Khotbah Minggu tgl 7 November 2021 ; Roma 14: 13-23

INVOCATIO :  Jenari nina Tuhan; “Ulihi ka tamaken tanndu ku bas tenten bajundu.” Ibahan Musa bage janah sekali enda kenca ipedaratna, enggo sehat mulihken tanna ndai bali ras dagingna si deban (Kel. 4:7)

OGEN        : MAZMUR 62:1-13

KHOTBAH   : ROMA 14: 13-23

THEMA       : NGGELUH IBAS DAME

PENDAHULUAN

 Pada periode 90-an, ada sebuah lagu yang sangat populer di telinga kita. Lagu ini dipopulerkan oleh seorang penyanyi dangdut tenar dikenal sebagai Meggi Z. Lirik lagu itu berbunyi: “Lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati ini, biar tak mengapa..” Bila lagu ini kita bandingkan dengan kenyataan, kami yakin bila ada diantara kita yang mengalami sakit gigi selama satu hari saja mungkin kita tidak bisa menahannya dan langsung berusaha mencari cara untuk menghentikan sakit gigi yang kita alami. Tetapi sebaliknya, banyak orang yang sanggup merasakan bahkan “memelihara” sakit hati maupun hal-hal negatif lain selama bertahun-tahun dalam hidupnya. Bahkan banyak diantara kita yang sama sekali tidak bersedia mencari cara untuk mengatasi rasa sakit itu dan memilih untuk terus menyeret hal-hal yang tidak menyehatkan itu sepanjang perjalanan kita.

Melalui ilustrasi lagu ini, kita jadi mengerti bahwa salah satu titik berangkat menuju hidup yang penuh kedamaian berasal dari pikiran kita. Fisik yang sehat saja tentu belum menjamin kedamaian dalam hidup kita. Fisik yang sehat sangat perlu dibarengi dengan pikiran yang sehat serta iman yang sehat pula agar kita tidak mudah patah dalam perjuangan hidup kita.

PENDALAMAN NATS

A.   KELUARAN 4:7

Kisah Musa yang sempat mengalami penyakit Kusta dimulai dari narasi di Pasal 3. Allah menyatakan diriNya kepada Musa di Gunung Horeb. Ketika Musa diutus Tuhan untuk memimpin dan membebaskan bangsaNya Musa pertama-tama menjawab dengan penolakan. Penolakan Musa didasari rasa rendah diri, tidak ada keyakinan sama sekali atas dirinya sendiri untuk menjawab panggilan Tuhan, kurang mengenal Tuhan serta takut gagal dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan. Ketakutan dan kelemahan itu menjadi penghalang bagi Musa untuk menjawab panggilan Tuhan bagi dirinya. Karena itu Allah sendiri lalu menuntun Musa untuk lebih mengenal kuasa dan rencana Tuhan bagi bangsaNya. Dalam Kel.3:15 Allah sendiri memperkenalkan diriNya dengan mengatakan “Aku adalah Aku” yang dimaksudkan untuk memperlihatkan siapa Tuhan dan sifatNya yang kekal dan tidak berubah. Kel. 4:7 ini merupakan lanjutan dari kisah bagaimana Allah menuntun Musa untuk mengenal Tuhan yang mengutus dia. Musa yang pada waktu itu telah 3 kali menolak dari panggilan Tuhan, lalu meminta 3 tanda pula kepada Tuhan. Salah satu tanda yang Tuhan berikan adalah penyakit kusta, dimana pada waktu itu  kusta merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Tetapi melalui campur tangan dan kuasa Tuhan ternyata semua itu menjadi mungkin.  

B.   MAZMUR 62:1-13

 Mazmur 62 merupakan Mazmur yang ditulis  Daud pada masa-masa getir hidupnya. Ia tengah melarikan diri dari Absalom yang ingin merebut kekuasaannya. Dalam pelarian ini, ia merasa takut, dan juga sedih karena Absalom adalah putra yang dikasihinya. Di ayat 2-3, dan 6-7 terdapat kata-kata yang diulang, yaitu gunung batu dan kota benteng. Seperti yang kita tahu, benteng melambangkan sebuah pertahanan dan tempat untuk berlindung, sedangkan gunung batu melambangkan sebuah kekuatan. Jadi, ketika Daud menggambarkan Allah sebagai gunung batu dan kota benteng, ia ingin mengatakan bahwa Allah adalah kekuatan dan tempatnya berlindung. Walaupun Daud adalah raja yang besar, kaya, dan kuat, namun ia sungguh-sungguh menyadari bahwa Tuhanlah satu-satunya tempat perlindungan (gunung batu, kota benteng) yang paling aman, yang membuat dia tidak goyah saat menghadapi lawan/musuh/tantangan sehebat apa pun.

Itulah mengapa Daud mengatakan bahwa hanya dekat Allah saja aku tenang. Daud menceritakan kegelisahan dan ketakutan yang dialaminya. Daud bersaksi bahwa di tengah banyaknya orang yang ingin menggulingkan kekuasaannya, ia senantiasa  berlindung dan berharap pada Allah, maka Allah akan menyelamatkannya. Karena itu Daud mengajak setiap kita yang memiliki persoalan dan pergumulan, hendaknya mencurahkan isi hati kita kepada Allah dan berlindung kepadaNya.

