Minggu Tgl 21 Maret 2021 ; Ibrani 5 : 5 -10

Invocatio      : ”KataNya: Ya Abba, Ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu, ambillah cawan ini dari padaKu, tapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehndaki” Mrk.4:36)

Bacaan          : Yeremia 31:31-34 (Tunggal)

Khotbah        : Ibrani 5:5-10 (Tunggal)

Tema             : Yesus Taat Dalam Penderitaan (Jesus patuh ndalani kiniseranNa)

A.Pendahuluan

Ketaatan kepada Allah adalah hal penting sekaligus syarat bagi pertumbuhan rohani kita sebagai orang Kristen. Tapi persoalannya adalah mudah untuk taat, ketika Allah memberikan apa yang menjadi keinginan kita, namun akan berbeda jika rancangan Allah berbeda dengan apa yang kita inginkan, akan terasa sulit untuk hidup dalam ketaatan. Atau yang lebih berat adalah jika ketaatan kepada Allah menimbulkan penderitaan bagi kita. Mungkin kita pernah merasakan ketaatan terhadap kebenaran Tuhan menjadi sumber penderitaan yang membuat hidup terasa berat. Hidup yang dijalani tidak selamanya mudah untuk dijalankan. Sebagai orang yang percaya kepada Kristus, bagaimana kita memandang dan menerima penderitaan melalui ketaatan kepadaNya. Kita juga tidak mengagung-agungkan penderitaan (askese atau penyiksaan diri). Mari kita belajar dari sikap hidup Yesus yang melalui penderitaan yang hebat mampu menyelesaikan misiNya yaitu menjadi sumber atau dasar keselamatan kekal.

B. Isi

Invocatio:Markus 4:36: Menjelang penyalibanNya Yesus berdoa di taman Getsmani. Markus mengambarkan pergumulan Yesus dengan sangat tajam: Ia sangat takut dan gentar, hatiNya sangat sedih seperti mau mati rasanya. Yesus berdoa dengan sungguh-sungguh sampai merebahkan diri ke tanah. Tetapi Ia tetap memilih kehendak Bapa bukan kehendakNya.

Bacaan:Yeremia 31:31-34: Tuhan senantiasa terus menerus menyertai umatNya, dengan menjaga semua keberadaan dan memelihara semua yang telah diciptakanNya. Mengarahkan umatNya agar tetap berada dalam tujuanNya. Demikianlah Allah tetap memilih umatNya Israel. Hukum Taurat tidak lagi menjadi pengikat, melainkan penuntunyang harus dihidupi sebagai jalan melakukan kehendak Allah.

Khotbah:Ibrani 5:5-10

Ayat 5-6        :Penulis surat Ibrani mengambarkan banhwa Yesus sama seperti Harun diangkat Allah menjadi Imam Besar. Namun keImamatanNya diambil dari garis Melkisedek (tokoh Imam Melkisedek muncul dalam Kejadian 14, sebelum zaman keimamaman Lewi). Sebagai Imam Besar Agung, Yesus menunjukkan kualitas kehidupan yang berbeda  dengan para imam besar yang berkuasa pada saat itu. Dalam diri Yesus tidak ada keinginan untuk memuliakan diriNya. Hal ini sejajar yang dikatakan Paulus dalam Pilipi 2:6-9..”Yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan mengosongkan diri Nya sendiri dan mengambil rupa sebagai seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya Nama diatas segala nama”.

Ayat 7           :Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Bapa yang sanggup menyelamatkan Dia dari maut. Agaknya penulis kitab Ibrani menunjukan penderitaan Yesus di taman Getsmani, dimana Yesus berdoa dengan sungguh-sungguh ketika menghadapi kematian. Yesus sangat menderita dan sungguh-sungguh meratap kepada Bapanya. Peristiwa itu mengambarkan seseorang yang benar-benar putus asa. Dalam penderitaanNya sebagai manusia Yesus memperlihatkan bagaimana Ia tetap membangun hubungan yang erat dengan Bapa.

