Minggu 03 Janauri 2021 ; Efesus 1 : 3-14

Invocatio     : “Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN” (1 Tawarikh 16:10).

Bacaan         : Yeremia 31:7-14

Khotbah       : Efesus 1:3-14

Thema          : Berbagai Berkat Rohani

I.             Pendahuluan

Menjadi orang Kristen itu bisa dikatakan berat bisa juga dikatakan ringan. Berat karena tuntutannya tinggi sekali. Tetapi juga ringan. Karena apa? Karena Allah tidak cuma menuntut, tetapi juga memampukan. Jadi sebenarnya, kalau saja kita mau, kita pasti mampu. Mampu, karena dimampukan. Kita sering gagal dan tidak mampu memenuhi tuntutan karena dua sebab. Yang pertama, karena kita tidak sadar bahwa kita mampu. Dulu kita perokok. Kita merasa, kita tidak bisa bekerja kalau tidak merokok. Oleh karena itu, kita tidak bisa membayangkan bahwa kita akan bisa berhenti merokok. Ternyata apa? Ternyata bisa. Kemampuan itu sebenarnya ada. Cuma tidak kita sadari. Mengasihi. Mengampuni. Belum apa-apa, belum mencoba, belum berusaha sedikit pun sudah berkata, “Wah sulit! Tidak mungkin! Saya pasti tidak bisa!” Begitu, bukan? Padahal: bisa! Yang kedua, penyebab kegagalan yang kedua: kita tidak cukup berusaha. “Ya bisa sih bisa, tetapi malas! Terlalu susah!” Seperti ketika orang mulai belajar membaca buku bahasa asing. Banyak yang gagal karena malas! “Malas, setiap kali mesti buka-buka kamus! Baca majalah Bobo aja yang gampang!” Sayang sekali jika kita lalu tidak mau berusaha lagi. Sebab, kalau kita cukup ulet, mau bersusah-susah pada awalnya, lambat laun prosesnya akan lebih mudah dan lebih lancar. Disiplin itu susah. Mempertahankan hidup yang bersih, apa lagi. Tetapi kalau dibiasakan, diusahakan terus-menerus, sulit pada awalnya, tetapi lalu akan semakin mudah. Itu yang harus kita lakukan untuk memenuhi tuntutan Tuhan yang tinggi itu.

II.           Isi

Bahan invocatio kita 1 Tawarikh 16:10 bagian ini adalah nyanyian yang pertama kali dinyanyikan orang Lewi ketika tabut Allah telah sampai ke Yerusalem. Kalau dibaca lebih lanjut, sebenarnya nyanyian ini tidak memiliki hubungan dengan pemindahan tabut yang telah selesai. Sebenarnya nyanyian ini merupakan penggabungan dari tiga mazmur, yaitu Mazmur 105:1-15 (untuk ay. 8-22), Mazmur 96:2-13 (untuk ay. 23-33), dan Mazmur 106:1, 47, 48 (untuk ay. 34-36). Ketiga Mazmur tersebut digabungkan oleh penulis Tawarikh bagi tujuan ucapan syukur, bahwa TUHAN telah menyertai perjalanan tabut tersebut sehingga sampai di Yerusalem, dan untuk itu, TUHAN menjadi Raja bagi umat Israel. Maka dari pada itu bahan invocatio ini merupakan pujian yang mengingat akan sejarah kehidupan Israel ini dimulai dengan sebuah ucapan syukur kepada TUHAN yang berkarya dalam sejarah Israel. Pemazmur mengajak semua umat yang saat itu berkumpul di sekitar tabut perjanjian yang telah sampai di Yerusalem untuk mengucap syukur kepada TUHAN. Ajakan tersebut diungkapkan dengan tujun rangkaian kalimat imperatif (kalimat perintah), yaitu:

