Minggu 28 Februari 2021 ; Roma : 18 - 24

Invocatio    : “Karena dari kepenuhanNya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yoh. 1 : 16)

Bacaan         :  Mazmur 22 : 23 - 27  (Responsoria)

Khotbah       :  Roma  4 : 18 – 24  (Tunggal)

Tema            :  “Allah Memperhitungkan Iman Orang Percaya”

      Pendahuluan

Jemaat yang dikasihi Tuhan, kita bersyukur akhirnya bapak Presiden Jokowi mengusulkan Komjen Listyo Sigit Prabowo sebagai calon tunggal Kapolri. Bila tidak ada aral melintang, maka pak Listyo akan menjadi Kapolri kedua yang Kristen setelah menunggu 47 tahun lamanya. Beliau sekalipun non Islam dipertimbangkan, diperhitungkan dan dianggap memenuhi syarat oleh pak Jokowi untuk menjadi orang nomor 1 di Polri. Tidaklah mudah untuk bisa menjadi orang pertama di tubuh Polri. Ada banyak jendral polisi yang bagus-bagus dan berprestasi. Tetapi dia yang yang diperhitungkan pak presiden. Saudara-saudari yang terkasih, bukan hanya untuk mendapat tempat dan jabatan ada perhitungan-perhitungan. Ternyata Allah juga punya perhitungan dalam menerima kita. Ada yang Allah perhitungkan agar kita bisa dekat denganNya, menerima anugerahNya dan hidup dalam perkenananNya. Apakah yang Allah perhitungkan dalam diri kita?  Mari melihatnya bersama-sama dari Firman Tuhan sebagai khotbah kita.   

      ISI

Allah memperhitungkan iman Abraham sebagai kebenaran (ayat 18 – 22)

      Abraham adalah bapa iman. Ia sebagai contoh bagi semua baik orang Yahudi maupun orang Yunani (non Yahudi) dalam hal beriman kepada TUHAN. Abraham menerima janji Allah bahwa dia akan diberikan anak dan banyak keturunan di saat dia dan istrinya belum punya seorang anakpun (ayat 18; Kej. 13:16; 15:5). Allah menyampaikan kembali janjiNya kepada Abraham beberapa tahun kemudian ketika Abraham masih belum menerima anak sebagai pewarisnya. Ia dan istrinya saat itu sudah melewati masa-masa yang baik dan kuat membesarkan anak. Hal ini karena usianya sudah 100 tahun dan Sarah 90 tahun (ayat 19; Kej. 17:17). Selain Sarah sudah tua dan mandul, rahimnya juga sudah tertutup. Tetapi Abraham tetap kukuh beriman kepada Allah. Walaupun tidak ada dasar untuk berharap secara logika tetapi Abraham berharap juga dan percaya. Imannya tidak menjadi lemah walau ia mengetahui bahwa tubuhnya sudah sangat lemah. Tetapi terhadap janji Allah, Abraham tidak bimbang. Ia tidak meragukan kuasa dan kemahabenaran Allah. Malahan ia diperkuat dalam imannya untuk memuliakan Allah. Ia dengan penuh keyakinan percaya bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah ia janjikan. Karena iman percaya Abraham yang demikianlah Allah memperhitungkannya sebagai kebenaran. Artinya Abraham bukan benar tetapi dianggap benar atau dibenarkan karena imannya terhadap janji Allah. Sesungguhnya tidak ada manusia yang benar termasuk Abraham di hadapan Allah karena semua manusia telah  berdosa (bnd. Roma 3:9-20). Tetapi sekali lagi karena imannya, Abraham dibenarkan Allah.  

      Bukan usaha, jasa, pahala dan perbuatan kita yang diperhitungkan Allah membenarkan kita. Bukan juga kekuatan dan kemampuan kita yang membuat kita hidup berkenan kepadaNya. Tetapi iman kita kepada Dia yang dalam Tuhan Yesus menyelamatkan kita. Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang-orang Yunani (bdk. Roma 1:16). Iman seperti iman Abraham. Iman yang berpegang teguh kepada janji Allah. Iman yang percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah (bdk. Lukas 1:37). Iman yang mengimani bahwa Allah maha kuasa dan berkuasa melaksanakan janjiNya. Iman yang berharap sekalipun tidak ada alasan untuk berharap. Iman yang tahan uji, teruji dan terbukti. Iman yang bertahan sekalipun ada tantangan, bahkan permasalahan dan penderitaan. Iman yang percaya bahwa Tuhan sanggup dan berkuasa mengubah keadaan menjadi lebih baik.   