Ayat 8-10      :Yesus adalah Anak Allah,ahli waris segala sesuatu dan jauh lebih tinggi dari pada Malaikat. Tetapi sebagai Anak, Yesus taat kepada kehendak BapaNya. Ketaatan itu berarti penderitaan yang hebat. Meskipun demikian Yesus taat sampai akhir, sehingga Ia dibangkitkan dari kematian dan menjadi Imam Besar selamanya. Dengan kata lain Yesus benar-benar belajar, bukan hanya secara teori, tetapi belajar melalui pengaalaman apa artinya bersikap taat dalam menghadapi penderitaan. Dan Dia disempurnakan melalui ketaatanNya, kesempurnaan tersebut adaalah penggenapan Karya Yesus sebagai Juruselamat.

C. Aplikasi

1. Penderitaan merupakan suatu realitas yang tak terelakkan dan terus menghantui hidup manusia. Nabi Yeremia mengungkapkan dalam Yerimia 15:18a...” Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan?”. Ada beberapa orang yang tidak siap untuk menderita, melarikan diri, bahkan jatuh kedalam dosa akibat tidak sanggup menghadapi penderitaan.

2. Minggu Passion ke VI mengajak kita kembali mengingat dan merenungkan ketaatan Yesus kepada Bapa yang Ia praktekkan dalam penderitaan di kayu salib. Kehendak bebas yang Tuhan berikan kepada manusia memberi celah untuk tidak taat dalam penderitaan, Untuk berlaku taat saja tidak gampang, apalagi ketaatan itu menimbulkan penderitaan. Tidak taat dalam penderitaan sering juga dipengaruhi oleh banyak pertimbangan (terlalu banyak yang ingin kita pertahankan:harga diri, kesenangan, keluarga, pekerjaan dll). Sudah pasti ketidak taatan akan memberi penderitaan tambahan kelak, dan sebaliknya ketaatan dalam penderitaan akan membuahkan keselamatan dan kekekalan.

3. Sering kita mendengar orang berkata:Untuk apa taat dalam penderitaan, kalau segala sesuatunya bisa dimudahkan atau mengapa selalu ada penderitaan? (bnd. Dengan situasi pandemi covid 19). Mari kita melihat ketaatan dalam penderitaan tidak hanya dari sudau pandang manusia, tetapi belajar dari sudut pandang Allah. Jurgen Molmann mengatakan:Penderitaan Kristus adalah penderitaan Allah, karena melaluinya Allah campur tangan dan mengalami sendiri atas nama kita, menyelamatkan kita pada titik dimana kita berdiri tapi tenggelam dalam kehampaan. Solidaritas, kekuatan dan kelahiran kembali adalah dimensi Ilahi dalam penderitaan Kristus yang didalamnya kita adalah ciptaan baru. Selanjutnya  Moltmann mengatakan kita bisa melihat kebaikan bagi setiap manusia (umatNya) dibalik setiap bentuk penderitaan yang di izinkanNya. Dengan demikian penderitaan dirancang untuk membuat kita lebih peka untuk mencapai tujuanNya, meninggalkan kekuatan diri sendiri kepada hidup oleh iman kepada Allah. Kita disadarkan bahwa kita tidak sendiri dalam ketaatan , Allah senantiasa mau mengulurkan tanganNya (bnd.Bacaan).

4. Kualifikasi iman yang benar adalah terlihat dari ketaatan kepada Allah, sekalipun harus melalui penderitaan. Dengan memandang penderitaan secara baru, muncullah pengharapan dan perubahan ke arah yang lebih baik. Penderitaan dipandang sebagai suatu proses atau perjalanan hidup yang menuju kepada kesempurnaan.

Pdt. Rena Tetty Ginting

GBKP Rg Bandung Barat