Minggu Tgl 05 Juli 2020 : Bilangan 15 : 17 - 21

(Minggu IV Kenca Trinitatis/ Minggu Kerja Rani)

Invocatio    : “Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberepa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu” (Kejadian 8 : 20)  .

Bacaan       : Roma 12 : 1 - 2

Khotbah     : Bilangan 15 : 17 - 21 

Tema          : “PERSEMBAHAN KHUSUS BAGI TUHAN”

PENGANTAR

Ada tiga orang Pengusaha yang sanagat sukses yakni si A, B dan C. Mereka bercerita tentang berkat-berkat Tuhan yang mereka terima dari Tuhan dan juga bagaimana mereka mengungkapkan syukur mereka kepada Tuhan dalam bentuk persembahan. Si A menceritakan bahwa dia sangat bersyukur atas berkat Tuhan, oleh karena itu setelah menerima berkat Tuhan (dalam bentuk materi) dari usahanya, ia selalu membuat sebuah lingkaran yang besar. Setelah itu ia berdiri di dalam lingkaran itu kemudian ia melemparkan semua keuntungan usahanya keatas. Yang jatuh di dalam lingkaran itu menjadi mulik Tuhan dan dipersembahkan, dan yang jatuh di luar lingkaran itu menjadi miliknya. Kemudian si B menceritakan bahwa ia juga setelah memperoleh berkat Tuhan dari keuntungan usahanya ia selalu menarik sebuah garis lurus, kemudian ia berdiri ditengah garis dan melemparkan semua uang keuntungannya ke atas. Yang jatuh di sebelah kanan menjadi milik Tuhan untuk dipersembahkan, dan yang jatuh disebelah kiri menjadi miliknya untuk kebutuhan hidupnya. Lalu berkatalah si C, bahwa ia juga melakukan seperti yang dilakukan oleh teman-temannya. Ketika ia menerima keuntungen usahanya, ia mengambil semuanya dan melemparkannya ke atas. Yang tertinggal di atas menjadi milik Tuhan, dan yang jatuh ke bawah menjadi miliknya….

Ini mungkin hanya cerita belaka, tapi dalam kenyataan kehidupan ini masih banyak anak-anak Tuhan yang mengaku bahwa segala kehidupannya adalah milik Tuhan dan segala yang ia miliki Tuhanlah yang empunya namun dalam kenyataannya begitu berat dan sulit untuk mempersembahkannya kepada Tuhan. Banyak yang gagal memaknai dan memakai pemberian Tuhan di dalam kehidupannya. Padahal persembahan dan penyembahan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan orang percaya.

PENJELASAN TEKS

Invocatio : Kejadian 8 : 20

Setelah peristiwa air bah, Nuh mendirikan sebuah mezbah bagi Tuhan untuk mempersembahkan persembahan bakaran bahi Tuhan sebagai respon syukur Nuh atas kebaikan yang telah Allah nyatakan kepada Nuh dan kelurganya. Bentuk persembahan itu adalah berbagai hewan dan burung yang tidak haram. Bau dari persembahan itu menyenangkan hati Tuhan dan Tuhan pun membuat perjanjian dengan Nuh bahwa Allah tidak akan lagi mengutuki bumi oleh karena dosa dan kesalahan manusia (ay. 21 - 22).

