Khotbah Minggu Tgl 26 September 2021 : Mazmur 20:2-10

Invocatio     : 1 Tawarikh 17:27 “Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hambamu ini supaya tetap ada di hadapanMu untuk selama-lamanya. Seabab apa yang Engkau berkati, ya Tuhan diberkati untuk selama-lamanya”

Bacaan         : Kolose 4:2-6

Khotbah       : Mazmur 20:2-10 

Tema : Allah mendengar permohonanku

A.   Pendahuluan

Ketika seorang anak meminta sesuatu kepada orangtua tentu ada yang perlu dia minta dan ada cara dia meminta kepada orangtuanya. Si anak akan meyakinkan orangtuanya bahwa apa yang dia minta itu merupakan kebutuhan dan keinginan yang dianggapnya perlu untuk dirinya. Namun bagaimana sikap orang tua terhadap anak? Apakah setiap permintaan anak akan dipenuhi oleh orangtuanya. Saya berpikir bahwa orangtua akan melihat dan menimbang apakah permintaan tersebut memang perlu dan memang untuk kebaikan sang anak?. Demikianlah hal doa yang akan kita renungkan hari ini bahwa berdoa ( memohon itu perlu namun akan sangat bergantung kepada Allah yang menjawab setiap permohonan manusia termasuk hari ini kita mendoakan semua para pelayan Tuhan dimana pun berada. Kita mendoakan pelayan Tuhan agar sehat dan selalu diberkati dengan kesejahteraan. Namun kenyataan pahit sering kita hadapi dengan sakit penyakit, PHK bahkan kematian para Hamba/pelayan Tuhan. Nah muncul pertanyaan apakah Tuhan tidak mendengarkan dan menjawab doa-doa kita? Apakah Tuhan juga tidak mendengarkan doa keluarga yang bersangkutan?. Kita akan Bersama melihat apa dan bagaimana sebenarnya Allah mendengar doa kita dalam teks Mazmur dan Kolose yang akan kita baca.

B.   Pendalaman Teks

·         Mazmur 20:2-10

Mazmur ini menceritakan bagaimana Daud dan bangsa Israel  berseru dan memohon pertolongan dari Tuhan sebab mereka akan mendapat masalah, menghadapi peperangan. Musuh mereka telah datang dengan  membawa tanda bendera perang.  Sementara orang-orang Kafir (tidak mengenal Allah/Pagans) mempercayai kekuatan kereta dan kuda-kuda mereka, namun bangsa pilihan Tuhan mempercayai ALLAH Yakub. Bangsa Israel akan diberkati dalam peperangan. Daud di sini berdoa untuk kemenangan melawan bangsa yang tidak mengenal TUHAN. Dalam liturgi ibadah khusus Israel, raja dan seluruh umat berkumpul di bait Allah. Raja akan memberikan korban persembahan sebagai ungkapan merendahkan diri dan memohon pertolongan Allah. Raja atau imam akan berdoa mewakili umat.

Dimulai Daud permohonan doa ayat 2 kiranya Tuhan menjawab engkau (bangsa Israel) pada waktu kesesakan, Kiranya Allah Yakub memberntengi engkau ( The Lord of Jacob will keep you safe)

Ayat 3 menyatakan bahwa pertolongan datang dari tempat kudus/Bait suci  dan disokong/ diselamatkan dari Sion. Tempat kudus/ Bait suci adalah simbol keberadaan dan kehadiran Allah.  Daud menekankan perlu berdoa masuk kehadirat Tuhan ke tempat kudusNya dan diselamatkan/disokongNya dari Sion. Kata "Sion" pertama kali disebutkan di kitab 2 Samuel 5:7: "Tetapi Daud merebut kubu pertahanan Sion, yaitu kota Daud." Sion pada awalnya merupakan nama benteng kuno orang Yebus di kota Yerusalem. Sion tidak hanya merupakan nama dari benteng tersebut tetapi juga merupakan nama kota dimana benteng itu berdiri. Setelah Daud merebut "kubu pertahanan Sion,"

