Khotbah Minggu : Yohanes 3 : 31-36 : Tgl 30 Mei 2021

Invocatio  : “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya” (Matius 11:27)

Bacaan   : Yesaya 6:1-8

Khotbah  : Yohanes 3:31-36

Tema      : “UTUSAN YANG DIPENUHI ROH ALLAH”

                 (Persuruhen Si Dem Kesah Sibadia)

I.  PENDAHULUAN

Minggu ini kita memasuki rangkaian Minggu-minggu Trinitatis, yang mengajak kita semakin mempercayai dan menghayati karya ke-tritunggal-an Allah yaitu karya Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Istilah ‘trinitatis’ (‘trinity’) tidak ditemukan dalam Alkitab. Istilah ‘trinitatis’ awalnya diperkenalkan oleh Tertullianus (160-220), seorang Bapa Gereja, teolog dari Tunisia, Afrika Utara.

Allah Trinitas sesungguhnya adalah misteri yang amat sulit dipahami oleh akal budi, oleh otak kita yang sangat terbatas. Bahkan, Bapa Gereja bernama Agustinus menyatakan, “Si comprehendis est Deus.” Apa maksudnya? Jika Anda memahaminya, itu pasti bukan Allah. Jika engkau bisa memahami Allah Trinitas, itu pasti bukan Allah yang sebenarnya. Ungkapan itu ingin menekankan bahwa manusia tidak mungkin mampu memahami Allah.

Karena Allah Trinitas ini adalah misteri, manusia berusaha memahaminya dengan berbagai cara, menggunakan berbagai analogi. Misalnya, ada orang yang mengatakan bahwa Allah Trinitas bisa dipahami seperti Matematika. Allah Trinitas bukan 1+1+1 melainkan 1x1x1. Ada juga orang yang menganalogikan Allah Tritunggal dengan matahari. Matahari berada jauh di atas sana (Allah Bapa), tetapi sinarnya (Allah Putra) bisa kita lihat, panasnya (Allah Roh Kudus) bisa kita rasakan. Ada lagi orang yang mengatakan bahwa Allah Trinitas bisa dipahami seperti air, es dan uap air. Air bila membeku akan menjadi es. Air bila dipanaskan akan menguap menjadi uap air. Tetapi air, es dan uap air sama-sama H2O. Ada tiga keberadaan, tetapi sebenarnya cuma satu. Untuk menggambarkan tentang Allah, mana yang paling tepat dari ketiga analogi tadi?

Ternyata semua ilustrasi atau analogi yang diciptakan oleh ciptaan yang terbatas tadi tidak mungkin bisa menjelaskan dengan tuntas dan jelas tentang Pencipta yang tak terbatas, yaitu Allah Tritunggal. Yang sementar, yang temporer ini, tidak akan bisa dipakai untuk menjelaskan yang Kekal. Segenius apa pun, sepintar apa pun, sepandai apa pun manusia, dia tidak akan mampu menjelaskan keberadaan Allah Trinitas ini. Karena itu, sangat bisa dipahami bila orang-orang yang tidak percaya Allah Tritunggal sering menyerang kita, mendebat kita dengan mengatakan, “Orang Kristen memiliki tiga Allah. “Telu kok siji” (tiga kok satu), “ora mungkin” (tidak mungkin). Ya! Bagi pikiran manusia yang terbatas, Allah Tritunggal itu tidak mungkin. Lalu, bagaimana Allah menghendaki supaya manusia yang berakal ini bisa memahami hakikat Allah yang satu tetapi di dalamnya ada tiga Pribadi? Dengan memahami Allah melalui iman kepadaNya!

II.                 PENDALAMAN NAS

Injil Yohanes bertujuan menekankan keilahian Yesus, menghadirkan Yesus sebagai Logos, pra-eksisten dan ilahi, dari kata-kata pertamanya, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah." (Yoh. 1:1). Injil Yohanes berakhir dengan pernyataan Tomas bahwa ia percaya Yesus adalah Allah, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yoh. 20:28).

Dalam Injil Yohanes 3:31-36, menjelaskan siapa itu Yesus dan bagaimana seharusnya murid-muridnya mengimani Mesias yang datang ke dunia. Yohanes percaya bahwa Yesus adalah Putera Allah. Ia hanya pembuka jalan untuk mengarahkan orang pada sang Mesias. Yohanes mau menyatakan siapakah Allah, melalui diri Yesus Kristus, melalui karya-Nya di dalam dunia ini. Ketika kita mengenal Allah yang dinyatakan di dalam Yesus Kristus, maka kita akan melihat kemuliaan Allah yang dinyatakan melalui Yesus Kristus.

