Pekan Kebaktian Keluarga Wari VI ; Mikha 5 : 2 - 5a

Invocatio    : “ Lit Sora erlebuh nina, Pekena dalan Tuhan  i bas taneh si mesawang, ibas gurun pasir, pesikap dalan man Dibatanta” (Yesaya 40:3)

Bacaan       : Mat. 25:1-13

Khotbah     : Mikha 5:2-5a

Thema        : Keluarga Yang Menyongsong Kedatangan Tuhan

1.    Pengantar

Mungkin kita pernah mendengar atau bahkan membaca salah satu buku yang ditulis oleh Jack Canfield dan Mark Victor Hansen yang berjudul Chicken Soup For the Soul. Buku yang dikenal berisikan kisah-kisah inspiratif ini menjadi buku terlaris di brbagai belahan dunia. Puluhan serinya sudah diterjemahkan ke dalam 40 bahasa dan terjual lebih dari 100 juta eksemplar hanya di Amerika Serikat saja. Buku ini dianggap sebagai buku yang mempelopori buku-buku lain yang sejenis di seluruh dunia. Bahkan saat ini bisnis penulisnya telah merambah ke bidan glain seprti makanan, pertunjukan TV dan bahkan saluran Youtube. Pertanyaannya, apakah keberhasilan mereka ini adalah sebuah keberuntungan yang mereka alami dalam karir mereka? Ternyata dalam sebuah artikel merek apernah bercerita bahwa apa yagn mereka capai saat ini adalah buah dari persiapan yang matang dan perencanaan yang baik. Untuk menjadi buku terlaris, mereka bahkan bekerja keras selama satu setengah tahun

sebelum karya mereka mendapat pengakuan. Jelaslah bahwa sebuah persiapan yang baik mendatangkan kebaikan dalam kehidupan kita. Bahkan bagi orang Kristen, bukan saja melakukan persiapan semasa hidup, tetapi pun juga persiapan setelah kehidupan ini. Kita tidak pernah dapat memastikan kapan tepatnya kedatangan Kristus kembali tetapi persiapan iman kita membuat kita siap menghadapi hari Tuhan itu kapan pun saatnya.

2.    Tafsiran

Yesaya 40:3

Keadaan bangasa Israel tak ubahnya seperti narapidana dalam penghukuman yang membutuhkan pembebasan. Hukuman yang mereka alami selama 70 tahun di Babel (bdk. Yer.25) dirasakan sangat menyiksa. Melalui Nabi Yesaya, Tuan Allah menyampaikan kabar sukacita  yakni kata-kata yang memberikan semangat baru  dan menghibur hati kepada bangsa Israel untuk bangkit kembali. Berita sukacita itu diberikan agar bangsa Israel dapat segera meresponnya sebagai titik balik dalam kehidupan mereka. Inti berita sukacita itu adalah pembebasan; bahwa perhambaan mereka telah berakhir, dan dosa mereka  diampuni. Melalui Nabi Yesaya, Allah menyampaikan kepada umatNya bahwa aka nada orang yang secara khusus diutus Tuhan untuk menandai dimulainya pembebasan, yaitu tampilnya orang yang berseru-seru agar semua orang mempersiapkan jalan untuk Tuhan.  Untuk menyambut kedatanganNya, semua jalan harus menjadi rata. Berita ini disampaikan agar manusia merespon berita ini dengan menyadari bahwa Allah yang akan datang itu adalah Allah yang berkuasa atas segala kehidupan manusia.

Matius 25: 1-13

Perumpamaan gadis-gadis bodoh dan gadis-gadis bijak dalam perikop ini mengandaikan kebiasaan di Palestina mengenai kepergian mempelai pria ke ruman mempelai perempuan untuk melakukan perjanjian perkawinan dengan ayah mertuanya. Ketika mempelai pria kembali dengan mempelai perempuan ke rumahnya, maka pesta perkawinan segera dimulai. Para pengiring pengantin diharapkan menyongsong ke dua mempelai saat mereka mendekati rumahnya.

Dalam pembagian pasal-pasal dalam Injil Matius, pasal 23-25 disebutkan sebagai pasal yang memuat thema tindakan kehidupan sehari-hari berkaitan dengan kedatangan Yesus yang kedua kali (thema eskatologis).  Tindakan-tindakan etis, kehendak yang baik, iman serta ketaatan yang penuh kepada Tuhan  adalah gambaran kehidupan orang beriman yang dikehendaki Tuhan untuk dilakukan dan dipelihara orang percaya selama menantikan kedatangan Tuhan kembali (last judgement). Benang merah ini dapat kita lihat dalam perumpamaan-perumpamaan yang termuat dalam bagian ini, bahwa akan terjadi pemisahan antara yang setia dan yang tidak setia, pemisahan antara gadis yang memiliki cukup minyak dengan gadis yang kehabisan minyak, begitupun pemisahan antara pelayann rajin yang mengelola talentanya dengan pelayan malas yang hanya menguburkan talenta yang ia terima dari tuannya. 

Dari perumpaan ini kita dapat melihat dua sudut pandang Injil Matius mengenai kedatangan Tuhan kembali yaitu : Hari akhir yang menjadi hari kedatangan Tuhan adalah sebuah kepastian meskipun waktunya tidak ditentukan. Kedua yakni kewaspadaan dan persiapan/berjaga-jaga penting dilakukan oleh orang  percaya atas hari Tuhan yang semakin mendekat.