Pembacaan Roma : 12 : 1 - 2

Dalam pasal ini Paulus menjelaskan tentang kewajiban iman dan hidup orang percaya; bagamaina seharusnya prilaku, cara dan sikap hidup yang benar sebagai anak-anak Allah yang telah menerima penebusan dan keselamatan dari Allah di dalam dan melalu Yesus Kristus (Hak istimewa sebagai anak-anak Allah senantiasa diikuti oleh kewajiban hidup). Ayat 1 merupakan akibat dari ayat dan pasal sebelumnya, khusunya dalam pasal 11 : 36 dikatakan “ Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia dan kepada Dia : Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. Segala sesuatu yang ada dan terjadi dalam kehidupan ini, khususnya kehidupan orang percaya dan terlebih lagi menyangkut keselamatan yang telah Allah nyatakan melalui Kristus; karena itu kita harus mempersembahkan kehidupan kita kepada Allah sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Keselamatan yang telah Allah nyatakan bagi orang percaya sudah seharusnya direspon dengan memberikan kehidupan kita bagiNya sebagai ucapan syukur dan sukacita kita. Kita tidak boleh membiarkan dan memberikan diri kita untuk dikuasai dan dipakai oleh si iblis. Kemampuan kita untuk menguasai diri dan tidak hidup dalam keinginan daging yang menyesatkan serta membawa kita kedalam hal-hal yang tidak benar. Sekalipun keberadaan kita tetap ditengah-tengah dunia, dengan rupa-rupa tawarannya, kita tidak boleh serupa dengan dunia ini. Orang percaya seharusnya memiliki nilai lebih dari dunia ini, berbeda dengan dunia ini; seperti ikan di laut, sekalipun lautnya asin namun ikannya tidak ikut asin. Demikianlah orang percaya sekalipun dunia ini “semakin gelap dan jahat” tetapi kita tetap menujukkan kualitas iman kita kepada Tuhan, hidup dalam terang dengan setia kepada firman Tuhan, gidup bermakna dan berarti dalam kasik kepada orang lain. Hidup di dalam Tuhan, dengan penyertaan Roh Kudus akan membuat kita semakin diperbaharui di dalam kehidupan ini.

Khotbah : Bilangan 15 : 17 - 21

Pasal 15 Kitab Bilangan ini banyak memaparkan tentang peratutan kurban dalam ibadah keagamaan orang Israel, yang tujuannya adalah untuk “ menyenangkan hati Tuhan”. Persembahan kurban ini juga merupakan tanda kasih dan janji Allah bagi umatNya, dimana sekalipun bangsa Israel sering memberontak kepada Allah dan Allah memberikan teguran dan hukuman bagi mereka. Setehah nanti Israel memasuki tanah perjanjian yaitu Kanaan, Allah tidak lagi memberikan Manna sebagai makanan mereka. Tetapi bangsa Israel makan makanan yang tersedia dari tumbuh-tumbuhan yang ada di Kanaan dan hasil dari pekerjaan mereka. Oleh karena itu peraturan ini harus tetap dilaksanakan secara turun temurun. Bangsa Israel tidak boleh melupakan penyertaan Tuhan dalam kehidupan mereka baik ketika mereka lepas dari perbudakan di Mesir, di dalam perjalanan dengan berbagai tantangan dan ancaman yang ada namun Allah tetap menunjukkan kesetiaan dan penyertaanNya, demikian juga setelah bangsa ini masuk ke tanah Kanaan. Setelah bangsa ini nantinya masuk ke tanah Kanaan, ketika mereka akan makan roti hasil negeri itu (negeri yang dijanjikan dan diberkati Allah) haruslah mereka memberikan persembahan khusus bagi Tuhan. Artinya mereka tidak boleh melupakan bahwa semua itu boleh mereka terima dan nikmati oleh karena berkat penyertaan Tuhan; dan mereka tidak boleh melupakan Tuhan. Demikian juga di dalam tepung jelai mula-mula, Israel harus mempersembahkan persembahan berupa roti bundar sebagai persembahan khusus kepada Tuhan. Ini sama dengan perintah Tuhan dalam Ulangan 26 : 1 - 10, dimana bangsa Israel harus mempersembahkan hasil pertama dari hasil bumi yang mereka telah kumpulkan kepada Tuhan. Persembahan ini adalah ungkapan syukur Isarel atas segala kebaikan Tuhan bagi mereka.

APLIKASI

1.     Memberikan persembahan adalah perintah Allah, bukan sesuatu yang dibuat-buat di dalam kehidupan penyembahan/ peribadahan umat Allah dan gereja. Dengan demikian persembahan adalah sebuah keharusan (bukan dalam artian keterpaksaan) melainkan sebagai bentuk tanggungjawab iman orang percaya kepada Allah.

2.     Persembahan adalah ungkapan syukur kita atas segala berkat, kebaikan dan kasih Allah. Bukan hanya oleh karena Allah telah memberkati kehidupan kita (kesehatan, keluarga, pekerjaan, dsb) tetapi lebih dari itu oleh karena Kasih Karunia Allah yang telah dinyatakan bagi kita melalui keselamatan di dalam Yesus Kristus.

