Khotbah Minggu Tgl 28 Maret 2021 ; Lukas 19 : 28-38

Invocatio     :“Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-soraklah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai beban yang muda.” (Zak. 9:9).

Bacaan         : Mazmur 31 : 8 – 16

Khotbah       : Lukas 19 : 28 – 38

Tema            : Bersorak Memberikan Pujian Bagi Tuhan (Ersurak Nehken Pujin Man Dibata)

I.             PENDAHULUAN

Pada minggu ini kita memasuki Minggu Passion ke VII, Minggu Passion yang terakhir sekaligus kita akan memasuki Jumat Agung dan Paskah. Minggu Palmarum ini mengingatkan kita yaitu peristiwa Tuhan Yesus disambut gembira di gerbang Jerusalem dengan daun palma dan sorak sorai yang meriah “HOSANA’. Makna dari minggu Palmarum yaitu, penghayatan akan arti penderitaan Kristus juga sebagai pemuliaan nama Tuhan Yesus yang membuat semua manusia bersorak memberikan pujian bagi Tuhan.

II.           PENDALAMAN TEKS

Invocatio Zakaria 9:9, merupakan Nubuatan tentang kedatangan Mesias. Pada awal pasal 9 ucapan ilahi menyatakan tentang hukuman terhadap bangsa-bangsa di sekitar Israel, yaitu Tirus, Askelon, Gaza, Ekron, Asdos, Filistin, dst. Hukuman tersebut adalah dimana bangsa-bangsa ini akan menghadapi situasi yang berat dan sulit. Tetapi, Mesias akan datang bagi Sion dan Jerusalem yang membuat mereka sangat bersukacita, penuh sorak-sorai dengan nyaring untuk menyambut raja yang adil dan lembut. Raja tersebut akan datang dengan mengendarai keledai, yang menyatakan kerendahan, kesederhanaan, namun penuh kejayaan. IA akan menghadapi semua musuh-musuh Yerusalem dan mengaruniakan kekuasaan bagi mereka. IA adalah raja yang menguasai segala-galanya. Inilah yang melatarbelakangi nabi Zakaria menyerukan bagi Sion dan Yerusalem untuk menyambut sang raja Mesias dalam kehidupan dengan bersukacita dan bersorak-sorak untuk menyambut Raja Adil.

Bacaan Mazmur 31:8-16, secara keseluruhan pasal 31 isinya merupakan pengalaman pribadi yang dialami oleh pemazmur Daud. Mazmur ini adalah doa yang amat pribadi yang mengungkapkan kesusahan dan ratapan karena musuh (ay. 5,9), penyakit (ay. 10-11}, dan ditinggalkan teman-teman {ay.12-14}. Namun Daud memohon pengasihan Tuhan dan percaya akan pertolongan Tuhan baginya {ay.10,15). Dalam nats ini Daud mengungkapkan, ekspresi perasaanya yang akan bersorak-sorak dan bersukacita karena kasih setia Tuhan baginya (ay.8-9}.

Kemudian Daud juga mengungkapkan permohonannya kepada Tuhan dan Daud juga menyadari bahwa hidupnya masih terus berjuang untuk bebas dari semua beban penderitaannya. Daud mengungkapkan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya, keluh kesahnya, kesakitan juga kedukaannya, begitu juga ancaman-ancaman yang datangnya dari luar yang masih hendak mencelakakan dirinya (ay. 10-14). Namun Daud percaya kepada Tuhan, bahwa hidupnya ada didalam tangan Tuhan dan Daud yakin akan pertolongan Tuhan yang akan melepaskannya dari semua musuh-musuhnya yang hendak mengejar dan mencelakakannya. Daud menyerahkan bahwa masa hidupnya ada didalam tangan Tuhan (ay. 15-16).

Renungan Lukas19:28-38, nats ini merupakan penggenapan nubuat Tuhan di kitab Zakaria 9:9 (invocatio). Kampung Beftage yaitu sebuah kampung atau desa dekat Bukit Zaitun tetapi masih merupakan bagian kota Yerusalem, bagian terluar barangkali lebih tepat disebut demikian. Dan di dekat Betania yang berada 3 km di sebelah timur Yerusalem. Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu, dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya (Injil Markus mencatat: "yang belum pernah ditunggangi orang"). Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku. Dan jikalau ada orang menegor kamu (Injil Markus: mengatakan kepadamu: "Mengapa kamu lakukan itu"), jawablah begini: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya ke sini. Mereka menemukan (Injil Markus: seekor) keledai muda tertambat di depan pintu di luar, di pinggir jalan, lalu melepaskannya. Dan beberapa orang yang ada di situ (Injil Lukas mencatat termasuk orang yang empunya keledai itu) berkata kepada mereka: "Apa maksudnya kamu melepaskan keledai itu?" Lalu mereka menjawab seperti yang sudah dikatakan Yesus: "Tuhan memerlukannya." Maka orang- orang itu membiarkan mereka. Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesuspun naik ke atasnya.

