Khotbah Minggu Tgl 29 Agustus 2021 ; Galatia 5 : 13 -16

Invocatio      : Terutama karena engkau tahu benar-benar adat istiadat dan persoalan orang Yahudi. Sebab itu aku minta kepadamu, supaya engkau  mendengarkan aku dengan sabar . (Kisah para rasul 26 : 3)

Bacaan         : 2 Raja-raja 17 : 34 -41 

Kotbah         : Galatia 5 : 13 – 16       

Tema           : Kasih Allah yang mendorong kamu ( keleng ate si njemba-njemba Kam)

I.PENDAHULUAN :

Syalom saudara-saudara yang terkasih minggu ini di gereja kita di dalam liturgi yang ke 52  minggu, disebut minggu budaya. Kata budaya mungkin bukan lagi hal yang asing bagi kita , dan artinya perlu di ingatkan kembali, budaya terdiri dari dua kata yaitu Budi merupakan paduan antara akal dan perasaaan, dan Daya adalah kemampuan berbuat dan bertindak, melakoni hidup di dalam konteks dan jaman-nya. Jadi Budaya adalah , kecerdasan manusia mengolah pikiran, menggagas, dan mencipta yang di wujudkan di dalam seni, bahasa, tatakrama, cara hidup, dll. Jadi, jelas bahwa setiap saat manusia tidak lepas dari budaya.

Demikian juga di minggu budaya ini kita di ingatkan beberapa hal yang penting di dalam hidup kita khususnya bagaimana kemampuan kita berbuat dan bertindak dalam hal merespons kebaikan Tuhan agar relasi kita semakin baik. (dengan Tuhan dan sesama).

II.PEMBAHASAN:

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Yesus Kristus,

Kisah nyata dalam kehidupan, baik itu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari sangat berdampak dalam sikap terhadap penyembahan yang benar kepada Tuhan.

 II Raja-raja 17 : 34 -41 ( Bacaan )

        Teks ini, memberitahukan,orang-orang israel yang tidak ikut dalam pembuangan, dengan orang-orang dari berbagai negri asing yang di angkut oleh Raja Asyur. Masing-masing mereka berbuat sesuai adat leuhurnya. (Ibr : Mishpat : peraturan, hukum ) mereka ibdah kepada allahnya masing-masing. Tapi setelah para iman mengajarkan mereka hukum berbakti kepada Tuhan.( 2 Raja-raja 17 : 27 – 34 ), ibadah mereka tergantung kepada kebutuhan, atau keuntungan yang mereka peroleh, jadi orang-orang Samaria sampai akhir teks ini di beritakan terus berbakti kepada Tuhan dan patung-patung mereka (41).

          Jadi dalam hal ini, bagaimana agar wujud ibadah itu menjadi fokus kepada Tuhan, ada beberapa hal yang bisa menjadi perenungan kita di dalam Galatia 5 : 13 – 16.

Konteks nats kita ini terjadi ketika Paulus dalam perjalanan jauh ke Asia. Khususnya Galatia. Ia melakukan nya untuk mendengar dan melihat pertentangan yang terjadi di dalam jemaat Galatia. Aitu tentang makna kebenaran iman yang hanya diberikan kepada orang bersunat. Hal ini tentu merendahkan orang Yunani yang tidak memiliki budaya sunat. Secara garis besar, surat Galatia bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu pasal 1 – 4 yang isinya bernada teologis, dan pasal 5 – 6 yang isinya bernada praktis. Banyak nabi – nabi palsu menyampaikan arti kebebasan hidup dengan menyimpang dengan dalih manifestasi kerjaan sorga hal ini langsung dibantah oleh Paulus, dan ia kemudia meluruskan pemahaman dan pengertian yang telah salah dipahami selama ini.akibatnya, terjadi keretakan di tengah-tengah jemaat. Hal ini kemudian menjadi awal kehancuran kemerdekaan umat Tuhan. Mengapa? Karena, kemerdekaan umat Tuhan adalah kesatuan seluruh umat manusia yang percaya, bukan kelompok-kelompok, atau golongan-golongan (kefas, Paulus, Apolos, ataupun Kristus). Semua harus menjadi satu didalam Kristus. Kristus mati bagi orang yang percaya dan memedekakan semua orang

          Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Paulus mengajarkan tentang kemerdekaan Kristen. Para penganut Yudaisme beranggapan bahwa doktrin Paulus tentang kasih karunia sangat berbahaya. Karena, doktrin Paulus seolah ingin menggantikan hukum taurat. Mereka berfikir jika segala peraturan dan standar mereka dihapuskan, maka jemaat mereka akan berantakan. Namun tidak demikian pemikiran Paulus. Malahan, Paulus ingin menegakkan bahwa keselamatan ini bukan karena upaya melakukan taurat, tetapi karena anugrah Allah. Anugrah keselamatan Allah itu harus ditanggung jawabin orang percaya. Seorang yang hidup dalam anugrah Allah seharusnya memiliki komitmen yang tinggi untuk bertanggung jawab kepada Allah.

          Oleh karena itu, bagaimana kita hidup sebagai orang yang sudah menerima kasih Tuhan???

·           KITA DIPANGGIL UNTUK HIDUP MERDEKA

 jika kita merenungkan kembali apa yang terjadi pada masa kita di jajah, hak dan kemerdekaan kita di renggut dan rasa kemanusiaan yang hilang. Galatia pasal 5 ini mengigatkan kita, melalui kematian, kita telah menerima kemerdekaan yang sejati, tidak lagi berada di bawah kuasa dosa (Yoh 8:34-36). Untuk menerima kemerdekaan itu, Tuhan Yesus sudah membayarnya dengan harga yang mahal yaitu dengan nyawanya.

Paulus dalam suratnya mengingatkan bahwa, kemerdekaan itu jangan disalah

Gunakan, menjadi kemerdekaan untuk saling membinasakan, tetapi biarlah kemerdekaan itu berbuah kasih yang murni berasal dari iman. Mewujudnyatakan iman dalam konteks sehari-hari, karena iman itu tidak kaku namun benar-benar dinamis.

·           APA YANG MEMAMPUKAN KITA HIDUP MERDEKA?

Roh Allah telah dicurahkan untuk bekerja dan berkarya dalam kehidupan kita.  (2Korintus 3 :17), pernyataan sikap dan perbuatan kita bukan mengacu dan berpedoman pada aturan-aturan tertulis dan kaku, tapi suatu relasi yang intim dengan Tuhan.

          Sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan “barangsiapa yang tinggal di dalam Aku, dan aku di dalam dia, ia akan berbuah banyak, sebab di luar aku, kamu tidak dapat berbuah apa-apa. “(Yohanes 15 : 5). Hubungan yang intim dan tak terpisah kan, seperti pohon dan ranting nya, inilah yang menggerak kan kita untuk menghasilkan buah.

          Secara sedehana dapat kita beri contoh ; ada atau tidak ada tulisan larangan membuang sampah, kita pasti tidak akan membuang sampah sembarangan bukan karena aturan yang melarang, tapi karena kita tau membuang sampah sembarangan bukan perilaku yang baik. Itulah sikap perilaku yang merdeka.         

III. REFLEKSI:    

          Hubungan yang intim dengan Tuhan akan menggerakkan kita melakukan kehendaknya di dalam relasi kita dengan sesama, baik dalam perbuatan kasih yang tulus dan menjauhkan kita dari perbuatan keingian-keinginan daging seperti : percabulan,hawa nafsu, menyembah berhala dll. Hidup dalam kasih Kristus juga menjadi kan kita mampu melihat kebenaran yang sesungguhnya yaitu kita di benarkan oleh anugerah kasih Tuhan (Kis 26 : 3). Kalau kita berbicara soal kasih, sebagai orang karo kita sebenarnya sudah banyak menjalankan perbuatan kasih dalam membangun relasi dengan sistem kekrabatan yaitu merga si lima, rakut si telu, tutur si waluh ras perkaden-kaden sepuluh dua tambah sada. Relasi ini dilakukan berdasarkan kasih terhadap sesama.

          Di minggu budaya ini kita juga di beri dasar yang kuat yaitu kasih Kristus mendoong kita untuk mengasihi “sangkep nggeluhta kerina” terlebih-lebih sangkep nggeluh ibas Tuhan. Bujur, Tuhan Yesus memberkati.

Pdt Neni Triana Sitepu

Rg. GBKP Cisalak