1.    Bersyukurlah kepada TUHAN

2.    Panggillah namaNya

3.    Perkenalkanlah perbuatanNya di antara bangsa-bangsa

4.    Bernyanyilah bagiNya

5.    Bermazmurlah bagiNya

6.    Percakapkanlah segala perbuatanNya yang ajaib

7.    Bermegahlah di dalam namaNya yang kudus.

Tujuh rangkaian kalimat imperatif ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: pertama, bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah namaNya, perkenalkanlah perbuatanNya semuanya dilakukan di antara bangsa-bangsa. Segala ucapan syukur tersebut (kata bersyukurlah, panggillah, dan perkenalkanlah di sini merupakan sinonim) diungkapkan atau diperdengarkan di antara bangsa-bangsa. Kata di antara bangsa-bangsa memiliki makna, bahwa seluruh bangsa di bumi. Saat itu seluruh umat telah berkumpul di sekitar tabut, dan para penyanyi dari Asaf mengajak mereka untuk mengungkapkan syukur bersama-sama. Kedua, bernyanyilah bagiNya, bermazmurlah bagiNya, percakapkanlah segala perbuatanNya yang ajaib. Segala bentuk ucapan syukur tersebut pada kelompok yang pertama di atas diungkapkan dalam bentuk nyanyian, mazmur, dan ungkapan (ucapan) yang berisi segala perbuatan yang telah dilakukan TUHAN yang penuh kasih bagi umat Israel dalam sejarah. Dalam hal ini mereka mengenang perbuatan TUHAN di padang gurun dalam perjalanan keluar dari Mesir ke tanah Kanaan. Untuk itu, ini merupakan sebuah bentuk perenungan terhadap kisah Taurat di sekitar kenisah, sebagaimana yang biasa umat Israel lakukan. Ketiga, bermegahlah di dalam namaNya yang kudus. Segala ucapan syukur dan nyanyian yang berisi kisah tentang perbuatan Allah tersebut dipujikan (dari kata dasar halal, dan dari kata dasar ini muncul ungkapan pujian haleluya) dalam nama Allah yang kudus, yaitu TUHAN/YAHWE. Jadi, semuanya ditujukan kepada Yahwe, Allah yang kudus.

Tujuh rangkaian kalimat imperatif dalam bahan invocatio ini yang dikaitkan dari ayat 8-10 ditutup dengan sebuah kalimat harapan, agar setiap umat yang hadir (mencari TUHAN) dan bersama-sama memuji TUHAN itu melakukannya dengan hati yang bergembira, oleh karena ini merupakan sebuah upacara kemenangan bahwa TUHAN telah menyertai perjalanan tabut sampai ke Yerusalem.

Nabi Yeremia bertugas untuk bernubuat kepada bangsa Yehuda. Yeremia putra seorang imam, lahir dan dibesarkan di Anatot, desa para imam (6 km di timur laut dari Yerusalem) selama pemerintahan Raja Manasye yang jahat. Nubuat Yeremia yang memperingatkan Yehuda tentang hukuman Allah. Tentunya ini adalah tugas yang sulit untuk memberitakan pesan yang tidak menggembirakan ini kepada bangsanya sendiri. Walaupun ditolak seumur hidupnya, Yeremia termasuk nabi yang paling tegas dan berani. Yeremia menyatakan bahwa hukuman Allah yang pasti jadi dan tidak terelakkan ketika umatNya melanggar perjanjian dan bersikeras dalam pemberontakan terhadap Allah dan firmanNya. Salah satu kata kunci dalam kitab Yeremia ialah “murtad” (dipergunakan 8 kali) dan “tidak setia” (dipakai 9 kali), dan tema yang muncul terus ialah hukuman Allah yang tidak terelakkan lagi atas pemberontakan dan kemurtadan. Kalau kita lihat bagian awal Yeremia, maka pasal 2-29 berisi mengenai nubuat kehancuran Yehuda. Hanya di pasal 30 Yeremia mulai memberikan cerita lain dari rencana Tuhan, yaitu bahwa rencana keselamatan dan pemulihan. Satu-satunya pernyataan teologis yang terbesar di kitab ini ialah konsep “perjanjian baru” yang akan ditetapkan Allah dengan umatNya yang setia pada saat pemulihan kelak (Yer. 31:31-34).

Kenapa Yehuda akan dihukum? Karena raja-raja Yehuda adalah orang-orang yang tidak setia kepada Allah, bahkan memimpin bangsa untuk menyembah allah palsu, seorang raja bahkan menggunakan tulisan Yeremia mengenai nubuat Allah sebagai pemanas ruangannya (oleh raja Yoyakim Yer. 36: 22-23). Ketidakpatuhan Israel terhadap perjanjian mereka dengan Allah akan membawa sangsi yang berat yaitu kematian atau pembuangan. Kehancuran Yerusalem dihubungkan dengan ketidakpatuhan. Ini adalah sebuah pesan yang kita tangkap dari Yeremia.