Mikha 5:2-5a

Latar belakang kondisi rakyat Yehuda dalam kitab Mikha adalah rakyat  yang kehilangan damai sejahtera. Penyebab utama kondisi ini sebagian besar datang dari kondisi spiritual bangsa yang ada dalam keterpurukan. Raja Ahas sebagai pemimpin bangsa menunjukkan ketidakpercayaan kepada Allah dengan menduakan Allah melalui patung-patung Baal dan menyembahnya. Dalam kehidupan sehari-hari banyak tindakan tidak terpuji yang dilakukan yang akhirnya menyebabkan Allah merendahkan Yehuda dan membiarkan mereka terbuang di negeri bangsa yang tidak mengenal Allah (bdk. 2 Taw.28:23b. Bukan hanya dalam segi spiritual, dari sisi sosial Yehuda juga ada dalam keadaan yang terpuruk. Marak terjadi ketidakadilan di tengah-tengah bangsa ini , kesenjangan sosial, pemerasan dan perampasan sewenang-wenang yang membuat rakyat semakin menderita.

Orang Yehuda kehilangan damai sejahtera dan Allah menghukum mereka, akan tetapi Allah pun tidak selamanya membiarkan mereka ada dalam penderitaan sebab Ia adalah Allah yang telah mengikatkan diriNya kepada umatNya sebagai Allah yang setia. Dalam rencana keselamatan yang Allah buat bagi umatNya, Allah memang menghukum mereka sebab Ia tidak membiarkan dosa dan kejahatan terus-menerus ada dalam kehidupan umatNya tetapi setelah penghukuman dan teguran, dalam kasihNya, Allah tidak membuang umatNya sebab kasih sayangNya bersifat kekal. Keselamatan yang telah dirancang Allah sejak semula tidak akan berubah hanya karena kedegilan hati manusia. Sebab itulah melalui nabiNya, Allah menjanjikan damai sejahtera itu akan datang (Mikha 5:2-4)

Dalam Mikha 5:4 terdapat kata “shalom” yang menunjuk kepada Raja Damai yang akan datang dan Raja itu akan memerintah dalam hati manusia serta kehadirannya membawa damai sejahtera dalam kehidupan manusia. Bahkan kehadiran Raja Damai itu akan membawa kemenangan bagi manusia bahkan dalam kondisi sulit yang mungkin dialami (Mikha 5:5a).

3.    Aplikasi

Kedatangan Tuhan kembali dalam kehidupan orang percaya menjadi sebuah kerinduan sekaligus juga kewaspadaan yang kiranya tercermin dalam kehidupan orang beriman. Kita tahu bahwa Tuhan pasti akan datang, namun kita tidak dapat memastikan hari maupun saatnya. Dalam ketidakpastian itu, ada hal “pasti” yang dapat kita lakukan yaitu mempersiapkan kehidupan kita dan kehidupan keluarga kita dengan sebaik-baiknya dalam rangka menantikan kedatangan Tuhan. Seperti halnya gadis-gadis bijaksana dalam Mat.25:1-13 yang mempersiapkan minyak agar pelita mereka menyala, demikian pula hendaknya dengan kehidupan kita bahwa “pelita iman” kita tetap menyala-nyala sepanjang kehidupan kita. Biarlah kita terus-menerus memperbaiki dan menjaga diri kita sehingga hati kita terkontrol, iman kita terus bertumbuh dalam ketaatan pada Tuhan dan seluruh kehidupan kita pribadi dan keluarga menjadi kehidupan yang menghasilkan buah kebaikan.

Kedatangan Tuhan kembali mengandung sebuah pengharapan dalam kehidupan manusia. Sebagaimana kedatangan Raja Damai dalam bacaan kita membawa pemulihan dan kelepasan bagi umat Tuhan, demikian pula bagi kita bahwa pengharapan akan Tuhan yang memulihkan membuat kita tegar dan kuat dalam menjalani setiap tantangan. Keluarga yang memiliki pengharapan dalam Tuhan tentu akan memiliki keberanian dan ketahanan untuk mengelola berbagai masalah kehidupan yang sulit menjadi sebuah kesaksian dan pemulihan Tuhan atas keluarga kita.

Dalam kewaspadaan kita menantikan kedatangan Tuhan tidak serta merta lalu membuat kita kebal dari dosa dan kejatuhan. Sebagai manusia kita memiliki kerentanan dalam hidup kita, akan tetapi kasih dan pengampunan Tuhan tetap menyertai kehidupan kita. Dalam dosa maupun kedegilan hati kita, baik secara pribadi maupun keluarga kita perlu memunculkan sikap rendah hati  di hadapan Tuhan agar Tuhan dapat “mendidik” kita dalam kasih dan pengampunanNya. Lebih dari pada itu, keluarga yang menanti-nantikan Tuhan dalam kehidupannya juga akan bersedia hidup dalam pengampunan satu dengan yang lain seperti Tuhan yang berkenan mengampuni kita.

Pdt. Eden Prianenta Funu-Tarigan,S.si (Teol)

Perpulungen GBKP Kupang