Minggu, 06 September 2020 ; Yohanes 2 : 1-12

Invocatio    : “Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan      ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.” (1 Kor. 5 : 8)

Bacaan       :  Ayub  42 : 7 – 11  

Khotbah     :  Yohanes  2 : 1 – 12 

Tema         :  “Yesus Membenahi/ Menerangi Adat”

 Pendahuluan

Saudara-saudari yang terkasih, ada satu pepatah mengatakan, “Lain lubuk lain ikannya, lain tempat lain kebiasaannya.” Kebiasaan adalah bagian dari adat atau budaya setempat. Setiap suku/ etnis mempunyai adat atau budaya masing-masing. Kita suku/ orang Karo mempunyai adat budaya kita sendiri. Orang Jawa dan orang Sunda juga mempunyai adat budayanya. Demikian juga orang Israel atau orang Yahudi dalam teks kita mempunyai adatnya sendiri. Minggu ini adalah Minggu Budaya II di gereja kita. Bisa jadi kita bertanya dalam hati. Mengapa sampai 2 kali dilaksanakan Minggu budaya di Gereja kita? Jawaban saya pribadi yaitu karena Gereja kita memandang budaya begitu penting dalam hidup dan kehidupan kita. Karena adat dan budaya tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mulai dari lahir, bahkan sebelum lahirpun sampai meninggal, kita punya adatnya. Karena penting sekali budaya ini diterangi oleh firman Tuhan. Budaya tentu saja punya kekurangan dan kelemahan. Budaya tidaklah sempurna. Yg sempurna hanya Tuhan Yesus. Karena itu budaya perlu dibenahi dan diterangi.    

ISI

Yesus diundang ke pesta yang mengalami kekurangan anggur (ayat 1-5)

      Sama seperti kita orang Karo, orang Yahudi juga melangsungkan pesta perkawinan. Inilah yg terjadi di Kana yang di Galilea. Maria ibu Yesus, Yesus dan murid-muridNya diundang ke pesta itu. Yesus bersama murid-muridNya datang ke pesta tersebut. Yesus ada di adat Yahudi tersebut. Awalnya pesta berjalan baik dan lancar. Tiba-tiba terjadi masalah tetapi belum semua tahu masalahnya. Yg tahu persis adalah orang-orang tertentu saja seperti petugas konsumsi, Maria dan Yesus tentunya karena Dia adalah Mesias, Anak Allah, Juruselamat. Maria memberitahu Yesus akan situasi masalah pesta. Terjadi percakapan antara Yesus dan ibuNya Maria. Bukan berarti Yesus tidak sopan kepada Mara. Juga bukan bermaksud menghina Maria dengan mengatakan, “Mau apakah engkau dari padaKu?” Disini Yesus mulai menyatakan siapa Dia sebenarnya. Dia bukanlah sekedar anak Maria. Justru Ia adalah Tuhannya Maria. Yesus tahu akan saat dan waktunya yg tepat untuk beraksi.  

      Diundang ke sebuah pesta adat misalnya perkawinan sudah biasa bagi kita. Bahkan sebelum Covid 19 terjadi bisa 2 atau 3 undangan adat yang kita terima dalam satu hari. Kita hadir dengan sukacita dan kita ada dalam acara adat yg dilaksanakan. Ketika kita diundang marilah menghargai undangan tersebut. Kita menghargainya dengan mengadirinya dengan baik . ketika kita diundang berarti kita diperlukan oleh yg melaksanakan pesta. Marilah kita menunjukkan bagian dan peran kita sesuai dengan undangan yg diterima. Berikan yg terbaik yg bisa kita lakukan bagi yg berpesta. Jangan pandang bulu alias pilih kasih dalam mendatangi yg berpesta. Lihat apa yg kurang di pesta, bukan melihat kekurangan atau kelemahan pesta. Lalu berbuat sesuatu untuk membenahinya. 

Yesus mengubah air menjadi anggur (ayat 6-10) 

     Yesus menyuruh para pelayan pesta untuk mengisi tempayan-tempayan yg adalah tempat air untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi. Isi total air yg dibutuhkan kira-kira 450-690 liter. Para pelayan tidak berbantah dan tidak melayan perintah Yesus. Mereka dengan taat melaksanakannya seperti arahan Maria. Apa saja yg disuruh Yesus mereka lakukan, merekea laksanaka dengan baik. Dan terjadilah mujizat. Air diubah Yesus menjadi anggur yang sangat baik/ anggur terbaik. Pemimpin pesta tidak tahu apa yg telah terjadi. Tetapi para pelayan yang mencedok dan menghantar air yg telah berubah anggur itu tahu. Maka selamatlah pesta dari rasa malu, cibiran dan aib. Semua karena mujizat yg telah dibuat Yesus.         