Tetap secara khusus, Yeremia 31, terutama dalam ayat 31-34, berisi mengenai perjanjian baru, dan sebuah harapan baru. Yeremia berharap bahwa pada waktunya nanti semua orang akan mengingat perjanjian antara Allah dan Israel. kalau Israel mengalami pertobatan, maka Allah akan mengampuni mereka dan mengembalikan mereka ke tanah perjanjian. Ayat 34 dari pasal ini adalah ayat yang sering digunakan sebagai ayat pengampunan dosa. Dalam kitab nabi Yeremia kita bisa melihat bahwa sesudah nubuat kehancuran, ada juga nubuat keselamatan.

Ada satu hal yang mau ditekankan dalam bahan bacaan ini, bahwa di bagian kedua dari nubuatnya, Yeremia bicara mengenai perjanjian baru dan pemulihan Yehuda dari kejatuhannya. Umat Tuhan yang terserak akan dikumpulkan kembali, bahkan mereka yang selama ini terpinggirkan seperti yang buta, lumpuh, dan perempuan mengandung. Jika biasanya dalam kelompok besar yang berjalan bersama, golongan inilah yang terpinggirkan dan terlupakan, maka janji pemulihan Tuhan akan mengikutkan mereka juga. Orang-orang akan datang dan menangis, bukan karena sedih, melainkan karena bahagia akan pimpinan Allah ke tanah perjanjian, di mana hubungan mereka sebagai umat Allah kembali dipulihkan.

Bahan khotbah kita Efesus 1:3-14. Dalam bagian ayat 3-6 di situ dikataken puji-pujian kepada Allah karena berkatNya. Yang Paulus puji dalam pujian ini ialah “Allah dan Bapa”, yang dalam Tuhan kita Yesus Kristus telah melakukan perkara-perkara yang besar bagi kita. Perbuatan besar pertama, yang Paulus sebut dalam bagian ini, ialah: dalam Kristus Ia telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga. Berkat itu Tuhan Allah karuniakan bukan saja di dalam surga, tetapi juga “di dalam Kristus”. Semua berkat itu Tuhan Allah karuniakan dengan dan di dalam Kristus. Malahan Kristus sendiri adalah berkat Allah bagi manusia. Oleh karya penyelamatanNya Ia telah memperoleh segala berkat. Dalam Dia berkat-berkat itu Allah karuniakan kepada orang-orang percaya. Dan karena Dia sekarang berada di dalam surga, maka “segala berkat rohani” itu juga berada di sana, di dalam Dia. Karunia berkat Allah yang berlimpah-limpah itu, menurut Paulus, mempunyai dasar. Dasar itu ialah pilihan Allah, yang berlangsung sebelum dunia diciptakan. Tuhan Allah tidak memilih hanya karena Ia mau memilih saja. Ia memilih karena Ia mempunyai maksud dengan pilihanNya itu, yaitu: supaya kita kudus dan tidak bercacat di hadapanNya. Ini penting bagi kita! Pilihan Allah, yaitu pilihan untuk keselamatan. Pilihan Allah ialah suatu rahasia yang dalam. Ia tidak dapat dijelaskan dengan satu atau dua kalimat saja. Tuhan Allah mau membahagiakan hidup kita dengan kasih karunia yang Ia karuniakan kepada kita dalam kasihNya.

Yesus telah mencurahkan darahNya untuk dan karena milikNya dengan jalan menyerahkan hidupNya ke dalam maut. Oleh perbuatanNya itu kita ditebus dan dibebaskanNya dari hukuman, kutuk, iblis dan dosa. Maksud Paulus dengan penjelasan ini ialah hendak mengatakan bahwa penebusan yang telah berlangsung dalam Kristus, oleh darahNya itu nyata dalam pengampunan kesalahan kita, bukan baru nanti, kalau Kristus datang kembali, tetapi sudah terjadi pada waktu ini. Pengampunan kesalahan kita terpancar dari kekayaan kasih karunia Allah ini. Kelimpahan pemberianNya itu nyata dengan jelas dalam lanjutan kalimat ini: dalam segala hikmat dan pengertian. Rahasia-rahasia kehendak Allah telah dinyatakanNya kepada kita, anggota-anggota jemaat. Maksudnya rencana penyelamatanNya mengenai dunia telah Allah nyatakan kepada kita. Hal itu, menurut dia, sesuai dengan rencana Allah, yang dari semula telah ditetapkanNya di dalam Kristus. Tujuan rahasia kehendak Allah ialah: mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus sebagai kepala.

