Khotbah Minggu Tgl 18 April 2021 ; Mazmur 106 : 1-5

Misericordias Domini: Kasih Setia Tuhan (Lias Ate Jahwe)

Invocatio: Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut akan Dia! (Mazmur.67:8).

Bacaan :     Kis. 3:12-19.

Khotbah :   Mazmur. 106:1-5.

Tema :       Hidup di Dalam Kasih Allah.

Pembukaan.

Saudaraku yang terkasih di dalam Kristus, kita mengucap syukur hari ini kita bisa bersama-sama beribadah, bersekutu untuk memuliakan Allah melalui nyanyian pujian dan menerima kebenaran firman Tuhan pada minggu Misericordias Domini yang artinya; Allah yang penuh Kasih setia bagi umat yang dikasihiNya.

Hari ini Adalah hari yang bersejarah bagi Gereja GBKP, dimana pada Tgl. 18 April 1890 yang lalu, Injil diberitakan kepada orang Karo di Buluhawar dan sampai hari ini Injil sudah 131 tahun tumbuh, berkembang dan berbuah banyak, semua ini Adalah wujud dari Kasih Setia Allah bagi kita bagi gerejaNya.

Minggu ini Kita diajak untuk menghayati besarnya kasih karunia yang telah dinyatakan alat bagi kita dari dahulu sekarang dan dan masa yang akan datang. Dengan menyadari kasih Allah yang telah kita terima kita diajak untuk menunjukkan respon kita yaitu: Mengucap syukur bagi Allah dan dan melakukan kan apa yang berkenan bagi dia.

Pembahasan Alkitab.

Nats khotbah Minggu ini ini adalah nyanyian pujian pemazmur yang menyatakan besarnya kasih Allah terhadap seluruh ciptaannya. Dalam nyanyiannya Pemazmur berseru kepada umat Israel  untuk bersyukur kepada Tuhan karena Ia baik dan kasih setia-Nya abadi (1). Di sini pemazmur dengan gamblang mengungkapkan bahwa kebahagiaan akan dimiliki oleh mereka yang senantiasa berpegang pada hukum Allah dan berlaku adil (3). Pemasmur juga memohon belas kasihan Allah untuk mendatangkan pertolongan dalam segala Pergumulan serta beroleh kebahagiaan dalam janji Allah untuk umat PilihanNya.

Saudaraku yang terkasih, Bacaan penghantar khotbah (ogen) yang tertulis dalam kitab Kisah Para Rasul 3:12-19, Rasul Petrus bersaksi bahwa Semua mujizat yang terjadi dalam pelayanan mereka adalah bersumber dari Kuasa Yesus Kristus yang telah disalibkan, mati dan Bangkit dari Kematian itulah yang telah menyembuhkan orang yang sakit itu. PenderitaanNya adalah wujud dari kasih Allah untuk keselamatan manusia yang berdosa. Balasan dari kasih Allah itu adalah Pertobatan dari dosa.

Bangsa Israel memang dikenal sebagai bangsa yang tegar tengkuk, bahkan Allah sendiri pun menyatakan demikian (Kel. 32:9). Berulang kali mereka menyaksikan dan mengalami karya Tuhan dalam kehidupan mereka, tetap saja mereka memberontak kepada Allah. Mukjizat demi mukjizat mereka lihat dan alami, namun hal itu seolah-olah tidak membekas di hati dan pikiran mereka. Tak terhitung banyaknya pertolongan dan kemurahan Allah atas kehidupan umat-Nya. Kenyataannya, bukan rasa terima kasih yang keluar dari hati mereka, melainkan sungut-sungut dari mulut mereka. Walaupun mereka dikenal sebagai bangsa yang bebal, tetapi hal itu tidakmenghalangi Allah untuk berkarya dalam menyelamatkan mereka.

