Khotbah Minggu Tgl 05 September 2021 ; 2 Korinti 13 ; 10-13

m

Invocatio      : Matius 5:9 ”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”

Ogen            : 2 Raja-raja 20:12-19     

Kotbah         : 2 Korinti 13:10-13    

Tema            : Bersepakat dan Berdamailah (Ersada arih ras erdamelah)

Perlebe

Damai merupakan kata positif dimana tidak akan ada orang yang menentangnya bahkan setiap kita pasti menginginkan kedamaina terjadi dalam kehidupan. Damai adalah tanda keharmonisan dengan hadirnya situasi tanpa kekerasan dan pertikaian juga rasa bebas dari rasa takut akan kekerasan. Secara umum dipahami sebagai tidak adanya permusuhan; perdamaian juga menunjukkan adanya hubungan antarpribadi atau internasional yang sehat; yang baru sembuh, kemakmuran dalam hal kesejahteraan sosial atau ekonomi; pembentukan kesetaraan, dan tatanan politik yang berfungsi yang melayani kepentingan sejati semua orang. Sehingga besepakat dan berdamai merupakan hal dicari dan diusahakan untuk terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari.

Pendalaman Teks

Surat yang kedua kepada jemaat Korintus dikirim Rasul Paulus melalui Titus dengan harapan agar suratnya disambut baik oleh jemaat semua. Melalui suratnya Paulus menerangkan tentang perubahan rencana perjalanannya ke Korintus. Pujian juga disampaikan karena jemaat sudah menaati pesannya di surat yang pertama.  Surat ini juga berusaha menjawab persoalan di Korintus yaitu ketika ada rasul-rasul palsu yang memfitnah Rasul Paulus sebagai rasul palsu dan sebelum hal tersebut di klarifikasi Rasul Paulus meninggalkan jemaat dan hal ini memberi kesan bahwa fitnah tersebut benar sehingga melalui suratnya Rasul Paulus meluruskan pemahaman tersebut dan menyelesaikan perselisihan pendapat yang sempat terjadi diantara jemaat Korintus.

Di ayat 10, “Itulah sebabnya sekali ini aku menulis kepadamu…” ada kesan bahwa didalam hati Paulus merasakan kemarahan namun di saat yang bersamaan kasihnya menang; seperti setengah menjalelaskan dan setengah meminta maaf, untuk isi suratnya yang cukup tajam (salah satunya 2 Korintus 10:2). Lebih baik berbicara keras daripada bertindak, namun jika seandainya tindakan keras dibutuhkan maka hal tersebut pun dapat dilakukan Paulus karena Kuasa Kerasulan yang telah diterimanya (2 Korintus 10:8). Dan kuasa tersebut ingin Paulus pakaikan untuk membangun jemaat bukan meruntuhkannya.

Paulus menutup suratnya menurut bentuk biasa dari kesimpulan surat yaitu berharap semua kebahagiaan bagi mereka si penerima surat, namun dia menambahkan sesuatu yang memperlihatkan bahwa dai adalah pelayan injil,

Ø  Supaya sempurna: katartizes, yang berarti kompak atau bersatu sebagai anggota tubuh yang sama. Kesempurnaan suatu masyarakat terletak pada kesatuannya karena itu jemaat Korintus yang sempat bertikai dan ada anggota yang terlepas dari sendi tubuh Kristus, kembalilah menjadi sempurna bersatu dalam persekutuan tubuh Kristus. (2 Korintus 13:9, Sebab kami bersukacita, apabila kami lemah dan kamu kuat. Dan inilah yang kami doakan, yaitu supaya kamu menjadi sempurna)

Ø  Terimalah segala nasehatku!, desakkan Rasul Pulus untuk jemaat tunduk pada ajaran dan nasehatnya. Nasehat yang menguatkan, menghiburkan dan mengarahkan kepada jalan kebenaran sesuai Injil.

