Minggu 03 Mei 2020 : 1 Tawarikh 19 : 31 -36

Invocatio      : "Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-    sorailah dan bermazmurlah!” (Mazmur 98 : 4)

Bacaan         : Efesus 5 : 15 - 21

Khotbah       : 1 Tawarikh 16 : 31 - 36

Tema          : “Bersorak-sorailah Dihadapan Tuhan”

I.    PENDAHULUAN

Minggu ini, kita memasuki minggu keempat Paskah. Masa Paskah dirayakan 50 hari lamanya, dimulai dengan perayaan malam Paskah dan berlangsung terus sampai dengan hari raya Pentakosta. Masa Paskah adalah masa untuk menyanyikan sukacita Paskah, sukacita atas kebangkitan dan kemenangan Tuhan kita Yesus Kristus.

Minggu keempat Paskah, dalam bahasa Latin disebut Minggu Jubilate yang artinya bersoraklah. Minggu yang mengajak kita untuk bersorak atas kemenangan Yesus, Sang Juruselamat kita, yang menyelamatkan kita bukan karena kebaikan kita, tetapi karena kasih karunia Allah.

II. I  S  I

Daud dan segenap umat Israel bersukacita dan bersorak-sorai ketika Tabut Perjanjian dibawa ke Yerusalem. Nats kita 1 Tawarikh 16 : 31-36 adalah bagian dari nyanyian syukur bagi TUHAN, yang dinyanyikan oleh Asaf dan saudara-saudara sepuaknya dihadapan Tabut Perjanjian atas suruhan Daud.

Sebelumnya selama 20 tahun Tabut Perjanjian ditempatkan di Kiryat-Yearim (bdk.1 Sam.7:1-2).

Tabut Perjanjian merupakan tempat di mana Allah bertemu dengan umat-Nya (bdk.Kel.25:22) dan juga merupakan tanda kehadiran Allah di antara umat Israel. (bdk.Bil.10:32;Yos.3:11). Tabut Perjanjian berisi dua loh batu yang berisi Sepuluh Perintah Allah, Gulungan Kitab Taurat, satu buli-buli emas berisi manna dan tongkat Harun yang pernah bertunas.

Daud dan segenap umat Israel bernyanyi menaikkan syukur karena merasakan penyertaan dan hadirat Allah di tengah-tengah mereka. Seluruh semesta dipanggil untuk melihat perbuatan Tuhan yang besar bagi umat-Nya, untuk menyaksikan bahwa Allah mereka adalah Allah yang hidup, Pencipta langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada. Seluruh semesta dipanggil untuk berlutut dihadapan-Nya dengan penuh hormat dan menaikkan pujian dan kemuliaan bagi nama-Nya. Kembalinya Tabut Perjanjian ke Yerusalem adalah suatu simbol Allah bertakhta di Sion, menjadi Raja atas segala semesta. TUHAN yang berkuasa adalah TUHAN yang baik, yang untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

Kasih setia Allah sungguh nyata melalui Yesus Kristus yang rela mati untuk menyelamatkan manusia. Untuk itu, Rasul Paulus mengajak jemaat di Efesus agar hidup di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus telah mengasihi dan menyerahkan diri-Nya untuk menyelamatkan manusia. Agar nyata kasih Allah di dalam hidup umat-Nya, maka Rasul Paulus mengingatkan agar memperhatikan dengan seksama bagaimana menjalani kehidupan dan mempergunakan waktu yang ada. Sebab bila waktu tidak dipergunakan dengan baik, maka waktu yang ada akan berlalu tanpa makna bahkan bisa menimbulkan kejahatan. Oleh karena itu, di dalam menjalani kehidupan, Rasul Paulus mengingatkan supaya:

1.    Berusaha untuk mengerti kehendak Tuhan

2.    Menjauhi kemabukan dan hawa nafsu yang merusak

3.    Hidup dalam tuntunan Roh

4.    Berkata-kata satu dengan yang lain dengan penuh hikmat melalui mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani

5.    Bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan dengan segenap hati

6.    Mengucap syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan

7.    Dan merendahkan diri seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.

III.   REFLEKSI

Bersorak-sorai dihadapan Tuhan merupakan sebuah sikap hidup penuh syukur atas kebaikan dan penyertaan Tuhan. Terlebih lagi atas anugerah keselamatan yang diberikan kepada kita, yang sesungguhnya kita tidak layak menerimanya. Namun, karena Allah penuh kasih dan untuk selama-lamnya kasih setianya, IA mengaruniakan keselamatan bagi kita melalui Yesus Kristus.

Sikap hidup penuh syukur mengkondisikan kita untuk berusaha melihat kebaikan Tuhan di setiap sisi kehidupan kita dan fokus pada hal-hal yang positif.

Ada seorang ibu meminta anak sulungya membeli sebotol minyak. Di jalan ketika pulang si sulung terjatuh. Minyak dalam botol tumpah separuh. “Bu, tadi saya jatuh dan menumpahkan minyak setengah botol,” katanya. Beberapa hari kemudian, giliran si bungsu yang diminta sang ibu membeli minyak. Kejadian yang sama terulang, di jalan pulang si bungsu terjatuh dan minyak yang dibawanya tumpah separuh. “Bu, tadi saya jatuh dan minyaknya tumpah, tapi saya berhasil menyelamatkan separuhnya,” katanya. Kejadiannya sama, tetapi responnya berbeda. Si sulung melihat secara negatif, sedangkan si bungsu melihat secara positif. Bila kita berusaha fokus pada hal-hal yang positif maka kita mampu mengucap syukur kepada Tuhan dalam segala hal dan kita tetap memiliki pengharapan di dalam menjalani kehidupan. Pak Andar Ismail mengatakan “Kita berpengharapan selama kita hidup, dan kita hidup selama kita berpengharapan.” Dan pengharapan kita tidak sia-sia sebab sumber pengharapan kita yaitu Tuhan adalah Tuhan yang penuh kasih, dan bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

Bersorak-sorailah bagi Tuhan, sebab IA baik, bahwasanya untuk selama-lamnya kasih setia-Nya.

Pdt.Asnila Br Tarigan

GBKP Rg.Cijantung