     Alah juga memperhitungkan iman kita (ayat 23 – 25) 

     Rasul Paulus dengan tegas mengatakan bahwa Allah tidak hanya memperhitungkan iman Abraham sebagai kebenaran. Kata-kata ‘Allah memperhitungkan iman sebagai kebenaran’ tidak hanya ditulisken bagi Abraham saja. Hal itu tidak hanya berlaku bagi Abraham saja. Tetapi juga bagi kita semua baik Yahudi maupun Yunani yang beriman kepada Allah yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita dari antara orang mati. Iman kita jelas kepada Allah yang membangkitkan Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita. Allah yang kita sembah adalah Allah yang spesifik yaitu Allah yang telah membangkitkan Yesus Kristus dari kematian. Allah yang telah menyerahkan Yesus karena pelanggaran kita, dan yang telah membangkitkan Yesus karena dan untuk pembenaran kita.          

     ‘Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat’ (Ibrani 11:1). Iman adalah satu-satunya cara dan jalan untuk diterima Allah dan mendapat anugerahNya. Kita bersyukur karena Allah meperhitungkan iman kita juga. Tuhan tidak menerapkan standar ganda atau berbeda dalam menilai kita. Karena kasih dan kemurahanNya, semua kita diperhitungkan karena iman kita. Marilah beriman seperti Abraham. Marilah mengikuti teladan iman Abraham. Jangan memegahkan kemampuan dan perbuatan kita. Jangan pernah mengandalkan kekuatan diri kita sendiri. Jangan andalkan kepintaran, kehebatan dan kekuatan kita. Tetapi andalkanlah kasih karuniaNya dalam hidup kita. ‘Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri’ (Ef. 2:8, 9). Kita tidak bisa dan tidak dapat membenarkan diri kita di hadapanNya. Hanya Dia yang bisa membenarkan kita oleh karena iman kita kepada Tuhan Yesus. Selanjutnya marilah tetap beriman kepadaNya sekalipun pada saat ini susah dan sulit. Sudah mampir 1 tahun kita di kepung oleh Covid 19. Tetap beriman bahwa Tuhan berkuasa dan maha kuasa mengubah segalanya. Tetap percaya dan setia kepadaNya. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Tunjukkan iman kita sekuat batu karang. Semakin dihempas ombak, semakin dalam dan kuat.   

                   Tema: “Allah Memperhitungkan Iman Orang Percaya”

            Allah tidak memperhitungkan seberapa banyak harta kekayaanmu. Allah tidak memperhitungkan kecantikan dan ketampananmu. Allah juga tidak memperhitungkan pangkat dan jabatanmu yang tinggi. Allah juga tidak memperhitungkan prestasi duniamu, jasa dan pahalamu. Hanya satu yang Ia perhitungkan yaitu imanmu. Imanilah Dia yang telah mengutus PutraNya yang Tunggal yaitu Yesus Kristus sebagai penebus dosa. Percayalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita dan hiduplah di dalam anugerahNya. Imani dan aminkan janji dan kuasaNya di dalam semua segi kehidupan kita. Seperti pemasmur, mari masyhurkan namaNya dan memuji-muji Dia di tengah-tengah jemaatNya. Bersaksilah dan ajak saudara seiman untuk memuji dan memuliakan Dia. Maka Allah memperhitungkan iman kita yang berbuah yaitu yang murah hati dan rela memberi (Mazmur 22:23-27).   

 Penutup/ kesimpulan

       Apapun yang terjadi saat ini dalam hidup kita marilah terus beriman kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Penanganan dan pengendalian Covid 19 masih terus berjalan. Covid 19 masih terus membayangi dan mengintai kehidupan kita. Sayap-sayap maut masih melayang di sekitar kita. Bayang-bayang terjangkit dan kematian setiap saat dan setiap waktu bisa mendekati kita. Di tambah lagi dengan dampak Covid 19 dalam berbagai segi kehidupan kita: kesulitan ekonomi, kehilangan pekerjaan, KDRT, kriminalitas, dst. Apapun yang terjadi dan apapun yang kita alami saat ini, susah-senang, sakit-sehat, suka-duka, untung-malang marilah tetap beriman. Percayalah bahwa anugerah Tuhan Yesus cukup bahkan berlimpah bagi kita (Yo. 1:16). Kasih karunia demi kasih karuniaNya akan menyertai kita semua yang beriman kepadaNya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Pdt. Juris Tarigan, MTh;  GBKP RG Depok - LA