Sion kemudian disebut sebagai "Kota Daud" (1 Raj 8:1; 1 Taw 11:5; 2 Taw 5:2). Ketika Raja Salomo membangun Bait Suci di Yerusalem, area Sion diperluas sampai Bait Suci dan daerah sekitarnya (Mzm 2:6, 48:2). Sion akhirnya digunakan sebagai nama untuk merujuk kota Yerusalem, tanah Yehuda, dan orang-orang Israel secara keseluruhan (Yes 40:9; Yer 31:12).
Penggunaan yang paling penting dari kata "Sion" terkait arti teologisnya. Sion digunakan sebagai kiasan bagi bangsa Israel sebagai umat Allah (Yes 60:14). Makna spiritual dari kata Sion juga disebutkan di Perjanjian Baru. Petrus juga menyebut Kristus sebagai batu penjuru Sion: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan" (1 Ptr 2:6).

Ayat 5 : Kiranya Tuhan mengingat korban persembahan  dan korban bakaran bangsa Israel. Tuhan juga kiranya memberikan apa yang engkau kehendaki dan menjadikan apa yang dirancangkan.

Dilanjutkan dengan ayat 6 menyatakan bahwa bangsa Israel akan bersorak-sorai tentang kemenangan yang diberikan  dan mengangkat panji-panji demi nama ALLAH . Kiranya Tuhan memenuhi segala permintaanmu (May the Lord answer all of you prayers ).

Dalam doa permohonan Daud dan bangsa Israel adalah hanya percaya dan mengandalkan Tuhan Allah dalam setiap perkara dan peperangan yang mereka hadapi. Nyatanya Ketika mereka percaya dan bermegah dalam nama TUHAN, Allah maka kemenangan bangsa ini terbukti ada. Allah memberkati dalam berperang melawan musuh-musuh bangsa Israel, Allah menjawab dengan kemenangan yang gilang gemilang (ayat 7-10)

·         Kolose 4:2-6

Dalam teks Kolose ini Paulus menggambarkan bagaimana  seorang Kristen menjalani kehidupannya. Paulus memulai dengan meminta agar:

1.     Berdoa secara terus-menerus dan setia. Allah tidak menghendaki doa menjadi peristiwa yang terjadi hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Doa dimaksudkan untuk menjadi komunikasi yang terus menerus dengan Tuhan. 1 Tesalonika 5:17 mencatat bahwa orang percaya harus "berdoa tanpa henti" atau tanpa akhir."  Paulus menyebutkan dua aspek penting dari doa.

Pertama, orang percaya harus "berjaga-jaga" dalam doa. Ini membawa gagasan untuk berjaga-jaga, atau tetap terjaga di malam hari untuk memastikan lokasi aman. Doa menuntut perhatian terus-menerus, seperti penjaga di gerbang kota. Dalam istilah praktis, ini berarti doa tidak seharusnya menjadi tindakan yang sembrono, santai, atau sembrono. Kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh dari hati kita.

Kedua, doa harus mengucap syukur. Orang-orang percaya di Kolose sudah diberkati dan hiduplah  dengan ucapan syukur (Kolose 2:7), dengan Paulus berterima kasih/mengucap syukur kepada Tuhan untuk mereka dalam doa-doanya (Kolose 1:3). Manfaat utama dari doa adalah menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Dengan Do akita mempunyai iman dan kekuatan yang dating dari Roh Tuhan.

2.    Tindakan yang penuh hikmat (ayat 5)

Aspek tindakan ini (ayat 5) nanti akan dibedakan dari aspek perkataan (ayat 6). Nasihat untuk hidup dengan penuh hikmat bukanlah sesuatu yang mengagetkan. Kehidupan orang Kristen memang tidak terpisahkan dari hikmat. Dalam surat ini saja Paulus sudah berkali-kali menyinggung tentang hikmat. Hikmat sangat diperlukan untuk memahami kehendak Allah (1:9). Pemberitaan kebenaran juga perlu dilakukan dengan hikmat (1:28; 3:16). Hikmat di sini tentu saja bukan menurut dunia (2:23). Hikmat dunia hanyalah seumpama fatamorgana: terlihat menjanjikan, tetapi menyesatkan. Hikmat yang dimaksud di sini berkaitan dengan Kristus karena “di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan” (2:3). Nasihat untuk hidup dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar di 4:5 sangat bertolak belakang dengan ajaran guru-guru palsu di 2:16-23. Hikmat kita bersumber dari Kristus (2:3), sedangkan hikmat mereka dari dunia (2:23). Hikmat dari Kristus menuntun kita pada interaksi yang membangun dengan semua orang (4:5), sedangkan hikmat mereka menciptakan gaya hidup spiritis yang aneh dan mengisolasi diri dari dunia (2:18, 21-23). Mereka yang memiliki hikmat dari Allah seharusnya mau terlibat ke dalam dunia milik Allah.