C.   ROMA 14:13-23

Bagian yang kita baca saat ini (pasal 14) merupakan salah satu bagian yang menunjukkan terjadinya konflik internal di komunitas jemaat Roma. Banyak perbedaan pemahaman yang tajam soal aplikasi hukum taurat dalam kehidupan beriman. Sebelumnya dalam Roma 3: 21-26, sesungguhnya Rasul paulus sendiri sudah menjelaskan bahwa kita dibenarkan karena iman, bukan karena ketaatan kepada hukum Taurat. Meskipun demikian, Paulus sendiri tidak anti hukum taurat. Baginya hukum taurat perlu diapresiasi sebagai rasa syukur kepada Tuhan dan bukan sebagai jalan keselamatan.

Dalam perbedaan yang semakin meruncing,terbitlah semangat saling menghakimi, saling menjatuhkan, saling membenarkan diri bahkan perpecahan (bdk. Istilah yang lemah dan kuat di pasal 14). Paulus mengkritik semua pihak dalam pilihan mereka tentang cara berpikir, dan cara bertindak dalam perbedaan. Sikap menghina dari orang yang kuat dalam iman terhadap orang lain yang lemah dalam iman tidak dibenarkan Allah. Sebaliknya sikap menghakimi dari orang yang lemah terhadap orang yang kuat juga tidak berkenan bagi Allah. Yang berada dalam posisi kuat seharusnya berbagi pengetahuan dan keyakinan mereka kepada golongan yang lemah (ay.13: jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung). Paulus dengan jelas mengkritik sikap-sikap yang demikian karena ia melihat potensi yang lebih merusak di masa depan dimana pada ay. 15 Paulus sempat menyebutkan kata menyakiti yang dilanjutkan dengan kata membinasakan dimana nuansa ini menunjukkan bahwa menyakiti bukan hanya soal sakit hati/ tersinggung tetapi menyangkut aspek yang lebih dalam yaitu soal menggoyahkan iman orang lain, membuat mereka kehilangan pegangan dan akhirnya melakukan perbuatan dosa. Karena itu untuk dapat keluar dari permasalahan yang ada, Paulus meminta jemaat untuk mengejar segala hal yang berguna dan  membiasakan diri untuk mendatangkan damai sejahtera dalam kehidupan ini (ay.19). Dengan sikap yang demikian, tentu komunitas dan suasana kehidupan kita menjadi lebih sehat dan kondusif. Paulus dengan tegas mengingatkan semua pihak untuk tidak merusakkan pekerjaan Allah karena terus menyimpan sikap-sikap yang menghancurkan kehidupan dan kebersamaan.  

POINTER APLIKASI

1.  Ada sebuah kata bijak yang mengatakan: “Pikiran kita adalah penyebabnya. Siapa menabur pikiran, dalam pikiran ia akan menuai tindakan. Menabur tindakan berarti menuai kebiasaan. Menabur kebiasaan tentu menuai karakter. Menabur karakter kelak menuai masa depan. Sesuai dengan firman Tuhan ini kita diajak untuk berusaha mengatur pikiran kita agar tidak hanya berfokus pada masalah dan luka-luka kita saja, tetapi lebih berfokus kepada berbagai hal yang sifatnya berguna dan membangun kehidupan. Dengan demikian kita pun dapat meningkatkan kondisi kesehatan kita

2.     Dunia ini akan selalu diisi dengan berbagai hiruk pikuk kehidupan serta ada banyak tantangan yang dihadapi di dalamnya. Untuk kesejahteraan dan kesehatan bersama alangkah baiknya kita pun  saling menopang satu sama lain, hidup berlandaskan kasih agar kita sama-sama bisa bertahan dalam tantangan saat ini. Komunitas yang tidak sehat dan saling menjegal serta selalu mendasarkan segala sesuatu dalam kompetisi/persaingan akan melenyapkan damai sejahtera dalam kehidupan bersama. Sebaliknya komunitas yang saling menopang dan memiliki hospitalitas membuat kehidupan kita semakin terberkati dan damai.

3.     Untuk memperoleh damai dalam kehidupan, sehat secara iman/ spiritual sangat kita perlukan. Karena itu kita perlu terus berjalan bersama Tuhan dalam perjalanan iman kita agar kita mengerti dan semakin mengenal karya Tuhan yang memulihkan kita. Seperti yang disaksikan Raja Daud, hanya pada TUhan letak kekuatan dan ketenangan kita. Milikilah relasi yang dekat dengan Tuhan sehingga seperti Musa saat kita sungguh mengenal Tuhan maka kebimbangan dan kelemahan kita tidak lagi menjadi penghalang yang membatasi kehidupan dan membatasi sukacita kita.

Pdt. Eden Prianenta Funu-Tarigan, S.si(Teol)

Perpulungen GBKP Kupang