Khotbah minggu Tgl 04 April 2021 : Markus 16 : 9-18

Invocatio     : Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya. (Wahyu 20:6)

Bacaan         : Yohanes 20 : 1-10

Khotbah       : Markus 16:9-18

Tema : Kuasa Kebangkitan Yesus

Saudara-i yang dikasihi Tuhan, Paskah kerap kita peringati sebagai tanda Yesus menyatakan kuasaNya mengalahkan upah dosa yakni maut dan memberikan jalan keselamatan bagi manusia yang percaya. Kebangkitan Yesus menjadi inti iman Kristen, yang walaupun dipercayai dan diimani oleh umat Kristen, namun cukup hangat diperbincangkan dan juga kebenarannya sering diperdebatkan. Orang-orang yang ahli mencoba meneliti dan mencari bukti, untuk mengungkap ‘misteri’ ini. Karena nyatanya masih banyak yang menyanggah dan tidak percaya bahwa Yesus itu sungguh-sungguh bangkit. Hal ini sangat wajar karena kebudayaan maupun agama masyarakat mulai zaman kuno, tidak mengajarkan ataupun mempercayainya.

Untuk memahami hal ini, banyak orang mengharapkan catatan historis dan hal penting lainnya sebagai sebuah pembuktian. Namun dalam iman percaya, kita tidak dapat melupakan pentingnya kerendahan hati. Yang menolong seseorang dapat tetap mengakui dan melihat, bahwa keberadaan manusia sangat terbatas untuk menjangkau atau memahami Allah dengan sempurna. Peristiwa kebangkitan ini pun diimani oleh kita orang percaya, bahwa di dalam peristiwa tersebut, Allah turut menyatakan kehendak dan kuasaNya dalam rangka keselamatan manusia. Hal ini menjadi pergumulan iman tentang bagaimana kita dapat mengalami Tuhan dalam hidup kita? Apa dampaknya kuasa kebangkitan Yesus, saat ini bagi kita dalam respon iman?

Markus 16:1-18 merupakan bagian yang menceritakan peristiwa penting pasca kematian Yesus. Seperti apa yang telah dinubuatkan, bahwa Yesus dibangkitkan tiga hari setelah kematianNya. Pada waktu itu tiba, pertama sekali Yesus menampakkan diriNya kepada perempuan-perempuan yang datang ke kubur dan berpesan, agar mereka menyampaikan hal ini kepada murid lainnya. Ke Galilea mereka harus pergi, karena di sana Yesus akan menemui mereka (ay 7). Beberapa kali Yesus juga menampakkan diri kepada para murid agar menjadi kesaksian pemberitaan bagi banyak orang. Yesus meneguhkan hati mereka yang saat itu dirudung ketakutan dan gentar.

Menjadi saksi tentunya bukan perkara mudah. Karena seorang saksi haruslah mampu meyakinkan orang lain atas apa yang dilihatnya, didengar atau dirasakannya. Menyampaikan bahwa pesan itu benar adanya. Tentunya dalam posisi ini, Maria Magdalena, murid perempuan lainnya yang ikut datang ke kubur Yesus, dua murid dalam perjalanan ke Emaus yang menyaksikan kebangkitan Yesus, mengalami dilema yang sama. Ditengah perkabungan dan duka atas kematian Yesus yang baru beberapa hari, mereka dikagetkan dengan apa yang dilihatnya (Bdk Yoh 20:1-10).

Ada berbagai perasaan campur aduk antara terkejut, takut, takjub, bersukacita untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang. Apalagi dalam posisi ini, apa yang mereka sampaikan juga tidak mudah dimengerti apalagi dipercayai. Khususnya konteks pandangan masyarakat Yahudi tentang kesaksian perempuan sebagai kaum kedua dalam masyarakat (beberapa murid perempuan turut menyaksikan dan memberitakan) dan juga kebangkitan orang yang mati dalam tradisi Yahudi menjadi sesuatu hal yang sulit diterima (ay 9-13).

Pada saat kebangkitan Yesus dinyatakan banyak orang bahkan para murid pun tidak percaya. Sehingga Yesus menampakkan diri kepada kesebelas orang itu (murid yang dipilih Yesus) dan Yesus mencela kedegilan hati mereka. Sebab masih ada keraguan, ketidakpercayaan, keangkuhan, yang bisa saja timbul dari pandangan murid yang masih kecewa dan patah hati karena Yesus harus mati dan tidak menjadi mesias seperti yang diharapkan. Atau bahkan memandang rendah orang-orang yang menyaksikan dan memberitakan berita kebangkitan lebih dulu. Sehingga ‘teguran’ ini disampaikan Yesus.