Bukan sebatas itu sajabagaimana wujud konkrit tindakan yang penuh hikmat dalam interaksi dengan orang-orang luar: “mempergunakan waktu yang ada, menggunakan waktu sebaik-baiknya atau, secara lebih spesifik, memaksimalkan setiap kesempatan. Jadi, hidup dengan penuh hikmat tidak hanya mau terlibat, tetapi memaksimalkan setiap kesempatan yang ada. Bagaimana kita dapat memaksimalkan setiap kesempatan? Dengan menyadari betapa berharganya setiap kesempatan.

3.    Berkata-kata dengan penuh kasih karunia (ayat 6)

Kalau fokus Paulus di ayat 5 adalah tindakan, di ayat 6 adalah perkataan. Secara lebih spesifik, yang disorot di sini sebenarnya bukan “apa yang dikatakan,” melainkan “bagaimana berkata-kata.” Kata “senantiasa” menyiratkan sebuah kebiasaan. Ini tentang gaya berbicara anak-anak Tuhan. Kata-kata kita harus senantiasa penuh kasih (LAI:TB). Secara hurufiah, bagian ini seharusnya diterjemahkan “di dalam kasih karunia” (en chariti, lihat versi Inggris “with grace” atau “gracious”). Sebagaimana kita sudah mengenal kasih karunia Allah (1:6), demikian pula perkataan kita harus mencerminkan kasih karunia itu (4:6).  Kata “kasih karunia” (grace) sangat berkaitan dengan “ucapan syukur” (gratitude). Kata Yunani yang sama  - yaitu charis – memang bisa berarti kasih karunia atau ucapan syukur. Dalam surat Kolose pun kata charis merujuk pada kasih karunia (1:2, 6; 4:6, 18) atau ucapan syukur (3:16). Keduanya sangat berhubungan erat. Tanpa kita menyadari bahwa segala sesuatu adalah grace, kita akan sulit untuk memiliki perasaan bersyukur ( gratitude).

 

Kasih karunia Allah yang terbesar bagi kita tentu saja adalah Yesus Kristus sendiri (Yoh. 3:16; Rm. 8:32; 1Yoh. 4:9-10). Allah menjadi manusia untuk merasakan dan mengalahkan kelemahan, penderitaan, dan kematian kita. Jika kasih karunia telah menguasai seluruh kehidupan kita, kasih karunia itu seharusnya terpancar dalam perkataan kita.

Paulus menerangkan perkataan yang penuh kasih karunia ini dengan “jangan hambar”. Secara hurufiah, bagian ini berbunyi: “dibumbui dengan garam” Bukan sekadar menyenangkan orang lain, tetapi membangun orang tersebut. Padanan yang paling pas ada di Efesus 4:29b “pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia

Jika kita terbiasa berbicara dengan penuh anugerah kepada semua orang, kita akan tahu bagaimana “harus memberi jawab kepada setiap orang” (ayat 6b). Yang ditekankan di sini lebih pada “bagaimana,” bukan “apa.” Jika perkataan kita dikuasai oleh anugerah, kita akan menjawab pertanyaan, keraguan, atau sanggahan orang lain dengan belas-kasihan, kesabaran, dan kelemahlembutan. Semua nilai ini bersumber dari Injil Yesus Kristus. Oleh belas kasihan-Nya Allah menyelamatkan manusia. Dengan penuh kesabaran Dia menebus manusia dari dosa-dosa. Dengan penuh kelemahlembutan Allah selalu menuntun manusia pada kebenaran-Nya. Allah yang tidak membutuhkan apapun di alam semesta begitu menginginkan hati kita, sampai Dia rela mengorbankan Anak-Nya untuk mendapatkan kita!