Meskipun dosa Israel sangat besar, kasih setia Tuhan tetap dinyatakan bagi  mereka. KasihNya tidak berubah walaupun  bangsa Israel tidak setia. Hukuman yang menimpa umat pilihan adalah teguran atas ketidak setiaan mereka, Tuhan menginginkan umat-Nya untuk berbalik/bertobat dan menyesali segala dosa-dosa yang diperbuat dengan menunjukkan  pembaruan dalam hidup mereka.

Renungan.

Hidup sebagai umat Allah bukanlah kehidupan yang  benas pergumulan, Sejarah gereja sepanjang jaman mencatat  banyak sekali i hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Namun janji penyertaan Allah tetap nyata bagi kita sehingga ketika gereja seangkin dibabat, gereja semakin merambat. Demikian juga kehidupan kita sebagai  warga  Gereja,  kita selalu  menghadapi suka dan Duka di dalam kehidupan, kita tidak bisa memilih sukacita saja atau menolak atau lari dari dukacita, semua harus dihadapi dengan Iman. Saat kita mendapatkan berkat tentu kita bahagia, bersukacita, disaat yang lain ketika kita mendapatkan atau mengalami pergumulan bagaimanakah sikap kita, kalau diperhadapkan dengan firman Tuhan tentu saja kita harus tetap bersukacita karena disana dikatakan bersukacitalah senantiasa.

Hal ini bukanlah sesuatu yang yang mudah seperti membalikkan telapak tangan namun membutuhkan kan Iman pengharapan yang teguh dan tentu saja dengan pertolongan roh Kudus sehingga kita tetap merasakan kebaikan Tuhan walaupun sedang berada ditengah badai pergumulan hidup.

Jika kita bercermin pada Alkitab, ada banyak tokoh disana yang tetap mampu memandang lewat iman ketika masalah menghadang mereka. Lihatlah Ayub yang memuji Tuhan meski mengalami penderitaan (Ayub 1:20-22). Selanjutnya Daud, yang pada suatu ketika dikejar, hendak dibunuh oleh Saul dan terjebak di dalam gua. Apa yang dilakukan Daud? Dia malah memuji Tuhan dan bermazmur! (Mazmur 57:1-12). Lalu apa yang terjadi ketika Paulus dan Silas tengah dipasung dalam penjara? Mereka bukannya menyesali nasib, namun malah berdoa dan menyanyikan puji-pujian pada Allah dengan lantang, hingga semua orang dipenjara itu mendengarkan. Apa yang terjadi selanjutnya? Terjadilah gempa sehingga semua pintu dan belenggu terbuka membebaskan mereka. Bukan itu saja, namun terjadi pertobatan pada diri kepala penjara dan keluarganya. (Kisah Para Rasul 16:19-40). Lihatlah bukti kasih setia Tuhan, Dia tetap menyertai dalam segala hal. Tidak ada yang harus kita takutkan. Yang harus kita lakukan adalah tetap mengucap syukur dan melantunkan puji-pujian. "We are never alone even in the deepest trouble".

Penutup Khotbah.

Saudaku yang terkasih, Kehidupan rohani bangsa Israel mencerminkan kehidupan kita sebagai orang percaya pada masa kini. Kita sering terlena dengan keduniawian, zona nyaman yang membawa kita jauh dari kehendak Allah. Sulit sekali bangkit dari keterpurukan karena berbagai kegagalan dan bencana. Karena itu, jangan pernah melupakan Bahwa Allah kita Penuh dengan Kasih setia, kita hidup dalam pemeliharaanNya, RancanganNya selalu mendatangkan kebaikan bagi kita.  Tetaplah setia memegang teguh iman percaya kita dalam segala suasana, tetap bekerja jangan berpangku tangan,  serta Mengucap syukur atas kasih setia Tuhan yang dilimpahkan kepada kita. Lebih dari itu, hendaknya penyesalan, pertobatan, dan komitmen kita dihadapan Tuhan menjadi kenyataan. Dengan demikian, barulah kita bisa menghargai besarnya anugerah Tuhan dalam kehidupan kita. Amin

Pdt.Togu Persadan Munthe

Rg. GBKP Cililitan