     Adat yg kita atau orang lain lakukan bisa jadi menghadapi masalah. Ada banyak factor yg bisa terjadi yg tidak disangka dan diduga. Walau sudah dipersiapkan dengan matang dan didoakan bisa saja terjadi hal yg tidak diharapkan. Tema kita mengatakan, “Yesus Menerangi, Membenahi Adat.” Yesus datang bukan menolak adat, pesta di Kana. Dia juga tidak meniadakan adat. Dia datang menerangi, membenahi dan menyelamatkan adat, pesta di Kana. Sebagai orang percaya, marilah teladani Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengubah yg tidak baik menjadi baik kembali. Tuhan Yesus datang menjadi pemecah masalah. Masalah menjadi tidak masalah bersama Yesus. Lihat apa yg bisa kita lakukan terhadap pesta adat yg kita hadiri. Lihat dan temukanlah apa yg perlu diterangi dan dibenahi di acara adat-adat kita. Karena adat, pesta dan budaya kita produk lama dan terlebih buatan manusia, pastilah ada kekurangan dan kelemahan. Sebaik dan sebagus-bagusnya budaya yg ada pasti ada  cacat celanya. Apalagi dibuat oleh manusia yg sudah jatuh ke dalam dosa. Inilah tugas kita sebagai orang percaya untuk menerangi dan membenahinya untuk melayani manusia. Adat ada untuk melayani manusia. Adat adalah alat untuk melayani. Adat untuk manusia, bukan manusia untuk adat. Karena itu adat itu sejatinya untuk mensejahtrakan, membahagiakan dan memuliakan manusia. Adat tidak boleh membebani dan memberati kita. Ketika adat dilaksanakan untuk pamer, menunjukkan gengsi, kesombongan dan ketinggian hati, di situ adat harus diterangi dan dibenahi. Ketika adat bertele-tele, mengorbankan waktu orang banyak itu juga harus diterangi dan dibenahi. Lihatlah bagaimana Ayub melakukan pesta/ adatnya setelah kepulihannya (Ayug 42:7-11). Adat yg  dilaksanakan intinya atau utamanya untuk berempati dan  simpati atas segala malapateka yg dialami Ayub. Lalu menyelamati Ayub dan memberikan dukungan moril dan materil (doa dan dana). Terlebih di zaman IT atau digital ini, saatnya menerangi dan membenahi adat-adat kita. Saatnya berpesta, melaksanakan adat dengan kemurnian dan kebenaran (bdk. 1 Kor. 5:8). Sebagai anak-anak Tuhan, marilah agar kehadiran kita di dalam pesta dan di adat menjadi pengubah positif. Biarlah kehadiran kita membenahi, bukan justru merecoki. Memberi nilai tambah; bukan memberi nilai kurang. Menerangi; bukannya menggelapi. Meneduhkan; bukan malah memanaskan. Menyelamatkan; bukannya mencekakan. Menyukakan; bukannya mendukakan. Membersihkan; bukan justru mengotori. Memberi; bukannya mengambil. Menenangkan; bukan jadi menegangkan. Menyelesaikan; bukannya membuntukan. Memberi kebaikan; bukannya membawa keburukan.       

Tanda untuk menyatakan kemuliaan agar percaya Yesus (ayat 11-12)

            Air berubah menjadi anggur di Kana yg di Galilea adalah tanda ajaib (mujizat) pertama yg dilakukan Yesus. Ada 7 mujizat yg Yesus perbuat dalam pasal 2-12. Tanda-tanda mujizat tersebut tidak asal dibuat Yesus. Ada maksud dan tujuan Yesus membuat tanda mujizat. Tanda-tanda mujizat yg dibuat Yesus adalah untuk menyatakan kemuliaanNya. Mujizat dibuatNya agar orang percaya kepadaNya, bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, dan supaya oleh imannya ia memperoleh hidup dalam namaNya (bdk. 20:31). Setalah melihat tanda ajaib air menjadi anggur ini, murid-muridNya percaya kepadaNya.       

Banyak orang Kristen meminta dan berharap agar terjadi mujizat dalam hidupNya. Mujizat kesembuhan, mujizat mendapat anak/ keturunan, mujizat dalam usaha dan pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Sah, tidak salah dan boleh-boleh saja. Tetapi marilah tidak hanya sampai melihat terjadi mujizat. Tetapi lihatlah kemuliaan Tuhan di balik muzijat yg terjadi baik terhadap diri kita maupun di luar diri kita. selanjutnya biarlah kemuliaan yg kita lihat membawa kita semakin beriman dan percaya kepada Tuhan Yesus. Biarlah kita semakin melihat kemuliaanNya dan semakin dimampukan untuk memuliakanNya.

Penutup/ kesimpulan

       Covid 19 mengubah semua segi dan aspek kehidupan kita manusia. Bukan hanya segi kesehatan, pekerjaan dan pendidikan anak-anak kita saja. Tetapi juga termasuk cara bergereja dan beradat kita. Kita harus melihat semua hal, semua aspek hidup kita secara baru. Dan kita harus mendefinisikan ulang cara dan prilaku kita. AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru) dengan prilaku baru di tatanan kehidupan baru (New Normal Life) tidak bisa tidak. Ini menjadi suatu keharusan dan mutlak. Kita hanya bisa melihat normal lama (Old normal). Normal lama sepertinya tinggal kenangan atau memori saja. Selama ini acara adat kita  berjalan lancar dan normal seperti: Mbaba Belol Selambar, Nganting Manuk, Kerja Erdemu Bayu, pemasu-masun perjabun, Persadan Tendi, Mesur-mesuri, Peridin Sibadia man anak kitik, Motong buk anak kitik, Mbuka kunci dst. Sekarang semua harus kita pikirkan ulang dan susun ulang. Saatnya normal baru (New Normal) mulai. Termasuk dengan semua adat dan budaya kita. Adat dan budaya kita harus berubah dan menyesuaikan. Dalam hal ini marilah kehadiran kita adalah kehadiran yg menerangi dan membenahi adat kita. Biarlah adat kita untuk melayani kita. Adat yg kita laksanakan untuk meninggikan dan memuliakan Tuhan Yesus. Amin.

Pdt. Juris Tarigan, MTh; 

GBKP RG Depok – LA