Ø  Sehati sepikir, karena memiliki dasar penilaian yang sama yaitu kebenaran firman Allah, juga karena ada dalam persekutuan yang sama dan  punya tujuan yang sama dan yang pasti semuanya adalah pribadi yang memiliki Kasih.

Ø  Hidup dalam damai sejahtera, bebas dari perselisihan dan perpecahan; kemarahan , kebencian dan dengki diantara jemaat. Sebagai jemaat Tuhan maka hadiratNya akan dapat dirasakan dalam situasi hidup berjemaat yang berdamai.

Ø  Allah yang kita sembah adalah yang penuh Kasih dan Damai. Kasih dan Damai telah diperintahkan untuk menyertai umatNya, sehingga dalam persekutuan dan persaudaraan haruslah tampak kasih dan damai tersebut.

Memberi salam dengan cium kudus merupakan kebiasaan kuno yang umum digunakan ketika bertemu teman atau kerabat sebagai tanda kasih timbal balik dan persahabatan. Orang Kristen juga menggunakan (mengadopsi)  kebiasaan ini di pertemuan gerejawi. Ini bukan ajaran yang mewajibkan semua orang Kristen melakukan hal yang sama namun sekedar mengarahkan mereka yang menggunakannya supaya melakukannya dengan hati yang tulus dan suci/ kudus. Cium kudus ditemukan juga di Roma 16:16; 1 Tesalonika 5:26; 1 Petrus 5:14.

Rasul Paulus mengakhiri suratnya dengan menyampaikan salam dari orang kudus, dalam pengertian bahwa Paulus ada bersama para pelayan lain atau jemaat yang lain juga mengetahui suratnya kepada jemaat Korintus dan ini memberi kesan bahwa mereka satu keluarga besar. Kalimat berkat sekaligus doa Paulus kepada jemaat menutup surat 2 Korintus.

Aplikasi

1.     Setiap orang memiliki keinginan untuk hidup dalam damai. Kita berdoa untuk itu, kita berharap untuk itu. Beberapa orang berpikir hidup damai berarti memiliki perasaan aman, memiliki keuntungan ekonomi, hidup tanpa masalah. Namun pengertian ini sama saja dengan istirahat dalam damai, karena hidup dalam damai adalah berjuang dan melakukan sesuatu. Jadi kita akan menemukan banyak konflik dalam hidup kita dan dalam situasi ini kita seharusnya mengandalkan Allah bukan seperti raja Hizkia yang mengandalkan kuat dan gagahnya sehingga bukannya mendatangkan damai bahkan sebaliknya hukuman Allah yang datang.

2.     Bagaimana cara untuk hidup berdamai bersama dalam keluarga dan persekutuan juga masyarakat? Seperti nasehat Rasul Paulus yaitu Memiliki Kasih Allah, sehati sepikir, sempurna dalam sukacita dengan saling menerima dan mengampuni, dan mengupayakan prilaku yang tulus dan ikhlas dan kudus.  Cium kudus tanda kasih dan persahabatan bukan seperti ciuman Yudas yang adalah prilaku kasih tapi tanda pengkhianatan.

3.     Dalam bahasa Ibrani damai adalah Shalom yang dalam PL disebutkan sebagai karunia Yahweh. Shalom memang merupakan anugerah, namun pemeliharaannya dalam kehidupan manusia bergantung pada respon manusia terhadap perintah Tuhan yang menilai dan bertindak sesuai dengan tatanan moral ilahi bagi masyarakat manusia.

4.     Dalam bahasa Yunani damai adalah Eirene yaitu sebagai anugerah Tuhan melalui Yesus Kristus yang merupakan buah dari Injil damai sejahtera dalam hubungannya dengan pemulihan hubungan dengan Tuhan dan dengan sesama manusia. Buah perdamaian yang diekspresikan dalam ciptaan baru adalah bahwa keselamatan membawa Cinta Tuhan, cinta sesama, cinta musuh, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, iman, harapan, kekudusan dan keselarasan dalam tubuh, berkat dan keutuhan.

Pdt. Erlikasna Br Purba

GBKP Runggun Denpasar