Berkat Allah dimeteraikan oleh Roh Kudus. Di dalam Kristus, yang disebut dalam ayat yang lalu dan yang tiap-tiap kali diulangi lagi dalam bagian ini sebagai sumber keselamatan kita mendapat warisan. Warisan itu ialah terpilihnya orang-orang Kristen menjadi milik Allah dan warga Kerajaan Surga. Yang memberikan warisan ini ialah Allah. Ia buat itu sesuai dengan maksudNya, yang segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya. Warisan itu Ia berikan dengan maksud untuk menjadi kemuliaan bagiNya. Orang yang mendapatkan warisan itu Paulus katakan berada di dalam Kristus sebagai orang-orang yang telah mendengar firman kebenaran. Maksudnya firman yang adalah kebenaran, yaitu kebenaran yang Allah telah nyatakan di dalam Kristus untuk keselamatan manusia. Keselamatan itu diterima dengan percaya, yaitu percaya kepada Dia, yang diberitakan rasul sebagai kebenaran. Roh Kudus ini bukan saja dijanjikan tetapi ia juga diberikan Allah dahulu sebagai jaminan atas warisan kita sampai kita memperoleh penebusan untuk puji-pujian bagi kemuliaanNya. Yang Paulus katakan di sini pertama-tama ialah, bahwa Roh Kudus adalah jaminan warisan kita. Dalam pemberian yang berupa Roh Kudus itu kita mendapat suatu garansi, suatu milik permulaan yang menjamin warisan penuh bagi kita.

III.         Refleksi

Ada dua pertanyaan yang muncul: yang pertama apa yang dituntut Tuhan dari kita? dan yang kedua apa yang diberikan Tuhan kepada kita untuk memenuhi tuntutan itu? Apa yang dituntut Tuhan dari kita? Dari setiap orang percaya? Perhatikan baik-baik Allah telah memilih kita karena kita kudus tetapi supaya kita kudus. Maksudnya sebenarnya kita tidak kudus, penuh dengan cacat, pantas diapkir, namun demikian Allah dalam kebebasan, kedaulatan dan dalam kasih setiaNya berkenan memilih kita. Memilih kita semua. Kita ini barang apkiran tetapi dilayakkan kembali. Budak yang dijadikan anak. Terdakwa yang mestinya dihukum mati, tetapi malah dibebaskan. Itulah kita. Dipilih supaya apa? Supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Ini, sekali lagi adalah sesuatu yang sama sekali di luar daya jangkau kemampuan kita. Bukan cuma kudus dan tak bercacat, tetapi tak bercacat di hadapanNya. Kalau cuma tak bercacat di hadapan manusia, itu mudah. Asal saja kita bisa sedikit beracting, bisa main sandiwara, bisa pura-pura, orang yang sejahat serigala bisa saja kelihatan seperti anak domba. Tetapi di hadapan Allah? Tuhan menuntut dari kita sesuatu yang tidak mungkin kita penuhi. Betul sekali. Mengasihi/ mengampuni/jujur dan setia/rendah hati itu sesuatu yang tak mungkin kita penuhi. Betul sekali. Hal itu betul, kalau Tuhan cuma menuntut saja. Tetapi apakah Tuhan kita seperti itu? Menuai di tempat Ia tidak menanam? Tidak. Ia menuntut, tetapi juga memampukan. Allah tidak cuma menuntut, tetapi juga memampukan.

Apa yang telah dikaruniakan Allah Bapa kepada kita? Perlu dipertegas telah dikaruniakan, bukan masih dijanjikan. Sudah diberikan. Sudah ada pada kita. Tentu ini sangat luar biasa. “Segala berkat rohani di dalam sorga”. Segala: artinya semuanya, tidak ada yang tidak. Semua berkat rohani itu telah dikaruniakan kepada kita. Semua berkat rohani di dalam sorga, artinya: berkat-berkat rohani, yang adanya cuma di sorga. Tidak bisa dicari di tempat-tempat lain. Tidak bisa ditemukan di tempat-tempat lain. Eksklusif.