Yohanes 3:31-36 menyatakan kemulian Kristus; khususnya di dalam konteks Yesus yang adalah saksi yang sempurna. Ayat 32 mengatakan “Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya,” Kita akan merenungkan apa yang menjadi kriteria saksi yang kredibel.

Hal yang pertama yang harus ada pada saksi yang kredibel adalah saksi itu harus hadir sendiri di tempat kejadian itu, dia ada di situ, menyaksikan peristiwa itu sendiri. Kristus adalah pribadi yang datang dari Surga. Yoh. 3:31 menyatakan “Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya.”

Yoh. 3:32 mengatakan "Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya." Selanjutnya di dalam Yoh 3:34 “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.”  Kristus berasal dari Sorga, Dia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan didengar-Nya. Dia diutus oleh Allah ke dalam dunia ini. Jadi Dia adalah saksi langsung yang mengetahui segala sesuatu dan menyatakan Firman tentang kemuliaan Allah.

Hal yang kedua, Yesus adalah juga saksi yang kredibel yang memiliki track record, integritas dalam hidup-Nya dan perkataan-perkataan-Nya. Seorang saksi, kalau hidupnya tidak kredibel, perkataannya penuh kontradiksi dan berubah-ubah, maka hancurlah kesaksiannya. Kalau kita melihat Yesus Kristus maka Dia adalah saksi yang sempurna, karena Dia mengatakan tentang Firman Allah dan karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.

Kata ”diutus” (Yoh. 3:34) adalah kata yang penting di dalam Injil Yohanes. Kata “diutus” yang dipakai dalam bahasa Yunani adalah “aposteleine”, dalam Injil Yohanes digunakan 23 kali. Hampir seluruhnya tentang Bapa yang mengutus Yesus Kristus. Ini adalah fakta yang penting. Ini adalah fakta yang penting bahwa Yesus Kristus datang ke dalam dunia diutus oleh Allah. Diutus artinya Dia datang dari Surga, datang ke dalam dunia karena Dia diutus oleh Allah. Memang Yohanes Pembaptis dan murid-murid yang lain adalah orang-orang yang diutus oleh Allah dan diutus oleh Kristus. Tetapi dalam konteks mereka, mereka tidak diutus dari surga, tetapi mereka dipanggil dan diutus oleh Kristus seperti domba ditengah-tengah serigala, untuk bersaksi bagi Nama-Nya. Mereka hanya memberitakan apa yang sudah diberitahukan kepada mereka oleh Kristus. Sedangkan Kristus berasal dari Surga, sehingga Dia boleh menyatakan pengetahuan yang sempurna dari pada Allah. Ini adalah hal pertama yang boleh kita lihat dari pada kemuliaan Kristus. Dia saksi yang sempurna karena Dia berasal dari Allah.

 Yoh. 3:34 mengatakan “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.” Dalam Yoh 4:24 Yesus juga berkata “God is spirit”, Allah itu adalah Roh. Lalu apa artinya Allah yang adalah Roh mengaruniakan Roh-Nya dengan tak terbatas kepada Kristus? Artinya seluruh keberadaan Allah itu ada di dalam Anak. Kalau Allah memberikan Roh-Nya kepada Anak, maka tidak ada yang disisakan, tidak ada yang ditahan. Seluruh perkataan Kristus adalah perkataan yang sempurna, bisa dipercaya, karena muncul dari Roh yang diserahkan kepada Dia dengan tidak terbatas. Tidak ada orang lain yang boleh mengklaim seperti demikian, yang mengklaim keberadaan Allah dalam dirinya secara tidak terbatas.

Seluruh keberadaan Allah ada di dalam diri Kristus, sehingga segala perkataan Kristus pasti kredibel, dan Dia hanya menyatakan Firman dari pada Allah. Saat peristiwa pembaptisan Yesus, terdengar suara dari surga yang berkata “Inilah Putera-Ku yang terkasih, kepada-Nya Aku berkenan.” Ini bisa diartikan bahwa seluruh keberadaan Allah ada di dalam Dia. Itulah sebabnya Yoh. 3:35 meneruskan ayat 34 dengan berkata “Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.” Ayat 35 dengan lebih tepat mengatakan “Bapa mengasihi Anak sehingga menyerahkan segala sesuatu di tangan-Nya”. Yesus berkuasa sebagai Allah, berkuasa atas segala sesuatu. Ibrani 1:3 mengatakan bahwa Kristus “menopang segala yang ada dengan Firman-Nya yang penuh kekuasaan”.

