Minggu Tgl 14 Maret 2021 ; Efesus 2 : 1 -10

Invocatio      : “Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali; dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa” (Yesaya 45:23)

Bacaan          : Bilangan 21:4–9 (Responsoria)

Kotbah          : Efesus 2:1–10       (Tunggal)

Tema             : Icidahken Dibata Lias AteNa (Ditunjukkan Allah Kemurahan Hati-Nya/Kasih Karunia-Nya)

Pendahuluan

           Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus.

Manusia memerlukan anugerah (Kasih Karunia Allah) oleh karena manusia telah jatuh ke dalam dosa. Dosa (Yunani: hamartia) seringkali digambarkan sebagai anak panah yang meleset dari sasaran yang hendak dicapai. Manusia diciptakan Allah untuk menggenapi tujuan-Nya. Akan tetapi, manusia memilih untuk memberontak dan tidak mau memenuhi tujuan Allah. Padahal tujuan Allah itu baik adanya, yaitu untuk menjadikan manusia sebagai gambar dan rupa Allah (imago Dei) yang menyatakan kehadiran Allah dan menata semesta ciptaan sebagai wakil dari Sang Raja Semesta. Dengan menjadi citra Allah yang sejati (true image of God), manusia menggenapi tujuan manusia diciptakan, yakni untuk mengasihi, menikmati, dan memuliakan Tuhan. Inilah yang menjadi renungan kita pada minggu ini.

Isi/Penjelasan Nats - Aplikasi

Kehidupan orang percaya, semuanya karena kasih karunia/kemurahan Allah. Seperti perikop di dalam surat Paulus kepada jemaat di Efesus, tepatnya di Ef. 2:1-10. Mari kita bersama-sama melihat perikop ini.

             Mengapa kehidupan ini adalah sebuah kasih karunia Allah? Bagaimana proses kehidupan atau perjalanan hidup sehingga dapat dikatakan mencapai suatu titik hidup adalah kasih karunia. Apa alasannya? Oleh karena itu, pada hari ini kita akan melihat bersama-sama tiga tahap perjalanan hidup hingga kita dapat mengakui bahwa hidup ini adalah kasih karunia Allah semata.

         Tahap pertama, kita fokus pada ayat 1-3. Di ketiga ayat pertama dalam pasal dua ini, Paulus melukiskan situasi dan cara hidup anggota jemaat yang berasal dari bangsa-bangsa non Yahudi (kafir) pada waktu dahulu, sebelum mereka bertobat dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Hingga Paulus memulainya dengan kalimat: Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu (ayat 1).  Sehingga pula dapat disinkronkan dengan konteks keadaan kota Efesus saat itu. Bahwa kota Efesus adalah kota penting dan besar pada zaman Paulus. Ahli-ahli arkeologi memperkirakan, bahwa kota Efesus adalah kota nomor empat dalam kerajaan Roma. Kota Efesus dikenal sebagai kota perdagangan yang sangat besar sehingga semangat materialisme merajalela luar biasa, dan bukan itu saja kota tersebut terkenal menjadi pusat penyembahan dewi Artemis (Yunani) atau dewi Diana (Romawi). Pelacuran disahkan bahkan dianggap sakral karena mereka yang mengadakan pelacuran menganggap hal itu merupakan ibadah kepada dewi itu. Ini mengakibatkan rusaknya sistem keluarga dan tempat pemancaran nuansa kejahatan begitu kuat di kota Efesus.

         Dalam Ef 2:1 ini Paulus mau membuka kepada dunia dan orang Kristen tentang realita dunia ini, sekaligus panggilan dan menuntut respon dari kita untuk mengerti apa yang menyebabkan kematian seperti itu. Manusia mati adalah karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa, karena kita telah melanggar Firman dan berdosa terhadap Allah. Manusia diciptakan oleh Tuhan seharusnya hidup untuk melayani Tuhan dan taat kepada Tuhan. Ketika kita melawan Dia disitulah kita berdosa dan upah dosa adalah maut. Manusia telah terpisah dari Allah, inilah kondisi kematian. Tidak ada satu lembaga rehabilitasi yang bisa menghentikan dosa manusia, termasuk penjara tidak bisa menghentikan dosa. Kita dapat belajar dari Adam dan Hawa. Ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa (Kej. 3) yaitu ketika makan buah pengetahuan baik dan jahat. Memang kelihatannya tetap hidup tetapi sesungguhnya mereka sudah mati pada waktu makan buah pengetahuan baik dan jahat hanya kita tidak dapat melihat karena kondisi kematiannya dalam aspek spiritual.