Yang dijamin kita miliki selalu adalah berkat-berkat rohani. Apa saja itu? Misalnya: kasih, kebahagiaan, kesukacitaan, kepuasan, kesabaran, pengampunan, kesetiaan. Semua yang membuat hidup kita bahagia dan bermakna. Itu yang Allah Bapa sediakan bagi kita. Mungkin kita akan berkata: “tetapi mengapa kita tidak selalu bahagia; hidup kita tidak selalu bermakna?” Berkat-berkat itu barangkali dapat dianalogikan dengan tenaga dalam. Setiap orang punya tenaga dalam. Kita punya. Tetapi tidak semua orang menyadarinya. Lebih-lebih, tidak semua orang mampu memanfaatkannya. Berkat-berkat rohani yang dari Bapa itu, walaupun telah disediakan bagi kita, tidak bisa kita rasakan, bila hidup kita pengap, akal budi kita dan hati kita gelap, dikuasai dosa.

Seperti minyak tidak bisa bercampur dengan air, yang dari Allah tidak bisa bercampur dengan yang dari dosa. Ingat baik-baik. Sebab, orang Kristen sering cenderung mau yang ini dan mau yang itu. Ikut Tuhan ya, ikut dosa ya. Mengampuni ya, tetapi membenci dan dendam juga jalan terus. Ini tidak bisa. Keduanya tidak bisa dicampur. Dan biasanya kalau yang kotor itu dicampur dengan yang bersih, mana yang menang? Yang kotor jadi bersih atau yang bersih jadi kotor? Allah Bapa tidak hanya menyediakan segala berkat rohani, tetapi juga menyediakan tempat yang tepat, tempat yang bersih. Melalui Allah Anak, di dalam Dia dan oleh darahNya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa. Ternyata itu juga belum beres. Sudah diberi karunia yang indah-indah dan tak ternilai harganya oleh Allah Bapa, sudah diberi hati yang telah dicuci oleh darah Yesus dan hidup yang dibarui oleh kematianNya, sebenarnya ya cukup, lebih dari cukup. Tetapi itulah manusia: tetapi saja pikiran, keinginan, dan orientasinya itu masih sering menyeleweng ke mana-mana.

Allah sebenarnya pantas kesal, marah dan putus asa menolong orang-orang yang tak kenal budi seperti kita ini. Tetapi tidak. Allah punya maksud: menjadikan kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya, menjadikan kita ini contoh atau sampel di hadapan dunia ini. Untuk itu, Ia menyediakan segala berkat rohani yang kita perlukan. Untuk itu, Ia menebus dan menyucikan kita dari segala dosa. Ketika ini ternyata belum cukup juga, Ia mengaruniakan Roh KudusNya. Untuk apa? Untuk menjadi cap dan jaminan: kita milik Tuhan. Kita sering lari-lari tidak setia, tetapi Roh Kudus memberi jaminan. Allah tetap setia. Kita bisa terus-menerus dan berulang-ulang mengecewakan Allah dan melukai hatiNya dengan tingkah laku kita, namun Roh Kudus memberi jaminan: masih ada kesempatan untuk mengoreksi hidup kita. Walaupun tentu saja tidak untuk selama-lamanya.

Ada dua hal yang perlu kita ingat: yang pertama Allah punya tuntutan dan menetapkan standar yang tinggi untuk setiap kita: menjadi kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Jangan terus berkubang dalam kehidupan dosa. Yang kedua, untuk tujuan itu, Allah menyediakan semua yang kita perlukan untuk memampukan kita. Allah Bapa menyediakan segala berkat rohani di sorga. Allah Anak menyucikan kita dari segala dosa dan mengaruniakan kepada kita hidup yang baru. Allah Roh Kudus memberi garansi, jaminan, bahwa Allah tak akan melepaskan kita. Karena itu, jangan katakan tidak bisa. Kita bisa, kalau kita mau.

Pdt. Andreas Pranata Meliala, S.Th

GBKP Rg. Cibinong