Yoh. 3:36 menutup dengan suatu tantangan bagi kita sekalian, setelah kita melihat kemuliaan Kristus, Dia diutus Allah, mempunyai kesaksian langsung, perkataan-Nya pasti benar, Dia sendiri juga memliki kuasa Allah, seluruh keberadaan Allah ada di dalam Diri-Nya, dan diberi kuasa sama seperti Allah karena Dia itu Allah itu sendiri, maka bagaimana respon kita kepada-Nya setelah kita mendengar kesaksian-Nya? Keputusan kita menentukan apakah kita memperoleh hidup yang kekal, atau kita mendapatkan murka Allah. (Yoh 3:36) “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." Untuk itu marilah kita meyakini dan mempercayai sepenuhnya bahwa Yesus itu adalah berasal dari Sorga, Dia adalah Anak Allah yang di utus untuk melakukan misi kasih yaitu penyelamatan manusia yang sudah berdosa. Dan Dia adalah Allah itu sendiri. Maka jangan lagi meragukan ke-Ilahian dan ke-TuhananNya.

III.               APLIKASI

Kesaksian Yohanes ini semakin menambah iman dan kepercayaan kita akan Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup. Ia yang datang menebus dan menyelamatkan kita dari kematian kekal, kita dibawa pada kehidupan kekal. Yesus yang datang dari sorga adalah Anak Tunggal Bapa yang menjadi manusia demi keselamatan manusia. Ia kembali ke sorga dengan membawa orang-orang yang percaya kepada-Nya. Janji keselamatan diberikan oleh Dia yang berasal dari dan adalah sumber keselamatan itu sendiri. Melalui kesaksian Yohanes ini, semakin menguatkan identitas ketritunggalan dalam Yesus Kristus sebagai Bapa, Anak/Utusan dan dipenuhi Roh-Nya.

Tritunggal adalah konsep yang tidak mungkin dapat dimengerti secara penuh oleh manusia, apalagi untuk dijelaskan. Allah jauh lebih besar dan agung dari kita, karena itu jangan berharap bahwa manusia dapat memahamiNya secara utuh. Alkitab mengajarkan bahwa Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah. Alkitab juga mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah. Meskipun kita memahami beberapa hal mengenai hubungan antar Pribadi dalam Tritunggal ini, pada akhirnya kita tetap tidak dapat mengerti secara utuh. Namun demikian, tidak berarti bahwa Tritunggal adalah konsep yang salah atau tidak alkitabiah.

Ada satu cerita dari Bapa gereja Agustinus (354-430), yang mencoba merumuskan dan memahami tentang ke-tritunggalan Allah, tapi dia tetap tidak mampu menterjemahkannya. Suatu hari dia berjalan-jalan di tepi laut sambil memikirkan misteri Trinitas. Di sana ia melihat seorang anak kecil sedang bermain kerang laut. Anak itu menggali lubang di pasir, berjalan ke arah laut, mengisi kerangnya dengan air, lalu menumpahkan air laut itu ke dalam lubang galiannya. Agustinus lalu bertanya, “Nak, kamu sedang apa?” Anak lelaki itu menjawab, “Saya mau memindahkan air laut ke dalam lubang ini.” Lalu Agustinus berpikir, sama seperti anak tersebut, itulah yang sedang saya coba lakukan. Misteri Trinitas bagaikan lautan yang tak terbatas. Dan saya tengah berdiri di tepi lautan itu, berusaha memasukkan semua misteri yang tak terbatas tersebut ke dalam pikiran saya yang terbatas.

Konsep Trinitas tidak akan muat jika dimasukkan dalam kerangka logika umum. Juga tidak dapat sepenuhnya dianalisa oleh akal kita. Namun tak ada ada alasan untuk menganggap Trinitas sekadar penemuan para ahli teologi. Pernyataan bahwa Allah Yang Esa menyatakan diri sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus semata-mata adalah usaha untuk menjelaskan ajaran Kitab Suci (Yohanes 10:29,30; Kisah Para Rasul 5:3,4).

“Mempercayakan hidup kita kepada Trinitas Allah berarti mulai memandang kebesaran-Nya sebagai Pencipta, Penebus, dan Penolong kita dengan kacamata iman. Bukankah masuk akal jika Allah tunggal yang kita sembah, tempat kita menyerahkan hidup kita, pastilah jauh lebih besar daripada pengertian kita yang terbatas?” (Dennis De Haan).

Pdt. Irwanta Brahmana, S.Th

GBKP Runggun Surabaya