          Binatang keledai dalam tradisi timur merupakan lambang binatang yang damai, tidak seperti kuda, yang melambangkan binatang peperangan. Karenanya, seorang raja akan datang menunggangi kuda jika hendak berperang dan naik keledai jika hendak menunjukkan bahwa ia datang dengan damai. Yesus datang menunggangi keledai melambangkan kedatangan-Nya sebagai Raja Damai, bukan untuk berperang. Dengan memasuki Yerusalem diatas seekor keledai, dihadapan umum Yesus mengungkapkan bahwa Ia adalah Raja Israel dan Mesias yang dinubuatkan. Kedatangan Yesus yang sederhana ini adalah suatu tindakan simbolis yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kerajaan-Nya bukanlah dari dunia ini dan bahwa Ia tidak datang untuk memerintah dunia ini dengan paksaan dan kekerasan. PenolakanNya untuk bertindak seperti seorang penakluk militer yang menang menunjukkan bahwa kerajaan-Nya itu bersifat rohani.

Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon (Injil Markus: ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang) dan menyebarkannya di jalan. Ketika Ia dekat Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mujizat yang telah mereka lihat. Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang. Mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!". Seruan itu diambil dari Kitab Mazmur yaitu Mazmur 118:24- 26, “Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! Ya Tuhan, berilah kiranya keselamatan! Ya Tuhan, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan! Kami memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan”. Kata Hosana berasal dari istilah Ibrani hosyiana artinya, “kami mohonselamatkanlah kami!” Atau “kami mohon bebaskanlah kami!”. Jadi seruan mereka adalahsuatu permohonan keselamatan dan suatu pengakuan bahwa Yesus mampu menyelamatkan/membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Tapi Yesus datang ke Yerusalem untuk menggenapi nubuat Tuhan pembebasan keselamatan bagi manusia.

III.         APLIKASI

Tema: “Bersorak Memberikan Pujian Bagi Tuhan”. Bersorak menunjukkan tanda gembira dan sukacita. Tentu ada alasan mengapa kita harus bergembira dan bersukacita memberikan pujian bagi Tuhan.

1.       Walaupun dalam minggu Passion (minggu sengsara), khususnya Minggu Palmarum ini, kita masih menghayati masa-masa kelam dan suram karena Yesus akan segera mengalami siksaan, tapi kita tetap meyakini bahwa Allah tetap setia. Karena itu, kita diajak untuk menaikkan pujian dan syukur atas semua perbuatan Tuhan bagi kita.

2.       Sebagaimana yang dilakukan oleh Raja Daud, Ia mengingat segala perbuatan Tuhan dan menjadikan-Nya sebagai benteng pertahanan dan kubu perlindungan. Tuhan adalah setia dalam kasih dan kuasa-Nya. Raja Daud pun memuji Tuhan, bersorak-sorai dalam pengakuannya. Oleh karena itu, kita pun diajak untuk terus percaya akan kuasa Allah serta memuji-Nya dengan sorak-sorai.

3.       Situasi pandemi covid 19 mengakibatkan banyak aspek kehidupan yang berdampak menjadi tantangan yang berat, walaupun ada juga aspek yang jadi keuntungan, namun dalam situasi ini, kita diajak agar tetap yakin akan janji dan penyertaan Tuhan, sebagaimana Tuhan juga telah menggenapi nubuat-NYA dengan nyata, inilah alasan mengapa kita harus bersorak menyambut kedatangan Mesias sang pembebas dan penyelamat manusia.

4.       Generasi muda gereja GBKP mau bergerak berkarya melalui tenaga, pikiran dan talenta yang ada dalam rangka missi pelayanan di segala aktivitas kehidupannya yang berguna bagi semua orang walau banyak tantangan tapi tetap semangat seperti Daud karena janji Tuhan selalu tepat. Inilah alasan yang mengharuskan generasi muda gereja GBKP bersorak memberikan pujian bagi Tuhan.

Amin. Tuhan memberkati.

 Pdt. Nur Elly Tarigan, M.Div

GBKP Runggun Karawang