         Kemudian kenapa hal-hal tersebut dapat terjadi dalam keturunan-keturunannya. Paulus mengatakan bahwa “kamu” yaitu orang-orang Non Yahudi hidup di dalamnya, hidup di dalam dosa. karena mereka mengikuti jalan dunia ini. Hidup mereka pada waktu yang silam bukanlah hidup yang bebas. Hidup itu mereka tempuh menurut ukuran (jalan) suatu kuasa yang tinggi, yang menguasai mereka. Dan kedua karena dikuasai oleh iblis (ayat 2). Kita dulu mati dalam dosa-dosa dan pelanggaran-pelanggaran karena kita mengikuti jalan dunia ini (ayat 2a). Mengapa kita mengikuti jalan dunia ini? Karena kita menaati penguasa kerajaan angkasa (ayat 2b). Iblislah yang sedang menguasai orang-orang durhaka (ayat 2c). Di tempat lain Paulus menjelaskan bahwa iblis – sebagai ilah jaman ini – berusaha membutakan mata orang-orang di luar Kristus sehingga mereka tidak bisa melihat cahaya injil (2Kor 4:4).

         Ternyata bukan hanya orang-orang Kristen-non Yahudi saja yang hidup di dalam dosa. Orang-orang Kristen-Yahudi pun demikian. Hal itu diterangkan oleh Paulus dalam ayat 3: Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Mereka (orang-orang Kristen Yahudi) tidak lebih baik daripada orang-orang Kristen-non Yahudi. Mereka, demikian juga Paulus, "pada dasarnya adalah orang-orang yang dimurkai", "sama seperti yang lain". Sekali lagi, Paulus menyamakan orang-orang Kristen-Yahudi dengan "orang-orang lain", yaitu dengan orang-orang non-Yahudi. Sehingga tahap proses kehidupan manusia yang pertama ada pada HIDUP DI DALAM DOSA atau PELANGGARAN. Tanpa memandang engkau adalah kristen sejak kecil ataupun tidak, ataukah engkau terlahir sebagai anak pendeta, pertua, diaken, atau bukan. Saat engkau hidup bersama-sama dunia, engkau telah di kuasai oleh dosa.

         Tahap kedua, karena awalnya kita hidup di dalam dosa maka kita butuh yang namanya keselamatan dari Allah. Ada sebuah Alkisah, demikian ceritanya, terdapat seekor kera yang sangat terampil berlompatan dari satu pohon ke pohon yang lain. Dia selalu menang lebih cepat dibandingkan kera-kera lainnya. Tetapi pada suatu hari, cabang yang dipegangnya patah sehingga dia terjatuh ke sebuah rawa-rawa yang dalam. Kera-kera sahabatnya berusaha menolong dia, tetapi sayang mereka tidak berhasil menolongnya. Kera yang malang itu berusaha untuk mengangkat dirinya dari rawa-rawa tersebut, tetapi makin dia berusaha dia makin tenggelam. Dia berusaha sekuat mungkin menarik diri ke atas, tetapi dia makin tenggelam. Akhirnya yang tampak di atas rawa-rawa hanyalah kedua tangannya. Ilustrasi tersebut mau mengajarkan bahwa keadaan dan kodrat umat manusia pada prinsipnya tidak berdaya untuk menyelamatkan dirinya dari kuasa dosa. Segala upaya rohani, keagamaan, ritual, perbuatan baik, amal, dan berbagai kepercayaan tidak dapat menolong manusia untuk keluar dari belenggu kuasa dosa yang telah menguasainya.

         Oleh karena itu Allah bertindak. Ia tidak membiarkan manusia binasa dalam dosanya. Ia menyelamatkannya dari kematian-nya. Itulah yang diberitakan oleh Paulus. Ia mulai dengan: Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita (ayat 4). Kata “tetapi” menjadi sebuah mempertentangkan antara keadaan manusia yang tanpa pengharapan dengan karya Allah yang berdaulat atau manusia ini adalah objek murka Allah namun karena kasih karunia-Nya, Dia memperlihatkan belas kasihan-Nya kepada manusia. Kita yang telah mati, dihidupkan kembali bersama-sama Kristus oleh Allah. Kita yang sebagai budak dibangkitkan Allah menjadi yang terhormat dengan mendudukkan kita disebelah tanganNya. Jadi Allah telah mengambil tindakan untuk membalikkan 180 derajat keadaan kita yang sebenarnya sudah jatuh ke dalam dosa.

         Artinya seluruh jemaat, baik orang-orang Kristen-Yahudi maupun orang-orang Kristen-non Yahudi. Mereka semua, yang "telah mati karena pelanggaran-pelanggaran mereka" telah Allah hidupkan bersama-sama dengan Kristus. Itulah kabar baik yang Paulus mau sampaikan kepada mereka, anggota-anggota jemaat di Efesus. Begitu besar kasih Allah kepada orang-orang berdosa, sehingga anak-Nya sendiri Yesus Kristus: Ia serahkan ke dalam maut untuk keselamatan mereka. Akan tetapi, mungkinkah itu? Mungkinkah murka dan Kasih Allah disebutkan bersama-sama dalam suatu kalimat? Paulus katakan: Mungkin! Justru di situlah letaknya kebesaran kasih Allah. Hal itu dinyatakan kepada Paulus oleh Yesus Kristus. Yesus Kristus ini telah memasuki kematian kita, supaya dengan jalan itu kita boleh dihidupkan kembali.