3.     Tema kita ‘Persembahan Khusus bagi Tuhan”. Dalam KBBI, khusus artinya spesial, tertentu, tersendiri. Jadi persembahan khusus bagi Tuhan adalah persembahan yang spesial yang dipersiapkan dengan baik dan benar bagi Tuhan.

a)     Persembahan itu seharusnya sesuatu yang dipisahkan dari semua yang berkat yang akan kita gunakan untuk kehidupan kita. Orang yang sungguh memuliakan Tuhan melalui berkat-berkat yang IA curahkan, akan senantiasa mengingat Tuhan dahulu.

b)     Persembahan bagi Tuhan seharusnya dipersiapkan dengan baik dan di doakan (labo dat-dat je, mekarus, ntah pe meros). Orang yang sungguh menghormati Allah, akan memberikan yang terbaik (labo lapungna, kerpe-kerpe, iba-iba, mbicara diut ndai simerigatna).

c)     Persembahan tujuannya adalah memuliakan Tuhan (Mazmur 50:23) bukan memuliakan diri sendiri, agar dilihat orang lain ataupun terlihat dermawan/ melumbar. Anak-anak Tuhan seharusnya menjauhkan motivasi yang tidak benar dalam memberi persembahan kepada Tuhan.

4.     Dalam kehidupan bangasa Israel dan kita umat Tuhan saat ini, kita mengakui bahwa Allah adalah pemilik segala yang ada (Mazmur 24 : 1) bahkan pemilik kehidupan kita. Jikalau Dia adalah pemilik semuanya, ketika kita menerima berkat Tuhan (rani ibas pendahinta) dan memberikan persembahan kita kepada Tuhan berarti kita hanya mengembalikan apa yang IA titipkan kepada kita. Seharusnya tidak ada lagi sikap yang bersungut-sungut, marah, kecewa atau terpaksa dalam diri kita. (bayangken : Mbicara lit tukang parkir e, sanga kita muat mobilta lako sibaba mulih tangis-tangis ras jungut-jungut akapndu ia, kuga? Padahal e mobilta, sititipken ndai ibas parkiren e tupung kita erbelanja. Bagem me pasu-pasu ras kinilitenta, la wajar kita jungut-jungut ntah pe merasa terpaksa adi man empuna nge siulihken).

5.     Hendaknya kita memberi persembahan bagi Tuhan itu dengan sukacita dan sukarela. Sukacita dan sukarela bukan hanya menyangkut tidak bersungut-sungut atau tidak merasa terpaksa tetapi juga sesuai dengan berkat yang kita terima dari Tuhan. (Ada 3 orang memiliki berkat/ uang, A = Rp. 1 juta, B = 10 juta, C = 100 juta….Masing-masing memberi Rp. 100.000,-…..Jikalau kita bertanya mana yang bersukacita, tentu ketiganya bersukacita, apalagi yang memiliki uang 10 jt dan 100 jt…namun mereke berdua memberi tidak sesuai dengan berkat Tuhan yang mereka terima)>

6.     Persembahan yang kita berikan bagi Tuhan itu haruslah diikuti oleh hidup benar di dalam Tuhan. Pesta Panen (Kerja Rani) adalah ungkapan syukur kita karena Tuhan memberkati kehidupan dan pekerjaan kita. Persembahan yang berkenan bagi Tuhan adalah persembahan yang berasal dari hidup dan pekerjaan yang benar, bukan dari hasil melakukan kejahatan. (Yesaya 1 : 13 “Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuah, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan).

Hidup kita yang benar adalah persembahan yang hidup bagi Allah. Namun bukan berarti kita mengabaikan perintah Allah yang lain. Ada yang berkata : yang terpenting kan mempersembahkan kehidupan kita? Ya benar, bahkan sangat benar. Tetapi kita harus ingat : orang yang berani dan mau     mempersembahkan kehidupannya pasti mau dan berani mempersembahkan apa yang dia miliki.!!

7.     Gereja GBKP melakukan ibadah Pesta Panen/ Kerja Rani sekali dalam setahun. Hasilnya 60% untuk mendukung program pelayanan di Runggun dan 40% disetorkan ke Kas Moderamen melalui Klasis untuk mendukung pelayanan GBKP secara Sinodal. Jikalau kita ingin memuliakan Tuhan melalui Persembahan Pesta Panen ini, hendaklah kita juga tidak menipu diri apalagi menipu Allah dalam pembagian persentase yang telah kita tetapkan bersama di GBKP ini. Hendaklah semangat saling menopang menjadi prinsip kita.

Pdt. Elba Pranata Barus, S.Th

GBKP Runggun Bandung Timur