Minggu tgl 26 Juli 2020 ; 2 Tesalonika 3 : 6 - 15

Minggu Peningkatan Ekonomi Jemaat.

Invocatio      : Efesus 4 : 28

Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja   keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya  sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.

Ogen            : Ulangan 8 : 11 – 20

Kotbah         : 2 Tesalonika 3 : 6 – 15

Tema           : Nggit erdahin alu latih (Mau bekerja Keras)

Bekerja dari Rumah, Belajar dari Rumah dan Beribadah dari Rumah, adalah kalimat yang tidak asing lagi bagi kita, selama pandemi Covid-19 ini. Menyikapi hibaun ini, menjadikan banyak orang menjadi manusia yang tidak produktif, tidak tau berbuat apa dan tidak mau berbuat apa-apa. Ada juga yang hanya mengharapkan sesuatu dari orang lain (Sembako baik dari Pemerintah, Gereja serta “Orang-Orang Samaria” yang berbaik hati). Banyak orang yang yang tiba-tiba mengaku miskin, padahal belum jatuh miskin.

Namun tidak kalah banyaknya  juga orang yang berusaha, melakukan sesuatu untuk mencari “sesuap nari segenggam berlian”, tidak hanya bekerja keras namun juga bekerja cerdas.

Minggu ini adalah Minggu Peningkatan Ekonomi Jemaat, Minggu yang ditetapkan oleh Gereja kita untuk memberikan pengertian  tentang pentingnya peningkatan ekonomi jemaat dengan tujuan supaya kehidupan jemaat dan terpuji nama Tuhan.

Teks khotbah kita Minggu ini, Rasul Paulus mengigatkan jemaat Tesalonika, atas adanya masalah yang terjadi ditangah-tengah jemaat yaitu Kemalasan.  Kemalasan yang dimasud: ”...bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya, dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna”(ay.11).

Menghadapi orang-orang malas tersebut, Rasul Paulus mengigatkan jemaat yang setia yang terus bekerja, yang mengikuti tedalan Paulus :

@.supaya kamu menjauhkan diri  dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya(ayat 6, Bdk. Ay.14, Tandailah ddia dan jangan bergaul dengan dia) 

Menjauhkan diri atau jangan bergaul dengan dia itu berarti menarik diri, berhati-hati atau bersikap tidak mengikuti jejak orang yang tidak melakukan pekerjaannya dengan rajin melainkan malas. Ini bukan pula berarti jauh dari orang-orang yang malas melainkan jika dekat dengan orang malas, jemaat tidak boleh terkontaminasi, terjerumus dalam kemalasan. Rasa malas bisa saja menyerang namun kita dapat menolak atau kompromi.

@@ “ jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (Ay. 10-12). Dengan bekerja seseorang mendapat gaji atau upah ada makanan dan kebutuhan hidup lainnya. Jika seseorang tidak bekerja ia tidak menghasilkan apa-apa, untuk orang yang demikian Paulus dengan tegas mengatakan janganlah ia makan. Ini ditujukan bukan kepada orang-orang yang tidak mampu bekerja melainkan kepada mereka yang tidak mau bekerja. Supaya semua boleh hidup dengan tertib dan hidupnya berguna.

@@@.”janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik”, Janganlah kira ketidak baikan itu mempengaruhi kita untuk tidak berbuat baik, walau sekalipun “Seperti melepaskan anjing yang yang sedang tercepit(Bagi simulahi Biang kicat), Niat baik kita untuk melepaskannya namun justru dia menggigit kita. Atau “Bagi nuan Galuh tengah Sabah, akap ngaruh kepe tama salah”. Teruslah berbuat baik karena pada akhirnya setiap kebaikan itu akan berbuah hal-hal yang manis.

@@@@. Namun walaupun melarang untuk tidak bergaul dengan sipemalas, Rasul Paulus meningatkan “janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.(ay.15). Supaya mereka menjadi malu, dan menyadari akan kesalahannya.

Sikap demikianlah yang telah lakukan Paulus ketika ada ditengah-tengah orang-orang Tesalonika( ayat 7 – 9)

Dikatakan bahwa: “ kami tidak lalai bekerja diantara kamu “. Mereka adalah rajin, tekun dan bertanggung jawab dalam bekerja. “ kami tidak makan dari roti orang dengan percuma”. Mereka berjerih payah untuk mendapat makan, bukan makan dari belas kasihan
( meminta-minta) atau dengan memaksa ( mencuri ) roti orang. “ Supaya tidak menjadi beban siapapun tetapi untuk jadi teladan bagi kamu “ . Sebagai hamba yang melayani jemaat Tesalonika mereka mempunyai hak mendapat imbalan atas pelayananannya. Tetapi itu tidak mereka nomor satukan, tidak mereka andalkan ataupun mereka tuntut. Justru mereka bekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Paulus bekerja sebagai tukang kemah ( Kis 18:3 ).

Minggu Peningkatan Ekonomi jemaat, mengingat kita, mengingatkan gereja untuk bukan hanya berseru akan keselamatan yang akan datang, berseru masalah surga yang serba berkecukupan, tenang, nyaman damai sejahtera dll. Namun Tidak kalah penting berseru masalah KINI dan DISINI, masalah Sandang dan Pangan. GBKP dari awal pemberiataan Injil ditanah karo, para misionaris dengan berbagai upaya telah berkarta untuk peningkatan ekonomi jemaat,  sampai kini melalui  BPR Pijer Podi Kekelengen, CU, CUM, GBKP terus berkarya dan baru-baru ini GBKP telah membuat suatu aplikasi yang disebut TIGATA.

Marilah tetap berkarya, bekerja, karena Tuhan juag bekerja untuk kita maka kita juga harus bekerja untuk Dia ( Kol 3:23 : “ Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” ). Bekerja dengan segenap hati, berarti tidak setengah hati melainkan sungguh-sungguh. Tidak munafik, bukan Karena dilihat pimpinan baru rajin melainkan dengan tulus hati didasari takut akan Tuhan saja. Tidak merasa terpaksa, melainkan bersukacita sehingga konsentrasi, motivasi,kreativitas dan produktivitas kerja baik. Mari gunakan O2H yaitu Otak, Otot, Hati  kita dalam bekerja. Jika kita berkerja dengan O2H, pasti ekonomi kita akan meningkat dan damai sejahtera menjadi bagian kita.

Dan yang lebih penting lagi kita harus senantiasa berpegang pada perintah Tuhan, serta senantiasa mengucap syukur(Bacaan), karena apapun yang kita kerjakan tanpa penyertaan dan berkat Tuhan semuanya akan sia-sia Amin

                                                                             Pdt. Iswan Ginting Mmanik 

GBKP RG Pondok Gede.