Saat hati mereka menerima arti kebangkitan yang sesungguhnya, mengerti arti Yesus sebagai Juruselamat maka para murid siap diutus untuk memberitakannya. Kuasa kebangkitan Yesus menunjukkan otoritas ilahi, mengubahkan kedegilan hati, ragu, takut menjadi ketetapan hati untuk turut melakukan aksi. Bahkan mereka diberikan kuasa melakukan tanda mujizat, pelayanan, penyembuhan. Dengan melakukan hal ini, semakin banyak orang turut mengalami kuasa kebangkitan Yesus, sekalipun tidak lagi secara langsung menyaksikannya.

Lalu apa yang menjadi pergumulan orang percaya saat ini dalam mengingat kembali peristiwa kebangkitan Yesus? Tentunya tidak mau memiliki kedegilan hati. Dimana kehidupan kita tidak mau melihat dan merasakan kuasa Tuhan yang sesunggunya. Banyak orang mengaku percaya, hidup dekat dengan Tuhan, melayani Tuhan, bercakap-cakap tentang Tuhan, malahan memiliki hati yang keras dan tertutup tanpa mengalami kuasa Tuhan, seperti para murid. Agak sulit diterima mengapa malah para murid yang dekat dan selalu turut pelayanan Yesus menerima celaan atas ketidakpercayaan. Oleh sebab itu dalam paskah ini, kita yang mengaku percaya haruslah benar-benar mengalami kuasa Tuhan, diawali pengertian bahwa :

1. Kuasa kebangkitan Yesus mengubahkan hati

Kuasa Roh Kudus menolong kita mengerti arti kebangkitanNya. Seperti apa yang dialami para murid Yesus, mungkin iman kita pun kadang goyah atau terlalu dangkal untuk melihat kemahakuasaan Allah dalam karya keselamatan Yesus. Kuasa inilah yang akan membukakan kedegilan hati yang awalnya tidak percaya, takut, ragu menjalani hidup menjadi semakin mengalami (merasakan kehadiran) Tuhan itu sendiri.

Kuasa ini diterima sebagai pemberian Tuhan saat kita mau mendengar, mempelajari dan merenungkan Firman Tuhan dengan sungguh. Setiap orang yang mau, baginya akan diberikan ‘hati yang baru’. Ada pengertian, sukacita, kedamaian walaupun saat ini kita masih menantikan janji Tuhan dinyatakan, dalam penantian itu tidak ada lagi kecemasan, ragu, takut dan bimbang dalam menjalani kehidupan. Berikanlah hati kita untuk menyaksikan sendiri, bagaimana Tuhan membuktikan Dia Allah yang berkuasa diatas segalanya, termasuk untuk mengubah hati manusia. Tidak perlu repot-repot selalu menilai keberadaan hati orang lain, namun mulailah dulu dari diri sendiri. Merasakan bahwa pengenalan akan Tuhan memberi energi baru dalam pertumbuhan iman.

2. Kuasa kebangkitan Yesus membuatku turut bersaksi

Tidak mudah memberitakan sesuatu tanpa mengalami atau menyaksikannya sendiri. Namun berbicara tentang berita kebangkitan Yesus, seorang menjadi percaya, tidak selalu harus melihat langsung (seperti kesempatan spesial yang dimiliki para murid). Saat ini kuasaNya masih dapat kita rasakan karena tidak terbatas zaman. Kuasa Yesus pun memberikan pengertian untuk tahu apa yang dilakukan dalam memberitakannya sekalipun tidak melihatnya. Karena kuasa Allah  memiliki otoritas dalam hidup manusia yang bukan sekedar memberi perintah tapi juga membekali kita untuk bertindak dan melakukan.

Tentu bersaksi tentang kuasa kebangkitan tidak harus selalu dengan kata, kesaksian lisan atau tulisan, atau bermodalkan tingginya ilmu atau pengalaman spiritual. Tetapi kesaksian yang paling menyentuh, saat orang lain dapat merasakan melalui sikap hidup hari lepas hari. Mulai dari hal sederhana sekalipun.

Kesaksian akan kuasa Yesus intinya adalah menyatakan kebenaran Firman Tuhan dalam setiap kemampuan dan kesempatan hidup masing-masing. Cara bersaksi tidak harus selalu sama bagi setiap orang. Juga bukan berbicara tentang penilaian atas bagus atau tidaknya. Melainkan banyak tanda yang dapat disampaikan sesuai dengan panggilan masing-masing yang Tuhan berikan bagi kita. Berilah diri untuk selalu dipakai Tuhan dalam pelayanan yang mengubahkan, dimulai dari diri kita. Amin

Setelah peristiwa Kebangkitan Yesus,

kuasaNya tidak mengubah situasi yang ada

tapi menjadi suatu kesempatan dan cara Tuhan mengubah diri kita

Pdt.Deci br Sembiring

Rg GBKP Balikpapan