         Itulah tahap kedua bahwa posisi kehidupan manusia sekarang ada pada HIDUP DI DALAM KESELAMATAN, tidak lagi hidup di dalam pelanggaran (bdk. Bacaan Bilangan 21:4-9).

         Jadi dengan penebusan Kristus, manusia dibenarkan Allah karena tindakan imannya. Sebab iman kepada Kristus itulah yang menyelamatkan manusia. Di Efesus 2:8-9 dinyatakan dengan tegas, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”. "Jangan kamu memegahkan diri" artinya: Jangan kamu menyangka bahwa pekerjaan yang kamu kerjakan di dalam atau di luar jemaat itu adalah suatu jasa, dan bahwa karena itu keselamatanmu dapat kau peroleh berdasarkan jasa-jasamu, ataupun berdasarkan kesalehan melakukan ketentuan-ketentuan Taurat itu sehingga kamu mengharapkan segala sesuatu dari dirimu sendiri. Semuanya adalah kasih-karunia Allah. Dalam hal ini dinyatakan bahwa kita diselamatkan oleh tindakan iman kepada Kristus, tetapi pada sisi lain juga dinyatakan bahwa iman tersebut bukanlah hasil usaha kita, tetapi iman kepada Kristus merupakan hasil dari pemberian Allah. Kesimpulannya: iman kepada Kristus merupakan iman anugerah. Allah yang memberikan anugerah iman kepada umat pilihanNya.

            Tahap ketiga, di dalam Ef 2:10, Tuhan tidak hanya menyelamatkan kita. Keselamatan bukan titik akhir. Di dalam ayat 9-10 Paulus mulai bermain kata dengan mengatakan kalau kamu diselamatkan jangan sombong itu bukan hasil kerjamu tetapi hasil kerja Allah. Kita dikerjakan di dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Disini kerja dikontraskan bukan kita yang berinisiatif. Tapi kerja kita adalah hasil inisiatif Allah. Setelah itu Tuhan menuntut kita untuk kerja yang baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Penjelasan ini memberikan kepada kita totalitas dari inti panggilan kita sebagai manusia. Berdasarkan konsep ini kita mengerti siapa sebenarnya manusia dan apa maksud Tuhan ketika kita diselamatkan. Yang dikenal dengan istilah Covenant of work.

         Kita diselamatkan bukan titik akhir dari tujuan hidup kita melainkan kita diselamatkan untuk mengerjakan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Inilah misi kerja yang menjadi panggilan Tuhan pada kita. Jadi kita dipanggil untuk bekerja. Konsep ini sudah ada sejak manusia belum jatuh dalam dosa (lihat Kej 2:15) yaitu Tuhan mencipta kita untuk bekerja. Jadi kerja adalah keharusan. Menghentikan orang dari bekerja berarti membuat orang mati.

         Saudara sekalian tidak diselamatkan oleh pekerjaan/perbuatan baik, tetapi diciptakan dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan/perbuatan baik. Keselamatan itu bukan pekerjaan/perbuatan manusia, tetapi pekerjaan/perbuatan Allah. Segala sesuatu, yang kita butuhkan untuk keselamatan kita, Ia berikan. Malahan keselamatan kita sendiri adalah pemberian-Nya. Tugas kita ialah: menerima pemberian itu dan - sebagai tanda pengucapan syukur kita meneruskannya kepada (membagi-bagikannya dengan) orang lain. Untuk itu Ia telah mempersiapkan pekerjaan/perbuatan baik bagi kita, supaya kita boleh hidup di dalamnya. Tahap yang terakhir yang harus kita lakukan adalah HIDUP DI DALAM PENGUCAPAN SYUKUR (bdk. Invocatio).

         Bagaimana dengan saya, saudara/i, dan kita semua saat ini? Apakah kita masih hidup di dalam dosa ataukah kita hidup di dalam pengucapan syukur atas penebusan yang dilakukan oleh Allah? Sudahkah kita mengucap syukur atas hidup ini ataukah kita selalu menyesal, menyesal, dan menyesali hidup ini? Marilah saudara/i kita menghormati dan menghargai karya penebusan Allah yang sangat mulia dengan selalu bersyukur kepadaNya. Dahulu kita adalah sampah namun sekarang kita adalah mutiara yang berharga oleh karena telah Ditunjukkan Allah Kemurahan Hati-Nya (tema). Biarlah Firman ini menjadi rhema bagi kehidupan kita. Amin. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Abdi Edinta Sebayang, M.Th.

GBKP Runggun Graha Harapan