Khotbah Minggu Tgl 25 Maret 2021 ; I Yohanes 3 : 19-24

(JUBILATE: BERSORAKLAH / ERSURAKLAH)

Invocatio:   “Sion mendengarnya dan bersukacita, puteri-puteri Yehuda bersorak-sorak, oleh karena penghukuman-Mu, ya TUHAN.” (Mazmur 97:8)

Bacaan:      Yosua 1: 5-8

Khotbah:    1 Yohanes 3: 19-24

Tema:         “Menuruti Perintah TUHAN”

(B.Karo: “Ngikutken Perentah Dibata”)

Pengantar

Minggu ini adalah Minggu Jubilate yang artinya “bersoraklah”. Minggu ke 3 setelah Paskah, kita masih tetap merayakan pembebasan yang Tuhan anugerahkan. Bagi bangsa Israel pembebasan yang paling bersejarah adalah dibebaskan dari Mesir. Bagi orang Kristen pembebasan itu adalah bebas dari belenggu dosa melalui kematian dan kebangkitan Yesus. Oleh sebab itu patutlah kita bersorak-sorai memuji Tuhan.

Penjelasan Teks

Ayat 19a: Kita berasal dari kebenaran. 1 Yohanes ditulis untuk meneguhkan keyakinan pembacanya bahwa benar Yesus adalah Anak Allah, sebab ada ajaran yang tidak mempercayai seorang Mesias, Anak Allah, datang sebagai manusia. Jemaat Kristen perdana mencoba merumuskan apa ciri khas anak-anak Allah yang sejati. Berasal dari kebenaran (ay 19b) adalah kontra dari ‘berasal dari si jahat’ (ay 12). Maka setiap orang yang berasal dari kebenaran semestinya taat pada perintah Tuhan.

Ayat 19b-21: Menenangkan hati di hadapan Allah.

Isi hati manusia tidak ada yang tahu. Bahkan hati manusia bisa menuduh dirinya sendiri. Manusia yang pernah melakukan kesalahan, sekalipun tidak ada orang yang tahu, ia bisa terus menerus dihantui rasa bersalah. Hal ini terjadi karena hati nurani manusia bisa mendeteksi adanya sesuatu yang salah dan memberikan alarm. Tetapi pada ayat 9-10, jika hati manusia menuduh/menghakimi dirinya sendiri, ada kemungkinan ia jadi tidak bernyali menghadap Allah! ‘Saya bersalah maka saya tidak layak datang ke hadapan Allah.’ Alangkah salahnya jika penghakiman atas manusia yang dilakukan oleh hatinya sendiri membuat ia menjaga jarak dengan Allah. Karena itu teks ini mengajar kita untuk menenangkan hati di hadapan Allah. “Kita tahu, bahwa kalau kita disalahkan oleh hati kita, pengetahuan Allah lebih besar dari pengetahuan hati kita, dan bahwa IA tahu segala-galanya.” (1 Yoh 3: 20, BIS). Ayat ini mau mengatakan bahwa penghakiman salah benar adalah bagian Allah, yang lebih mengetahui segalanya dibanding hati kita. Karena itu manusia berdosa pun akan tetap punya nyali menghadap Allah dengan keberanian. Justru karena kita berdosa dan bercela, kita perlu menghadap pada Tuhan. Karena kita berdosa dan bercela, kita butuh mengikuti kebaktian, ibadah, dan ber-saat teduh. Ini bukan bentuk kemunafikan melainkan kesadaran bahwa kita butuh terus diingatkan dan ditegur melalui kebenaran firman Tuhan. Jangan biarkan siapapun termasuk hati kita menghakimi kita. Allah adalah lebih besar dari hati kita. Penghakiman itu hanya milik Allah.

Ayat 22: Kepatuhan mendahului perolehan.

Pastilah kita senang jika ada jaminan dari Tuhan: apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya. Tapi perhatikan keterangan selanjutnya, yaitu kita harus menuruti segala perintahNya dan berbuat apa yang berkenan kepadaNya. Jadi tidak sembarangan kita memperoleh apa saja yang kita mau. Ini berarti, saat kita sudah hidup dalam kebenaran itu sendiri, permintaan kita bukanlah permintaan yang berlawanan dengan kehendak Allah. Orang yang taat dan patuh pada Allah, melakukan apa yang berkenan bagiNya dalam pikiran, perkataan, bahkan keinginan. Sebab keinginan dan kerinduannya adalah menyenangkan hati Tuhan. Maka kita memperoleh apa saja yang kita minta.

Ayat 23: Perintah Allah: pertama percaya pada Yesus dan kedua saling mengasihi. Beriman kepada Tuhan Yesus harus dibuktikan dalam kemauan untuk mengikuti perintahNya. Perintah Yesus adalah untuk saling mengasihi karena Ia telah lebih dahulu mengasihi kita. Standar kasih-mengasihi dunia ini adalah kita mengasihi orang yang telah lebih dulu mengasihi kita. Tetapi standar kasih-mengasihi Allah adalah kita mengasihi orang yang mengasihi dan yang tidak mengasihi kita, sebab kita telah lebih dahulu dikasihi oleh Allah. Kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (ayat 18).

Ayat 24: Menuruti segala perintah sebagai bentuk kebersatuan dengan Allah. Orang-orang yang menuruti segala perintah Allah, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dengan demikian karya Roh Kudus dalam dirinya dinyatakan. Sekalipun Roh tidak terlihat, karya-Nya dapat kita saksikan dalam diri orang-orang percaya, termasuk dalam diri kita. Kita berasal dari kebenaran, maka kebenaran Tuhan mestinya tampak dari perbuatan-perbuatan kita.

Bacaan Yosua 1: 5-8: kuatkan dan teguhkanlah hatimu, yakni supaya umat Tuhan sungguh-sungguh bertindak hati-hati sesuai hukum Tuhan, merenungkan Taurat (bagi kita saat ini berarti Firman Tuhan dalam Alkitab, bukan hanya Taurat) siang dan malam. Mengikuti perintah Tuhan memerlukan keteguhan hati. Kita yang harus berhati-hati dan memperhatikan pilihan-pilihan hidup kita apakah masih sesuai dengan hukum Tuhan.

Aplikasi

1.    Untuk bisa menjadi penurut Allah, kita harus senantiasa terhubung dengan-Nya, agar kehendak-Nya bisa kita pahami dan patuhi. Bangunlah hubungan yang erat dengan Tuhan melalui doa pribadi, saat teduh, dan persekutuan dalam gereja.

2.    Hidup menurut perintah Tuhan menjadi beban saat kita melakukannya dengan keterpaksaan, tetapi menjadi sukacita dan sorak-sorai saat kita merasakan nikmatnya hidup dekat dengan Tuhan. “Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka.” (Mazmur 119: 165)

3.    Perintah Tuhan adalah percaya pada Yesus dan saling mengasihi. Dua hal ini tidak terpisahkan. Iman kepada Tuhan dan kasih kepada sesama harus sejalan.

Pdt.Yohana br Ginting

GBKP Rg.Samarinda