C.   Penutup

Pada masa sekarang ini, konteks kita saat ini adalah berperang melawan covid 19, pergumulan dan kesulitan yang kadang membuat kita lelah, tertekan, stress  dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang telah terpapar virus dan bahkan mereka telah banyak pergi mendahului kita. Sekarang apa yang dapat kita lakukan?

1.    Berdoa terus menerus dan andalkan Tuhan dalam hidup kita baik secara individual maupun komunal/Bersama-sama.

Mari kita Kembali berdoa seperti Daud dalam teks Mazmur dan Paulus dalam teks Kolose dimana yang ditekankan adalah DOA sebagai komunikasi dengan Allah. Prioritas mereka adalah Allah dan penyertaanNya atas umatNya. Kita juga PERCAYA/ Beriman  kepada Tuhan Yesus dan RohNya selalu menyertai senantiasa. Melalui doa dan permohonan dengan melihat contoh   dalam kehidupan Daud tidak mengandalkan diri, kereta perang dan kuda-kudanya, namun Daud  bersama bangsa Israel Percaya sepenuhnya kepada Tuhan dan Tuhan memberi mereka hikmat sehingga mampu menaklukkan musuh-musuh mereka. Demikian juga kita perhatikan apa yang dikerjakan oleh Paulus, dia tidak melayani jemaat  seorang diri saja. Dia melayani bersama tim pelayanan, diantaranya : Tikhikus, Onesimus, Aristarkhus, Markus, Yustus, Eprafas, Lukas, dsb. Mereka sangat mengandalkan Tuhan Yesus dalam pelayanan mereka, Mereka diajak untuk terus  berdoa. Mereka kuat dan Tangguh dalam menjalankan pelayanan.  Kita juga demikian para pelayan/serayan Tuhan dan jemaat perlu kita saling topang dalam doa-doa kita. Agar kita mendapat kemenangan dan kekuatan. Kita perlu berdoa secara tekun, terus-menerus dan dengan hati penuh ucapan syukur.

2.    Minta Hikmat Tuhan dan perkataan Penuh kasih Yesus Kristus

 Berhikmat dan menggunakan perkataan penuh kasih. Hidup kita isi dengan doa dan dipenuhi hikmat serta kasih Tuhan sehingga kita dimampukan untuk mempraktekkannya baik dalam perkataan dan perbuatan. Doa, hikmat dan kasih Tuhan Yesus menjadi dasar Ketika kita bertemu dengan siapa saja. Sehingga kita dapat selalu kuat dan Tangguh dalam menghadapi semua masalah apapun dan percaya Tuhan akan menjawab setiap doa serta pergumulan kita seturut dengan kehendak dan waktuNya Tuhan. Tetap Berdoa dan berjaga-jaga. Selalu komunikasi dengan Roh Tuhan melalui doa dan Hikmat Tuhan yang kita lakukan. Ketika doa dan harapan belum terjawab maka Tuhan akan memberikan hikmatNya dan KasihNya untuk bisa menerima apapun jawaban dan hasil yang akan kita dapat Tuhan menyediakan yang terbaik bagi kita. Kita menggunakan kesempatan yang diberikan Tuhan dengan berusaha hidup selaras dan sesuai dengan kehendak Tuhan sehingga Kita tidak sungut-sungut tapi kita mampu mengucap syukur atas apapun yang terjadi dalam hidup ini. Kita dapat menjadi berkat bagi siapa saja karena hikmat Tuhan dan perkataan kita penuh kasih Yesus. Tuhan memberkati kita senantiasa. Selamat hidup dalam Doa (mendoakan pelayan Tuhan, jemaat dan bangsa kita), hidup dalam hikmat dan Kasih Tuhan,. Amin

Pdt  Rosaliana br Sinulingga

Rg GBKP  Bumi Angrek