurut Paulus itu sangat penting, yakni mendengar kabar tentang iman orang-orang Efesus. Ternyata jemaat yang ia bentuk ini menunjukkan perkembangan yang sangat baik, sehingga menjadi “obat” baginya yang mendatangkan sukacita walau ia berada dalam penjara. Kondisi dalam penjara bukan saja berubah suasana karena kabar itu, tetapi juga membuat Paulus lupa tentang suasana penjara karena kesibukan yang baru dalam penjara yakni menjadi pendoa bagi jemaat itu (ay.16) dan sekaligus mendampingi mereka melalu surat yang menguatkan.

Ada dua hal mendasar dalam kehidupan jemaat yang membuat Paulus bersyukur, yaitu tentang “Iman (Kesetiaan) mereka dalam Tuhan Yesus” dan tentang “Kasih Jemaat” terhadap semua orang kudus. Ucapan syukur Paulus terhadap kedua hal ini menegaskan bahwa jemaat yang benar adalah jemaat yang memelihara iman (kesetiaan) kepada Tuhan Yesus, sekaligus menunjukkan kasih kepada sesama. Kedua hal ini harus berjalan bersama, sebab iman (kesetiaan) kepada Tuhan Yesus tanpa diiringi dengan kasih terhadap sesama sesungguhnya tiada gunanya. Bukti bahwa jemaat telah menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan adalah kasih mereka kepada sesama. Atas dasar itu kemudian Paulus menghaturkan doa pengharapannya atas jemaat sehingga pengenalan mereka akan Kristus semakin dalam dan benar.

Menurut Paulus dalam doanya, jemaat Tuhan di Efesus harus memahami dengan baik bagaimana seharusnya hidup dalam pengharapan yang benar sekalipun ada berbagai tantangan kehidupan seperti yang dialami oleh Paulus sendiri. Benar bahwa kadang-kadang jemaat Tuhan yang beriman dan telah menunjukkan kasih yang tulus kepada sesama mengalami berbagai persoalan yang bahkan bisa saja membuat mereka mengalami kegagalan, tetapi, demikian doa Paulus, justru dalam berbagai persoalan dan kegagalan itu pengharapan dalam Tuhan harus terus menerus diperdengarkan. Benar bahwa ada banyak fenomena kehidupan di dunia ini yang cenderung merusak dan menghancurkan, tetapi, bagi Paulus dalam doanya, situasi itu harus menjadi semacam cambuk bagi jemaat Tuhan untuk menaruh pengharapannya dalam Tuhan sekaligus menyerukan dan menghadirkan pengharapan itu melalui kesetiaan mereka kepada Tuhan dan kasih mereka terhadap sesama seperti yang telah mereka mulai lakukan selama ini.

Hidup dalam pengharapan ini sangatlah penting, terutama dalam menghadapi berbagai ketidakpastian hidup, dan Paulus mau kalau iman dan kasih jemaat dilengkapi dengan pengharapan; dapat disebut sebagai tiga serangkai dari kehidupan kekristenan, yaitu iman, pengharapan dan kasih (bd. 1 Kor. 13:13). Itulah yang diinginkan oleh Paulus di jemaat Efesus ini, yaitu bahwa mereka tidak kehilangan pengharapan dalam Kristus, dan bahwa mereka juga dapat menjadi pembawa pengharapan Kristus itu di tengah-tengah dunia di mana mereka berada, sehingga melalui pengharapan yang mereka hadirkan itu dunia akan mengenal Allah dengan benar.

APLIKASI

Rasul Paulus dalam imannya kepada Tuhan dimampukan untuk bersyukur seperti yang dituliskan dalam Efesus 1:15-23. Dia mengangkatkan doa syukurnya mengingat jemaat Efesus. Mengapa? Karena orang orang Efesus yang bertobat, percaya kepada Tuhan Yesus dan hidup sebagai jemaat Tuhan.

Bagaimana dengan kita, sudahkah kita bersyukur kepada Tuhan untuk jemaat kita? Untuk para Pendeta yang Tuhan tempatkan, untuk para Pertua/Diaken yang bertugas, untuk para Guru KAKR, pengurus PJJ-Kategorial, paduan suara, dan semua orang yang aktif melayani atau anggota jemaat? Belajar dari Rasul Paulus yang mendoakan jemaat di Efesus. Doa ucapan syukurnya dan pengharapan agar kasih mereka makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian. Anggota jemaat diselamatkan oleh kasih Kristus. Kasih bukan suatu teori yang harus dipelajari. Kasih adalah sesuatu yang telah mereka alami.

Oleh karena itu kita juga bertanggungjawab saling mendoakan, agar kita juga bertumbuh dalam kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Kita juga diharapkan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar dan pengertian tentang Firman Tuhan. Disini sebagai orang Kristen diharapkan memiliki target untuk belajar Firman Tuhan sehingga pegetahuan dan pengertian tentang siapa Tuhan, apa yang telah Dia lakukan dan hidup yang bagaimana yang dikehendaki Tuhan makin difahami dan makin dimampukan memilih apa yang baik untuk hidup suci menjelang hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Ini menjadi doa kita, doa para pemimpin/pelayan gereja untuk semua anggota jemaat dan lebih penting lagi ini menjadi kerinduan Tuhan Yesus agar kasih kita bersama makin melimpah, demikian juga pengetahun dan pengertian akan Firman Tuhan. Mengingat doa juga menjadi kerinduan Tuhan Yesus, mari kita mengusahakan dan mempraktekan kasih dalam konteks jemaat, konteks keluarga, konteks ditempat kerja, di konteks sekolah dan ditengah masyarakat. Mempraktekkan kasih kepada sesama dengan terus hidup dalam persekutuan kasih dengan Tuhan Yesus sumber kasih. Bersamaan dengan itu kembangkan kasih dan kerinduan untuk menambah pengetahuan dan pengertian akan Firman Tuhan.

Pdt. Melda Tarigan, STh

GBKP Runggun Pontianak